jpnn.com, TAPIN - Sebidang lahan bekas tambang batu bara di Desa Tarungin, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, berhasil disulap menjadi lahan produktif.
Hal ini dibuktikan pada acara panen jagung perdana di lahan seluas 1,8 hektare yang menghasilkan 8 ton per hektare pada Selasa (17/04/2018).
BACA JUGA: Kisah Kekejaman Salim Bunuh Mantan Pacar di Keramaian
Akibat kegiatan penambangan yang dilakukan sejak tahun 1995 dan berhenti di tahun 2014 ini, menyisakan lahan dengan kondisi tanah marginal yang miskin unsur hara sehingga hanya bisa ditanami oleh tanaman tahunan dan sisanya dibiarkan terbengkalai karena produktivitas tanahnya turun dan kondisinya tandus.
Namun, sejak 2017 lahan bekas tambang di Desa Tarungin ini disulap menjadi lahan jagung nan subur dan siap dipanen.
BACA JUGA: Kisah Hariyadi Transfer Rp 22 M, yang Masuk Cuma Rp 3 M
Dinas Pertanian Kabupaten Tapin dan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan PT Prima Agro Tech berhasil melakukan reklamasi lahan tidur bekas tambang tersebut kembali menjadi produktif sehingga dapat menghasilkan keuntungan.
Total demplot lahan bekas tambang yang dikelola di Desa Tarungin yakni seluas 2 hektar yang terdiri dari komoditas jagung, padi, dan kacang kedelai.
BACA JUGA: Semoga Kapolri Peduli Kasus Penggusuran Lahan Pesantren
Budidaya jagung di lahan bekas tambang ini dengan sistem olah tanah minimal (hanya dilakukan penggemburan tanah dengan menggunakan cangkul di lahan yang akan ditanami) dengan menerapkan teknologi budidaya yang ramah lingkungan.
Acara panen perdana dipadati oleh lebih dari 100 undangan dan berlangsung meriah.
Tampak hadir Pejabat sementara mewakili Bupati Kab. Tapin, Drs. H. Gusti Syahyar. Antusiasme juga terlihat dari beberapa pejabat daerah yang ikut hadir antara lain dan Kepala Dinas Pertanian Prov. Kalimantan Selatan, H. Fathurahman.
Kemduian, Kepala Dinas Pertanian Kab. Tapin, Wagimin, SP, MM, Kabid Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kalimantan Selatan, Djailani, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Tapin, M. Rifki Hidayatullah SP., perwakilan Dandim 1010 Rantau, Kapolsek Kecamatan Hatungun, Budiman, dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).
Selain itu, tampak hadir Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) serta puluhan petani yang juga penasaran ingin melihat hasil panen panen jagung di lahan bekas tambang ini.
Panen dimulai dengan pencabutan tongkol jagung secara simbolis oleh Pejabat sementara mewakili Bupati Tapin bersama enam orang perwakilan yang terdiri dari PT. Prima Agro Tech dan 5 instansi lainnya.
“Budidaya jagung eks tambang ini mampu menghasilkan 4,75 Ton/Ha pipilan kering dengan harga jual Rp 3.100 ,- hasil bersih yang didapat mencapai 10 juta rupiah. Dengan umur jagung yang 4 bulan mampu menghasilkan rasio 2.56 sehingga masih menguntungkan” ujar Wagimin.
Dia menambahkan, lahan bekas tambang yang produktif mampu menunjang swasembada pangan, lahan kembali hijau, melestarikan plasma nutfah dan mengurangi erosi.
“Apapun yang kita lakukan ini dampaknya akan semakin besar. Kita tidak menyangka kalau lahan eks tambang ini bisa berhasil seperti ini. Kita berencana akan melakukan perluasan lahan pertanian di lahan eks tambang.”
“Pemerintah sangat mendukung kegiatan reklamasi lahan eks tambang dan bersedia turut memfasilitasi petani. Bersama Dinas Pertanian kita cari potensi tanaman apalagi yang bisa dikembangakan selain Padi, Jagung, dan Kedelai," ungkap Gusti Syahyar.
Pejabat sementara mewakili Bupati Kab. Tapin menambahkan bahwa pemerintah mengarahkan penambang untuk reklamasi lahan dan melakukan penghijauan. Untuk petani di lahan eks tambang berapapun produksi yang dihasilkan akan terpasarkan karena pihak produsen sangat membutuhkan.
"Harapannya pendapatan dan kesejahteraan petani dapat meningkat, karena itulah inti dari pertanian. Pengelolaan lahan bekas tambang menjadi areal pertanian menjadi tantangan tersendiri, apalagi petani di sini sudah terbiasa dengan aktifitas menambang," ujarnya.
Suksesnya panen jagung perdana di lahan bekas tambang tidak terlepas dari pemulihan lahan marginal yang memanfaatkan penggunaan teknologi pembenah tanah (asam humat), pemeliharaan tanaman dengan menggunakan pupuk hayati endofitik hingga pengelolaan hama dan penyakit yang menggunakan agensia pengendali hayati pada areal pertanaman.
“Acaranya bagus, saya puas dengan hasil panennya. Pemeliharaan di lahan bekas tambang memang berbeda dari tanam di lahan biasa seperti takaran pemupukan. Kendalanya seperti awal tanam itu tanahnya sangat keras, pernah juga hampir sepuluh hari tidak ada hujan sehingga hasil kurang maksimal,” ujar Hamsyi, petani di lahan eks tambang.(fajar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengedar Pesan Sabu-Sabu Kepada Penghuni Lapas
Redaktur & Reporter : Budi