jpnn.com, MEDAN - Ratusan siswa meriahkan Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) ke-17 di Medan, Sumut. Lasenas kali ini berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya karena lebih banyak diisi kegiatan simulasi, diskusi, pidato, ketrampilan membuat cokelat, lilin, dan lainnya.
"Lasenas 2019 sangat berbeda dengan sebelumnya. Kami desain agar siswa bisa memahami sejarah dengan cara menyenangkan tanpa menghafal. Lasenas juga tidak hanya menonjolkan pada agenda jalan-jalan," kata Kasubdit Geografi Sejarah Kemendikbud Agus Widiatmoko yang ditemui saat pembukaan Lasenas ke-17 di Medan, Selasa (9/7).
BACA JUGA: Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
Cara-cara kreatif, lanjutnya, harus dilakukan agar siswa tidak melupakan sejarah. Apalagi di era revolusi industri 4.0, pemahaman sejarah siswa semakin tergerus oleh paparan teknologi.
Sejarah masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan karena penuh dengan hafalan.
BACA JUGA: Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
BACA JUGA: Kemendikbud: Usia 15 Tahun 15 Hari Bisa Diterima di SMP Negeri
Lasenas ke-17 ini yang diadakan hingga 12 Juli mendatang diikuti 150 peserta yang terdiri dari siswa dan siswi SMA, SMK dan MA serta guru-guru dari seluruh Indonesia.
BACA JUGA: Lebaran, Pakaian Nabi Muhammad Selalu Merah
Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari yang membuka Lasenas ke-17 mengungkapkan, banyak tempat bersejarah di Medan perlu diangkat lagi ke permukaan. Lewat Lasenas, siswa diajarkan memahami sejarah dan melihat langsung kota-kota bersejarah di Indonesia.
"Dengan demikian, siswa akan lebih mencintai sejarah dan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam," ucapnya.
Nantinya, para siswa ini akan mengunjungi tempat bersejarah dan musem di Kota Medan seperti Musem Perkebunan Indonesia, Rumah Tjong Afie, Gedung London Sumatera, Gedung Avros, Istana Maimun dan Masjid Raya Al Mahsun, dan Gudang Tembakau PTPN II di Bulucina.
Dia berharap dengan Lasenas, akan memberikan model pembelajaran kreatif dalam mempelajari sejarah, membangkitkan ingatan kolektif, memahami nilai kepahlawanan, merajut kesinambungan gagasan dan cita-cita perjuangan. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesona Filsafat Pythagoras
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad