Lebih Memilih Malaysia, Jangan Salahkan Mereka...

Selasa, 19 Juli 2016 – 00:09 WIB
TERBATAS : Kondisi perbatasan di Kecamatan Lumbis Ogong masih terbatas dan masih sulit dijangkau jika diakses melalui jalur darat. Foto: dok Radar Tarakan/JPNN.com

jpnn.com - INFRASTRKTUR di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara, masih sangat memprihatinkan. Akses transportasi dan pembangunan masih sangat tertinggal dibanding negara tetangga Malaysia.

ENAL - RADAR TARAKAN 

BACA JUGA: Bromo Erupsi, Mbah Dukun Pastikan Tetap Gelar Larung Sesaji

Warga Kecamatan Lumbis Ogong yang berdomisili di daerah perbatasan banyak yang memilih ke Malaysia untuk mencari kehidupan baru. Warga perbatasan saat ini hampir 85 persen memiliki dua identitas yakni Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Identity Card (IC) Malaysia.

Hal tersebut diungkapkan warga Lumbis Ogong Karel Sompotan, yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan. Dikatakan, saat ini warga yang tinggal di perbatasan Lumbis Ogong lebih banyak diperhatikan Pemerintah Malaysia. Sehingga, warga pun banyak memilih untuk ke Malaysia mencari kehidupan baru.

BACA JUGA: Merinding, Suara Burung Hantu Bikin Suasana Makin Mencekam

Sejak pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak, warga di perbatasan yang memiliki IC mudah mendapatkan bantuan, seperti bantuan kesehatan per bulan, Bantuan Rakyat Malaysia (BRM) RM 1.000 perbulan, ditambah bantuan yang Lanjut Usia (Lansia) RM 650 dan masih banyak bantuan-bantuan yang lain lagi.

“Bantuan ini sejak lama dilakukan Pemerintah Malaysia kepada warga di perbatasan, makanya banyak warga Lumbis membuat IC,” kata Karel Sompotan saat konferensi pers di Hotel Marvel, Sabtu (16/7).

BACA JUGA: Kisah Honorer K2 Sudah 14 Tahun Menunggu Nasib

Menurutnya, saat ini banyak warga di Lumbis memilih dengan cara itu untuk melanjutkan hidup, karena jika diharap dari Indonesia sendiri tidak ada bentuk kepeduliannya terhadap warga di perbatasan. 

Jika ada warga yang ingin pindah kewarganegaraan merupakan haknya, karena lebih banyak dipedulikan Pemerintah Malaysia dibanding Pemerintah Indonesia sendiri.

Sementara, Kepala Desa Panas Kecamatan Lumbis Ogong, Marthen membenarkan kejadian tersebut. Bukan hanya mendapatkan bantuan dari Pemerintah Malaysia, namun semua kebutuhan pokok saat ini harus didapatkan dari negara tetangga. Warga perbatasan masih sangat bergantung dengan Malaysia.

Sepanjang kurang lebih 15 Kilometer (Km) dari Kecamatan Lumbis Ogong, kondisi Malaysia sudah terbangun dengan kondisi yang jauh berbeda dengan Indonesia. Di Lumbis Ogong yang ada hanya jalan tikus sedangkan Malaysia jalan aspal.

“Pemerintah Malaysia sejak puluhan tahun sudah membangun perbatasannya, tapi Indonesia sejak 70 tahun merdeka tetap masih sama,” kata Marthen kepada Radar Nunukan (Jawa Pos Group) kemarin.

Senada dikatakan Kepala Desa Simantipal Kecamatan Lumbis Ogong, Busiau, bahwa saat ini warga di Lumbis Ogong tidak perlu disalahkan jika memilih Malaysia dibanding Indonesia.

Karena selama ini yang memperhatikan mereka adalah Pemerintah Malaysia. Selaku kepala desa sendiri bantuan itu tak pernah dirasakan dari Pemerintah Indonesia.

Selama ini menurutnya, warga Kecamatan Lumbis hanya selalu diberikan janji dan harapan oleh Pemerintah Indonesia, namun tidak ada yang terlaksana di lapangan. Berbeda dengan Pemerintah Malaysia tanpa harus mengemis tetap diberikan bantuan.

“Lebih mudah warga di Lumbis dapat bantuan dari Malaysia dibanding Indonesia, sangat wajar jika tiap bulan ada warga Indonesia memilih pindah identitas menjadi Malaysia,” ujar Busiau. (*/nal/eza/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaesang Pangarep KKN di Desa di Tengah Hutan, tak Gampang Ditemui


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler