Langkah Istimewa KLHK Jaga Kelestarian Badak Jawa

Selasa, 19 September 2017 – 17:41 WIB
Badak Jawa, spesies langka yang masih ada di Indonesia. Foto: Humas KLHK/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten, menjadi satu-satunya lokasi warisan dunia yang masih dihuni spesies langka dan dilindungi, yakni Badak Jawa. Di lokasi ini nantinya akan digelar Hari Badak Sedunia pada tanggal 22 September.

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822), merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia, lainnya yaitu Badak Putih, Badak Hitam, Badak Sumatera, dan Badak India. Dari lima jenis tersebut, hanya dua badak yang memiliki cula satu yaitu Badak India dan Badak Jawa, lainnya hanya memiliki dua cula.

BACA JUGA: Strategi Lahirkan Koperasi Rakyat Berkelas Korporasi

Keberadaan cula ini pulalah yang menjadi keunikan sekaligus ancaman bagi kelestarian badak. Sejak lama cula telah menjadi incaran para pemburu, karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang mujarab untuk berbagai penyakit, serta sebagai dekorasi yang bernilai sangat tinggi. Begitu berharganya cula Badak Jawa, sehingga peringatan Hari Badak Sedunia nanti akan mengambil tema “Di Ujung Cula Badak Jawa”.

Langkanya keberadaan satwa Badak Jawa, mengakibatkan satwa ini dikategorikan sebagai critically endangered dalam daftar Red List Data Book, oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

BACA JUGA: Kerja Nyata Lindungi Gambut Untuk Cegah Karhutla

Selain itu, Badak Jawa juga terdaftar dalam Apendiks I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah, serta ditetapkan sebagai jenis satwa dilindungi, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar.

Kepala Balai TN Ujung Kulon, Dr. U. Mamat Rahmat, mengatakan pihaknya telah mengambil langkah istimewa dalam rangka menjaga kelestarian satwa Badak Jawa. Yakni dengan membentuk tiga tim khusus, yaitu Rhino Monitoring Unit (RMU), Rhino Protection Unit (RPU), dan Resort Based Management (RBM).

BACA JUGA: Manggala Agni, Garda Terdepan KLHK Padamkan Titik Api

“Ketiga tim ini memiliki fokus-fokus khusus. RMU fokus kepada monitoring populasi dan kondisi badak, RPU fokus kepada upaya perlindungan dan pengamanan badak dari gangguan, serta RBM menjalankan pengamanan berbasis wilayah dan lintas wilayah”, jelasnya.

Baik tim RMU dan RPU dipimpin oleh para pegawai fungsional TN Ujung Kulon, dan beranggotakan masyarakat. Hal ini merupakan bentuk kolaboratif bersama masyarakat dan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar.

Menurut Dr. Mamat, sifat Badak Jawa yang cenderung soliter merupakan salah satu kendala dalam kegiatan inventarisasi dan monitoring, sehingga dalam habitatnya sendiri, satwa ini sulit dijumpai secara langsung.

Mamat juga menambahkan bahwa sejak tahun 1967 hingga 2008, metode monitoring populasi Badak Jawa sangat sederhana, yaitu dengan jejak kaki badak dan beberapa jenis temuan lainnya, seperti kotoran, urine, bekas tumbuhan yang dimakan, dan bekas gesekan pada batang pohon.

“Saat ini, monitoring sudah dapat dilakukan dengan teknik video trap, sejak tahun 2011 dan 2012, sebanyak 40 kamera video otomatis dengan sensor gerak, telah dipasang pada lokasi-lokasi yang sering dikunjungi Badak Jawa”, lanjutnya. Hingga tahun 2017, monitoring telah menggunakan kurang lebih 100 kamera video trap.

Sementara itu, berdasarkan hasil identifikasi tahun 2012, ditemukan minimal 51 individu Badak Jawa (29 jantan dan 22 betina), kemudian di tahun 2013 ditemukan minimal 58 individu (33 jantan dan 25 betina). Selanjutnya di tahun 2014, diketahui jumlah minimal 57 individu, dan di tahun 2015 jumlah Badak Jawa minimal 63 individu.

“Untuk jumlah terakhir perkiraan populasi Badak Jawa sampai saat ini, nanti akan kami sampaikan di tanggal 22 September mendatang saat perayaan Hari Badak Sedunia”, pesan Dr. Mamat.

Adapun perkiraan populasi Badak Jawa dalam jumlah yang relatif besar berdasarkan hasil pengamatan, beliau berpendapat, berarti satwa tersebut mengalami perkembangbiakan alami dengan baik di TN Ujung Kulon, sehingga memberi harapan besar bagi keberlangsungan hidupnya, dan hal ini diharapkan dapat semakin memperkuat komitmen semua pihak dalam menjaga kawasan TN Ujung Kulon. (jpnn/klh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Program Nyata, Terobosan Jokowi Sejahterakan Rakyat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler