Kurikulum Merdeka Menyatukan Mapel IPA & IPS, Informatika jadi Wajib, Ini Penjelasannya

Senin, 21 Februari 2022 – 10:35 WIB
Pemkot Surabaya menerapkan kebijakan terbaru terkait pelaksanaan PTM di sekolah menyusul kasus Covid-19 yang terus melonjak. Ilustrasi Foto: Dea Hardianingsih/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya mengatasi krisis pembelajaran (learning loss).

Kurikulum itu menjadi salah satu opsi pemulihan pembelajaran akibat pandemi. 

BACA JUGA: Passing Grade PPPK Guru Agama Mengalahkan Mapel Lain, Formasi Paling Sedikit, Adilkah Ini?

Namun, ada berbagai macam pertanyaan yang muncul di kalangan masyarakat.

Salah satunya soal digabungkannya mata pelajaran (mapel) IPA dan IPS pada jenjang SD. 

BACA JUGA: Sebelum Menerapkan Kurikulum Merdeka, Ini yang Harus Diperhatikan Sekolah

Mengenai pernyataan tersebut Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo memberikan penjelasan bahwa penggabungan tersebut agar anak usia SD cenderung melihat segala sesuatu secara utuh dan terpadu.

Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir konkret, sederhana, holistik, dan komprehensif, tetapi tidak detail. 

BACA JUGA: Kurikulum Merdeka Bikin Siswa Lebih Kreatif, Kolaborasi & Bernalar Kritis

"Penggabungan pelajaran IPA dan IPS ini diharapkan bisa memicu anak untuk mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan," kata Anindito, Senin (21/2).

Dijelaskannya, IPAS (IPA dan IPS) mulai diajarkan di fase B (kelas III) untuk menguatkan kesadaran peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari aspek alam maupun sosial. untuk pendekatan tematik tetap digunakan, tetapi tidak menjadi suatu kewajiban.

Satuan pendidikan boleh menggunakan pendekatan lainnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Selain pertanyaan penggabungan mapel IPA dan IPS, masyarakat juga mempertanyakan mengapa di SD tidak ada mata pelajaran keterampilan.

Menjawab hal tersebut, Anindito menjelaskan mapel keterampilan untuk peserta didik jenjang SD telah terwadahi melalui mata pelajaran seni.

Anindito juga memaparkan dalam Kurikulum Merdeka di SMP ada yang berubah.

Mapel informatika menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran seni (seni musik, seni tari, seni rupa, seni teater).

Untuk Kurikulum Merdeka pada jenjang SMA, lanjutnya, tidak ada peminatan di kelas X.

Ada sejumlah alasan hingga peminatan di kelas X ditiadakan, yaitu:

1. Peserta didik perlu menguatkan kembali kompetensi dasar/fondasi sebelum mereka mengambil keputusan tentang arah minat dan bakat akademik yang ingin mereka kembangkan.

2. Keputusan untuk menentukan pilihan akademik sebaiknya dilakukan saat peserta didik sudah lebih matang secara psikologis, ketika mereka sudah di SMA, bukan di SMP.

3. Peserta didik dapat menggunakan 1 tahun masa belajar di SMA untuk mengenal pilihan-pilihan yang disediakan satuan pendidikan tersebut, sebelum mengambil keputusan terkait pelajaran yang ingin mereka dalami.

4. Memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan orang tua/wali dan guru Bimbingan Konseling tentang minat dan bakatnya serta rencana masa depan.

Karena tidak ada tidak ada peminatan itu, penjurusan di jenjang SMA pun ditiadakan.

"Tidak ada penjurusan di jenjang SMA, peserta didik akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan di kelas XI dan XII sesuai minat dan bakatnya dengan panduan guru Bimbingan Konseling," pungkas Anindito Aditomo. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah-Sekolah Ini Menerapkan Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Makin Menyenangkan


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler