jpnn.com - JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, La Ode Ida mengatakan konflik di internal Partai Golkar tidak bisa dilepaskan dengan komitmen untuk tetap berada dalam barisan Koalisi Merah Putih (KMP) di parlemen.
Selain itu, menurut Ida, ini bagian "sikap perlawanan berbasis dendam" dari kubu Aburizal Bakrie (ARB) baik terhadap PDIP maupun Joko Widodo (Jokowi), buntut dari tawar-menawar posisi dalam proses pencapresan.
BACA JUGA: Abraham Tegas Tolak Perppu Penunjukan Pimpinan KPK
Sementara kubu internal yang melawan ARB lanjut dia, merupakan barisan elite yang tergabung dalam dua kelompok dengan orientasi yang berbeda, yaitu mereka lebih memposisikan diri dalam warisan karakter elite Golkar yang berupaya untuk selalu berada atau bersama dengan pihak yang sedang berkuasa.
Kubu ini diwakili oleh Agung Laksono termasuk di dalamnya kader-kader yang tergolong muda seperti Pumpida Hidayatullah dan Agus GumiwangKartasasmita, dan juga tokoh senior Zainal Bintang dan Yories R. "Mereka berharap, jika kekuasaan di Golkar bisa diambil-alih, maka akan bisa dijadikan posisi tawar untuk masuk dalam kabinet melalui reshufle," kata La Ode Ida, Senin (1/12).
BACA JUGA: Abraham Minta DPR Kosongkan Dulu Kursi Tinggalan Busyro di KPK
Kelompok kedua lanjutnya, diwakili oleh Priyo Budi Santoso, Erlangga Hartato dan MS Hidayat. Orientasi kubu ini tak terkait dengan perkubuan antara KMP dan KIH. Karena bagi mereka, Golkar perlu dikuasai. Agendanya lebih pada peluang-peluang strategis 5 tahun mendatang. "Singkatnya, bagi mereka mana saja bisa, bisa tetap di KMP atau bisa juga gabung dukung KIH. Tergantung dari proses negosiasi politik," Ida.
Tetapi kata mantan senator asal Sulawesi Tenggara itu, kedua kelompok penentang ARB itu tak cukup kuat untuk mengalahkan ARB. "Soalnya ARB tampaknya pegang kartu truf sejumlah pimpinan DPD provinsi, kabupaten dan kota, termasuk di kalangan DPP. Sehingga Fadel Muhammad pun yang semula sedikit bergeliat melawan ARB, kini kembali tunduk," ungkapnya.
BACA JUGA: Honorer K2 Ogah Dijadikan PPPK
Dinamika di Golkar ini menurutnya memang cukup menarik, karena kekuatan dominan di bawah ARB tampaknya mau mengambil jalan lain dari tradisi Golkar yang selalu berada di kekuasaan. "Barangkali, jika para lawan ARB itu merasa kuat, akan lebih ideal jika pasca Munas di Bali ini membentuk parpol baru dengan basis orang-orang Golkar," sarannya.
Contohnya, Pak Surya Paloh yang membentuk NasDem pasca Munas Riau, dan ternyata cukup berhasil dengan menempatkan parpol bentukannya itu dalam barisan parpol di DPR sekarang ini,” imbuh Ida.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Korpri Harus Tinggalkan Mentalitas Priayi
Redaktur : Tim Redaksi