jpnn.com - JAKARTA - Penggemar mie instan terutama ibu rumah tangga mengaku akan mengurangi mengkonsumsi mie bila tahun depan produsen mie instan menaikkan harga bekisar 15-20 persen. Kenaikan ini dilakukan seiring pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang telah mencapai level 12 ribu per USD.
Sudayati misalnya, wanita berusia 51 tahun ini akan mengurangi makan mie bila tahun depan bila harga naik. "Saya sebenarnya penggemar mie instan, tapi jika akan dinaik harganya sebesar 15-20 persen, mau tidak mau saya harus mengurangi mengkonsumsi mie," ujar ibu dua anak ini pada jpnn.com, Jumat (29/11).
BACA JUGA: Mie Tetap Diminati Meski Harga Akan Naik
Terpisah, hal sama juga dikatakan Ardana, dia mengaku suka makan mie instan karena tak perlu ribet untuk mengkonsumsinya, meski dia tahu bahwa mengkonsumsi mie terlalu sering tak baik untuk kesehatannya. Maka itu Ardana mencoba untuk mencari alternatif makanan lain.
"Mie sebenarnya nikmat dimakan pada saat-saat tertentu dan praktis, tinggal ditambah telur, sayuran atau tambahan lain. Tapi tetep tidak baik makan mie banyak-banyak. Kalau harganya naik, kemungkinan mengurangi atau tidak makan mie sama sekali. Lebih baik makan sayuran saja," terang wanita berusia 25 tahun ini.
BACA JUGA: Pemerintah Diminta tak Terburu-buru Ratifikasi FCTC
Sementara, Maria Yuliana Kusrini mengaku keberatan jika produsen mie instan menaikkan harga. Sebab diakuinya selama ini mie tergolong menjadi teman setianya terutama bagi dirinya yang dulu kerap nge-kost semasa kuliah. Bahkan dia rela tak makan mie instan lagi.
"Wadohh, agak berat juga ya. Secara kan selama ini mie instan bisa dikatakan sebagai sahabat baiknya anak kost, yang notabene uang terbatas. Kalau harganya bakal dinaikin, mending enggak usah makan mie instan lagi, mending makan di warteg aja atau masak sayur dan lauk yang lebih bergizi," tegas wanita berusia 28 tahun ini. (chi/jpnn)
BACA JUGA: Indonesia Serius Kembangkan KEK
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Melemah, Harga Mie Instan Naik
Redaktur : Tim Redaksi