Lebih Dekat dengan Arman Rumakat, Satpam Jahat yang Hafal Wajah 700 Siswa

Selasa, 06 Desember 2016 – 09:21 WIB
Arman Rumakat. Foto: Nurhayyu/Radar Sorong

jpnn.com - TINGGI badannya sekitar 170 cm, berbadan atletis dan berkulit gelap. Sikapnya yang tegas membuat banyak murid SD Al-Jihad Sorong Papua Barat menjulukinya Satpam Jahat.

Arman Rumakat namanya. Mengabdi sebagai satpam selama 13 tahun, dia sangat dikenali namun sekaligus ditakuti.

BACA JUGA: Cerita Pilot Pesawat Tempur, Bangga jadi Elang Khatulistiwa

Nur Hayyu Supriatin, Radar Sorong

Siapa sangka, Arman memiliki IQ di atas rata-rata. Dia juga mengenali wajah murid yang berjumlah 700-an serta orangtuanya. Raut wajahnya yang serius menunjukkan sikap tegas. Dia jarang mengumbar senyum.  

BACA JUGA: Sopir Taksi Ini Hatinya Baik Banget

Melihat kehadiran Radar Sorong, dia lantas tersenyum simpul sambil mengenalkan dirinya. Arman berstatus sebagai security di SD Al-Jihad sejak 2003.

Meskipun hanya security, Arman memiliki kemampuan yang membuat orang menggeleng heran. Betapa tidak, pria yang lahir di Serui pada 1979 ini menghafal wajah murid SD Al Jihad yang berjumlah lebih dari 700 murid.

BACA JUGA: Si Cantik Ini Memilih Bertani, Gemes

Tak hanya itu, ia juga menghafal wajah para wali murid yang rajin mengantar jemput putra dan putri mereka di sekolah. “Yah hafal raut-raut wajah mereka, anak-anak sama orang tuanya. Tapi kalau untuk nama mereka saya hanya hafal setengahnya saja,” kata Arman merendah.

Ya, Arman memang selalu merendah. Padahal, para orang tua murid sendiri yang mengakui kehebatan Arman dalam menghafal nama ratusan murid Al-Jihad. Bahkan secara gamblang salah seorang wali murid mengatakan Arman memiliki IQ di atas rata-rata, karena kemampuan tersebut jarang dimiliki satpam lainnya.  

“Iya memang saya waktu sekolah paling cepat menghafal. Saya sama sekali tidak kesulitan kalau disuruh menghafal ayat Al-Quran dan Hadist, empat sampai lima hdist itu saya bisa hafal dalam waktu sekejap saja, sama artinya juga,” beber Arman yang mulai luwes bercerita.

Meski awalnya canggung, Arman mulai berbincang dengan santai. Ia lalu mulai menceritakan pengalamannya yang telah 13 tahun menjadi satpam di SD Al Jihad, serta pengalaman peliknya di masa lalu.

Arman sedih karena cita-citanya untuk menjadi PNS harus dikuburnya dalam-dalam. Bukan karena tak mampu berpikir, tapi karena tersandung masalah biaya. “Saya tidak tamat SMA karena harus bantu orang tua cari nafkah,” katanya mengenang.

Sejak memutuskan keluar dari sekolah, Arman merantau ke Pulau Misool dan bekerja di perusahaan Mutiara. Selama tujuh tahun ia menjalani pekerjaan di perusahaan tersebut.

Mimpinya untuk bersekolah tinggi hingga menjadi PNS yang telah pupus, ia wariskan untuk adik-adiknya. “Alhamdulillah adik saya dua orang sudah jadi PNS,” kata sulung dari lima bersaudara ini.

Setelah berhasil membantu biaya sekolah adiknya, Arman lalu menikahi seorang wanita Sorong. Dan di tahun 2003 ia mulai mendapat tawaran sebagai satpam di SD Al Jihad. Ia pun menerima tawaran menjadi satpam.  

Meskipun satpam bukanlah cita-citanya, ia tetap menjalani dengan ikhlas dan penuh syukur. Apalagi ia diberi kepercayaan wali murid untuk menjaga anak-anak mereka.

Beban itulah yang membuat Arman harus bersikap over protective dan tegas pada para murid, sehingga ia harus siap saat para murid menjulukinya pak satpam jahat. 

“Mereka juluki saya Satpam Jahat, karena saya tegas. Ya mereka ini beban dan tanggung jawab kami. Jadi satpam juga mungkin ini takdir saya, Allah sudah berikan saya kepercayaan untuk jadi satpam,” tutur Arman. (nur hayyu supriatin/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak JK Menjemput Presiden, Payung Biru Itu Trending Topic


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler