Lawan Tiga Orang Bergolok, Selamat Diberondong Revolver

Senin, 22 September 2014 – 06:39 WIB
MANTAN PASUKAN KHUSUS: Kapten Inf Musoiri (kanan) bersama rekannya, Mayor (Inf) Lasno.

KAWANAN perampok di DKI kian nekat dan berbahaya. Bahkan ketika jelas-jelas rumah itu milik aparat TNI, masih saja disasar. Seperti peristiwa pembobolan rumah milik Kapten (Inf) Kapten Musoiri, perwira Rindam Jaya, Kodam Jaya. Bagaimana kisahnya?
-------------
DANI TRI WAHYUDI
-------------
Sinar mentari kian tenggelam ke ufuk barat. Kapten (Inf) Musoiri yang sehari-hari bertugas sebagai Komandan Kompi Markas Depo Pendidikan dan Latihan Tempur ( Dodiklatpur ) Rindam Jaya, Kodam Jaya itu pulang ke rumah. Saat itu jalanan becek karena baru saja hujan deras.
     
Suasana sepi selalu menyelimuti lingkungan sekitar rumahnya, di Jalan Muara Dalam RT 06/03, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Musoiri masuk ke rumah menyandarkan sepeda motornya. Lalu dia mengunci kembali pintu depan.
     
Saat itu dia hanya seorang diri. Putri tercintanya, Nur Rifkawati, 19, masih belum pulang dari kampusnya, Akper Rumkitpolpus Sukanto. Sedangkan istrinya, sehari-hari memang tinggal di kampung halamannya, Palembang, Sumatera Selatan.
     
Seperti biasa, saat pulang Musoiri selalu bersih-bersih rumah dahulu sebelum mandi. Mulai menyapu, mengepel, atau membereskan apa saja yang diperlukan. Selesai mandi dan berwudlu, dia masuk ke dalam kamar bersiap menjalankan kewajiban salat asar.

Tak lupa, sebelumnya dia juga menyeduh kopi yang biasa diseruput setelah salat. Saat hendak mengenakan sarung betapa terkejutnya dia. Di dalam kamar itu tiba-tiba masuk dua tamu tak diundang. Kedua orang itu sama-sama memegang sebilah golok yang terhunus.

BACA JUGA: Kecewa di Rumah Soekarno, Terkesan di Kebon Rojo

”Dua-duanya menggunakan helem tertutup. Mereka badannya kerempeng, kelihatannya masih muda-muda,” ucap Musoiri saat ditemui di lapangan tembak Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur.  

Nampaknya para tamu tak diundang masuk dengan cara mencongkel pintu depan rumah. Sungguh aneh ada penjahat nekad masuk.

BACA JUGA: Geopark Merangin Menuju Warisan Dunia

Padahal di tembok bagian depan rumah Musoiri bergambar baret merah dan gambar lambang Kopassus. Sekilas saja orang bisa tahu bahwa itu rumah anggota TNI. Melihat gelagat buruk itu, Musoiri sadar dirinya dalam bahaya. Nalurinya sebagai prajurit pun mendorongnya untuk melawan.

”Kalau tak melawan saya mati. Kalau melawan ada dua kemungkinan, saya selamat atau saya mati. Makanya saya putuskan melawan,” ungkap mantan anggota Satuan Antiteror Kopassus Detasemen 81 tersebut. Salah satu pelaku itu pun mulai mengeluarkan ancaman. Musoiri diminta jangan melawan atau dirinya dibuat celaka.

BACA JUGA: Bangkit Begitu Bertemu Duda Beranak Tiga

Sebagai prajurit TNI AD, Musoiri nampaknya mempersiapkan segala kemungkinan yang terburuk. Selama ini dia mempersiapkan beberapa senjata yang ditaruh di atas lemari dalam kamarnya.

Tujuannya untuk membela diri. Sebagai prajurit yang terlatih dia praktikkan serangan ala Kopassus  ”cepat, tepat, dan senyap.”

Dia meraih salah satu senjata di atas lemari sebelum musuh terlanjur menyerangnya. ”Di atas lemari ada golok dan pentungan. Saya bergerak cepat saja. Ternyata yang kepegang pentungan bukan golok,” urainya. Lalu dia memakai pentungan itu untuk menghajar kedua musuhnya.

Begitu kerasnya pukulan-puklan pentungan, Musoiri yakin kedua lawannya itu sampai patah tulang di bagian tangannya.

”Mereka kesakitan dan terus lari keluar. Saya bayangkan, seandainya yang saya dapat itu golok, bisa lain ceritanya para penjahata itu,” paparnya. Musoiri pun berinisiatif mengejar mereka.

Namun tak di sangka, saat berada di ruang tamu, dia bertemu dengan pelaku ketiga. Penampilannya sama, berbadan kecil dan mengenakan helem. Menariknya, palaku ketiga ini sempat mengucapkan kata-kata daerah tanah kelahiran Mosoiri, Palembang. ”Aku tuja (tikam) kau,” ungkap Musoiri yang menirukan ucapan pelaku  tadi.
     
Pelaku yang memegang pisau besar tersebut langsung menyerangnya. Namun Musoiri lebih sigap. Dengan pentungannya, pelaku ketika dibuatnya kesakitan dan lari keluar. Dia terus mengejarnya sembari berteriak lantang ”maling-maling”.

Nah pada saat di jalan depan rumahnya, Musoiri berhadapan dengan pelaku keempat yang memegang senjata api jenis revolver di dekat sepeda motornya.
     
Tanpa peringatan apapun, pelaku itu langsung menembakkan senjatanya. Beruntungnya, Musoiri sigap. Dengan gerakan terlatihnya, dia menjatuhkan diri untuk menghindari tembakan musuh.

Lalu dia membuat gerakan acak berguling-guling untuk menghindari berondongan peluru lawannya.

”Dia menembaki saya sampai pelurunya habis. Alhamdullillah tak satupun yang mengenai saya,” paparnya. Kendati begitu, Musoiri tidak yakin dia selamat karena faktor keterlatihannya selama menjadi tentara. Dia yakin, Tuhanlah yang menyelamatkannya.
     
”Orang-orang bilang karena saya dulu Kopassus jadi wajar bisa selamat. Tapi tidak, itu berkat pertolongan Allah,” cetusnya. Lalu dia mengutip sebuah ayat suci Alquran.

”Jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda,” ujar Musoiri mengartikan Surat Al-Imron ayat 125.
     
Sebaliknya, melihat pelurunya kosong, pelaku keempat ciutnya. Pelaku bertubuh besar yang juga mengenakan helem tertutup tersebut, bergegas menyalakan motornya. Lalu, tancap gas.

Pelaku ketiga yang lari satu arah bergegas naik melompat ke belakang motor untuk membonceng.
     
”Motornya sampai hampir jatuh hilang keseimbangan,” ucap Mosoiri juga. Saat Mosoiri berteriak maling ternyata banyak tetangganya yang keluar. Sebagian warga mengejar pelaku pertama dan kedua yang ternyata kabur menggunakan motor Yamaha Mio ke arah lain.

Tapi sial, keduanya terjebak jalan buntu karena ada Kali Ciliwung di depannya. Apalagi Kali Ciliwung itu sedang banjir. Namun karena takut, kedua pelaku turun dari motornya lalu nekad menceburkan diri ke derasnya Kali Ciliwung.

”Orang bilang keduanya langsung hanyut terseret arus dan hilang. Entah mereka ini akhirnya selamat apa tidak,” paparnya.
     
Rumah Musoiri memang berjarak 700 meter dari Kali Ciliwung. Setelah itu, Musoiri pun melaporkan kejadian itu ke Polsektro Jagakarsa. Sebuah Motor Yamaha Mio milik pelaku pun disita oleh petugas.

Musoiri sampai saat ini mengaku tidak habis pikir dengan peristiwa yang menimpanya di awal tahun 2014 itu. Para pelaku tersebut dinilainya salah sasaran.

”Rumah saya memang berada di lingkungan orang-orang kaya. Mungkin saya ini dikira orang kaya,” ujar mantan personel Koramil Pancoran itu sembari tertawa.

Saat ditanya apa kemungkinan itu musuhnya, dia mengatakan selama hidupnya dia tidak pernah merasa punya musuh. ”Saya ini punya prinsip, musuh satu itu terlalu banyak tapi teman seribu itu terlalu sedikit,” tandasnya.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaga Tradisi dan Tak Hilangkan Budaya Nenek Moyang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler