Laba Bersih Syariah Mandiri Melesat 26 Persen

Selasa, 16 Agustus 2016 – 09:51 WIB
Bank Syariah Mandiri. Foto: Ist

jpnn.com - JAKARTA – Seluruh indikator kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri menunjukkkan catatan membaik pada semester pertama 2016. Per Juni 2016, BSM membukukan pertumbuhan laba bersih 26,67 persen.

Dari semula Rp 132 miliar per Juni 2015 menjadi Rp 168 miliar per Juni 2016. Sementara laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9 persen dari Rp 322 miliar menjadi Rp 479 miliar.

BACA JUGA: Era KEK, Insentif Harus Ditambah

"Alhamdulillah kinerja kami menguat dan mulai on the track,’’ kata Direktur Utama BSM Agus Sudiarto, kemarin.

Sepanjang 2014 dan 2015, manajemen melakukan konsolidasi untuk fokus menangani pembiayaan bermasalah. Manajemen juga sembari meletakkan fondasi baru perusahaan ke depan berdasar Corporate Plan 2016-2020.

BACA JUGA: CIMB Principal Asset Management Pede Raup Dana Kelolaan Rp 6,3 T

Dengan kondisi yang mulai membaik pada semester pertama, Agus Sudiarto optimistis BSM dapat mencapai target laba Rp 300 miliar hingga akhir 2016 mendatang.

Direktur Finance and Strategy BSM Agus Dwi Handaya memaparkan, perolehan laba tersebut antara lain ditopang naiknya cash recovery ex write off yang melesat 31,58 persen pada Juni 2015. Nilainya Rp 171 miliar menjadi Rp 225 miliar per Juni 2016.

BACA JUGA: Agar Bisa Bersaing, Ekonomi Kepri Harus Tumbuh 30,5 Persen

Pada 2015, BSM menggelar Gerakan Sikat Satu Triliun (Gesit) dan dilanjutkan dengan program Gerakan Genggam Recovery Rp 1,25 triliun (Geger 125) pada 2016. Secara umum bisnis BSM mengalami pertumbuhan.

"Di tengah kondisi makro ekonomi yang masih belum kondusif, BSM mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis.’’  tutur Agus . Di antara kinerja positif adalah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebagai salah satu indikator likuiditas.

Per Juni 2015, DPK BSM Rp 59 triliun dan naik sebesar 7,82 persen menjadi Rp 64 triliun per Juni 2016.

Perolehan DPK didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25 persen semula Rp 6,86 triliun per Juni 2015 menjadi Rp 7,10 triliun per Juni 2016. Tabungan yang tumbuh sebesar 11,25 persen, semula Rp 22,05 menjadi Rp 25 triliun per Juni 2016.

Adapun deposito tumbuh 5,68 persen semula Rp 30,43 triliun per Juni 2015 menjadi Rp 32,16 triliun per Juni 2016. Perolehan DPK dari giro dan tabungan, menjadikan komposisi dana murah BSM per posisi Juni 49,58 persen.

Itu naik dibandingkan komposisi dana murah pada periode serupa tahun sebelumnya yang sekitar 48,56 persen.

Untuk menjaga pendapatan perusahaan, manajemen tahun 2016 menempatkan dana pada surat berharga dengan total Rp 6,57 triliun di mana sekitar Rp 4 triliun ditempatkan pada private placement project based sukuk Kementerian Keuangan RI.

Untuk pembiayaan, BSM berhasil tumbuh sebesar 4,49 persen atau meningkat Rp 2,3 triliun dari semula sebesar Rp 50,4 triliun per Juni 2015 menjadi Rp 52,7 triliun. Target pertumbuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun sebesar tujuh persen atau sekitar Rp 4 triliun. (ers/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... APTRI Sebut Jumlah Kebutuhan Gula Versi Pemerintah Terlalu Besar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler