Kurs Hambat Penurunan Harga BBM

Kamis, 11 Desember 2008 – 09:26 WIB
Foto : SETWAPRES

 JAKARTA – Pemerintah memastikan tidak bisa mengembalikan harga BBM pada level sebelum dinaikkan pada Mei laluMeski harga minyak mentah dunia terus menurun hingga jauh di bawah asumsi APBN, fluktuasi kurs menyebabkan nilai tukar rupiah jauh berada di atas asumsi APBN 2009.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menuturkan, harga minyak mentah berdasarkan patokan Indonesia Crude Price (ICP) kini mencapai USD 41 per barel, atau jauh di bawah asumsi APBN sebesar USD 95 per barel

BACA JUGA: Realisasi Investasi Lebihi Target

Namun, harga minyak mentah rata-rata mencapai USD 97 per barel atau masih ada ’defisit’ USD 2 per barel.

Meski demikian, masalah terbesar penetapan penurunan harga BBM adalah fluktuasi kurs
Pasalnya, asumsi nilai tukar di APBN 2009 ditetapkan Rp 9.300 per USD, sementara saat ini kurs rupiah berada di atas Rp 11 ribu per USD

BACA JUGA: Pemerintah Menobatkan Nissan dan LG Sebagai Investor Asing Terbaik

”Faktor yang paling mengganggu (penurunan harga BBM) adalah kurs,” ujar Purnomo setelah rapat koordinasi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Rabu (10/12)
Hadir dalam rapat tersebut Kepala BP Migas R

BACA JUGA: Ekonomi Dunia Makin Suram

Priyono dan Ketua Pelaksana Harian Timnas Penghematan Energi dan Air Eddie Widiono

Karena itu, dalam beberapa hari ini pemerintah akan mengamati stabilitas kurs dan harga minyak mentah guna mengetahui harga patokan BBM”Mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan fluktuasi (kurs) sudah reda, sehingga harga premium dan solar bisa kita turunkan,” paparnya.

Dalam rapat koordinasi di Departemen Keuangan Sabtu lalu, tutur Purnomo, pemerintah telah membuat sejumlah skenario penurunan harga BBM bersubsidiBerdasarkan rapat tersebut, pemerintah memastikan tidak akan menurunkan harga jual minyak tanah”Keseimbangan harga minyak tanah baru tercapai kalau harga minyak mentah USD 11 per barelDengan harga saat ini USD 41, tingkat keseimbangan itu masih terlalu jauh,” terangnya

Untuk premium, Purnomo mengatakan, peluang untuk turun harga sangat besarDi pasar dunia, harga dan permintaan BBM jenis oktan 88 yang di Indonesia dijual sebagai bensin turun drastis”Ini fenomena aneh karena demand BBM oktan 88 drop hingga berimpit dengan supplyFenomena ini baru beberapa minggu terjadi, sehingga akan kami amati dalam beberapa hari ke depan,” katanya”Kita tidak mau menurunkan, tapi tiba-tiba harganya naik lagiMenurunkan (harga BBM) jauh lebih mudah dibanding menaikkan, karena ada berbagai implikasi kalau harga BBM naik,” tambahnya.

Kondisi tersebut berbeda dengan solarHingga kini permintaan solar di pasar internasional masih sangat tinggi, sehingga harga patokan solar juga masih tinggi”Jadi, keputusan harus diambil secara hati-hati, mempertimbangkan implikasi ke APBN,” tuturnya

Ketika didesak berapa persen penurunan harga BBM yang bisa ditanggung anggaran negara, Purnomo angkat bahu”Saya tidak mau ndhisiki kerso,” elaknya(noe/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2009, Cukai Naik 7 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler