jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani membeberkan indikator stabilitas Indonesia dalam menghadapi pengetatan kebijakan atau tapering Federal Reserve (The Fed).
Menurut dia, dari segi rupiah dan suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia dalam tingkat stabil.
BACA JUGA: 3 Kabar Baik dari Sri Mulyani Hari Ini, Angin Surga Banget
"Dengan adanya tekanan di Amerika karena inflasi yang tinggi, maka Fed mengomunikasikan bahwa mereka akan lakukan tapering dan ini terlihat memengaruhi emerging market dan domestik," ucap Menkeu Sri Mulyani seperti dikutip dari Antara, Rabu (22/12).
Menteri Keuangan Terbaik 2020 versi Global Markets itu menuturkan langkah The Fed menyebabkan aliran modal asing yang masuk ke negara emerging market menurun, termasuk ke Indonesia.
BACA JUGA: Rasa Percaya Diri Sri Mulyani soal Tapering The Fed Bikin Lega, Alhamdulillah
Kendati demikian, nilai tukar rupiah terhadap USD masih tercatat stabil.
Sri Mulyani mencatat rupiah koreksi yang hanya 2,3 persen per 17 Desember 2021.
BACA JUGA: Sri Mulyani Pasang Kuda-Kuda, Punya Target Khusus untuk APBN
Angka itu cukup membahagiakan, pasalnya jika dibandingkan depresiasi mata uang negara lain Indonesia baik.
Turki, menjadi salah satu contoh negara yang mengalami depresiasi cukup tinggi dengan angka koreksi hingga 120,6 persen dan Argentina 21,2 persen.
Kemudian, beberapa negara yang tidak mengalami krisis pun seperti Thailand dan Brazil pun mengalami penurunan mata uang yang cukup signifikan, yakni masing-masing 11 persen dan 9,4 persen.
"Ini terjadi barangkali karena di Turki sedang terjadi krisis," kata Menkeu Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Suku bunga SBN Indonesia juga tercatat stabil. Tidak ada koreksi untuk surat utang tenor lima tahun.
"Untuk SBN dengan jangka waktu 10 tahun sedikit naik 55 basis poin (bps)," katanya.
Kendati demikian, Sri Mulyani menjelaskan suku bunga surat utang negara lain justru mengalami koreksi yang begitu besar, seperti Turki dengan kenaikan di atas 1.000 bps untuk tenor lima tahun dan 800 bps untuk tenor 10 tahun.
Sri Mulyani menegaskan stabilitas instrumen surat utang Pemerintah Indonesia karena kepemilikan asing turun cukup tajam.
Kepemilikan surat utang oleh asing turun dari 38,5 persen pada Desember 2019 menjadi 19,7 persen per 16 Desember 2021.
"Ini berarti kepemilikan SBN oleh domestik lebih mendominasi dan ini menumbuhkan stabilitas yang cukup baik," tutur Menkeu Sri Mulyani. (antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Alasan Sri Mulyani Genjot Kenaikan Cukai Rokok, Ternyata Banyak Banget
Redaktur & Reporter : Elvi Robia