JAKARTA--Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) akan mereview kurikulum Bahasa IndonesiaHal ini terkait banyaknya jumlah siswa yang gagal memperoleh nilai Bahasa Indonesia di atas 5 atau mencapai 38 persen dari jumlah siswa yang tidak lulus ujian nasional (UN) tahun ajaran 2010/2011.
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh mengatakan, pihaknya telah menugaskan kepada Badan Bahasa untuk korodinasi dengan badan pengembangan SDM untuk melakukan pengkajian ulang yang menggunakan tiga cara
BACA JUGA: Mahasiswa Al Zaytun Dianggap Ilegal
Pertama, pengkajian kembali tentang kurikulum bahasa itu sendiriKedua, meng-upgrade guru-guru bahasa
BACA JUGA: Universitas Al Zaytun Belum Miliki Izin
Ketiga, untuk bisa berbahasa itu tidak cukup diajarkan begitu saja tetapi juga ada kegiatan ekstra yang bisa menumbuhkan kecintaan terhadap Bahasa Indonesia, pemahaman Bahasa Indonesia serta dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar."Jadi, bukan sekedar bahasa layaknya bisa bahasa inggris, mandarin, dan sebagainya
BACA JUGA: Mendiknas Janji Genjot Penyerapan Anggaran
Beda posisinya Bahasa Indonesia dengan bahasa inggris," pungkasnya.Menurut Nuh, untuk memahami konteks cerita di dalam soal ujian Bahasa Indonesia, syarat utamanya adalah harus bisa bahasa itu sendiriMisalnya, banyak orang bisa berbahasa Indonesia tetapi belum tentu paham konteksnya, tidak bisa memahami substansi bahasa itu, serta logika tentang cerita itu.
"Orang yang ada di daerah dalam membaca cerita tentang hotel bintang lima dan disebutkan ada lobby, pastinya tidak bisa membayangkanLobby itu apa? Lain lagi, coffee shop, itu kalau diartikan kan warung kopiBisa-bisa diartikan mereka itu angkringanOleh karena itu, kurikulum harus direview," tegasnya.
Nuh menambahkan, dalam pembuatan soal ujian nasional harus bersifat umumSelain itu, juga ada dibagi ke beberapa regionalHarapannya, dalam setiap region ada ukurannya masing-masingSehingga, bisa disesuaikan dengan standar yang ada.
"Sebenarnya soalnya itu gampang, tapi anaknya yang tidak bisaBisa jadi, soalnya itu sulit bagi kita, tapi mudah bagi standar yang adaOleh karena itu, dalam membuat soal itu tidak boleh hanya diukur dari kemampuan sang anak, tetapi juga diukur dari apa tujuan yang akan dicapai," imbuhnya(cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Papua Rampungkan Modul HIV/AIDS
Redaktur : Tim Redaksi