Legenda Bayi Kembar Komodo, Awas Kaki Anda..!

Senin, 07 September 2015 – 14:10 WIB
"Ketika Komodo Lapar..". Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

jpnn.com - SINAR matahari dan hamparan savana indah Pulau Komodo sudah menunggu Anda, wahai para traveler wildlife. Mari trekking jelajah pulau ini! Ada tiga paket trekking. Yaitu trekking jalur pendek dari Loh Liang menuju hutam asam yang berjarak sekitar 600 meter. 

Berikutnya trekking medium dari Loh Liang-Bukit Sulphurea berjarak sekitar 700 meter. Bisa juga menempuh trekking panjang dari Loh Liang menuju Banu Nggulung yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. 

BACA JUGA: Yuk Nonton Atraksi Komodo di Loh Liang, Siap-Siap Dikejar ya!

Labuan Bajo, Natalia Laurens

Setelah mendapatkan ranger bersama Ishak, JPNN langsung memilih trekking pendek."Bisa juga kalau pengunjung mau melakukan petualangan dari Loh Liang ke Gunung Ara, atau ke Bukit Rudolf dan Loh Sabita. Itu sedikit lebih jauh kira-kira 8 kilometer," kata Ishak yang sudah 7 tahun menjadi ranger. 

BACA JUGA: Istiqlal Makrip, Pimpin Sekolah Indonesia Luar Negeri Terbesar di Dunia

Dia adalah warga Kampung Komodo. Trekking ini, kata dia, berfungsi untuk melihat kebiasaan-kebiasaan komodo yang hidup bebas di pulau itu. Di tangan kanan Ishak, sudah ada kayu yang siap menghalau dan melindungi rombongan dari komodo yang bisa saja mendekat. Akh..deg-degan hati ini. Perjalanan seru memacu adrenalin. Ingat mata harus waspada, komodo bisa ada di mana saja. Begitu pesannya. 

Sepanjang jalan di savana dan hutan pulau itu, traveler bukan hanya bisa bertemu komodo. Ada juga hewan lainnya yang dilindungi seperti burung kakatua kecil jambul kuning, burung gosong, rusa, ular, dan beberapa jenis burung lainnya. 

BACA JUGA: Inspiratif.. Awalnya Ibu Rumah Tangga, Kini Bisa Kumpulkan Ratusan Ribu Tiap Hari

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

Saat trekking, Ishak pun bertutur tentang legenda bayi kembar komodo, mitos yang dipercaya warga kampungnya. Sambil menghirup udara segar, mata tetap awas, jantung berdegup kencang karena deg-degan, kami mendengar cerita Ishak. 

Kisah itu tentang seorang putri naga (putri gaib) yang menikah dengan seorang pria bernama Empu Najo. Dari perkawinan itu lahir dua bayi kembar. Yang laki-laki berwujud manusia dan diberi nama Gerong, sedang bayi perempuan adalah komodo betina yang diberi nama Orah. Mereka tumbuh dewasa secara terpisah. 

Setelah dewasa keduanya bertemu di hutan. Gerong hendak membunuh Orah, yang telah menjadi komodo betina dewasa. Beruntung si putri naga ibu keduanya datang dan menahan Gerong. Ia mengatakan keduanya bersaudara.

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

"Mitos ini mengajarkan pada kami bahwa, warga kampung bersaudara dengan komodo. Kami bersaudara sehingga tidak boleh menyakiti komodo," tutup Ishak mengakhiri ceritanya. 

Di perjalanan ini, pengunjung ditunjukkan beberapa lubang tempat komodo betina mengeram telurnya. Tampak seekor komodo betina sedang menunggu lubang tersebut.

 

"Selama tidak ada yang mengganggu, dia tidak akan mengejar pengunjung, hanya ranger yang bisa mengenali kebiasaannya sehingga bisa menghindari jika ada keadaan berbahaya," imbuh Ishak.

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

Menurut Ishak, jika pengunjung memilih trekking medium dan panjang, bisa naik ke atas bukit dan menyaksikan hamparan lautan dan pulau lainnya di Taman Nasional Komodo.

Setelah menyelesaikan trekking dan kembali ke Loh Liang, sebuah atraksi sudah menunggu rombongan JPNN bersama Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ini dia atraksi komodo yang ditunggu-tunggu pengunjung. Yaitu melihat empat ekor komodo memangsa binatang lain seperti kambing atau rusa. Seru sekaligus mengerikan. Pengunjung diminta berada di atas rumah panggung dan melihatnya dari jarak sekitar 8-10 meter.

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

"Jangan ada kaki yang menggantung ya. Semua kaki tetap berada di rumah panggung," pesan para ranger. Hanya 10 ranger yang berada di sekitar komodo sambil membawa senjata kayu mereka.

Tampak tiga komodo dikumpulkan di bawah pohon besar di pantai pulau itu. Di atas ketiganya, sudah digantung dengan tali tambang, seekor kambing mati berukuran sedang. Perlahan-lahan kambing itu diturunkan. Haap! tiga ekor komodo itu langsung berebutan melahap bagian perut kambing terlebih dahulu.

Benar-benar predator. Tiga komodo itu tak peduli lagi pada pengunjung dan ranger yang mengelilingi mereka. Maaf ya, sedang sibuk makan nih. 

Saling mendorong, tiga komodo itu tampak tak mau kalah. Ingin mendapatkan paling banyak bagian isi perut si kambing. Ekspresi pengunjung pun beragam melihat atraksi itu. Ada yang melongo, membelalakkan mata hingga berdecak kagum melihat hewan peninggalan purbakala itu. Teriakan-teriakan kecil pengunjung terdengar saat tiga komodo itu saling seruduk. Serunya. Sebagian pengunjung sibuk mengabadikan atraksi itu lewat kamera foto dan video. Mereka boleh mendekat, asalkan didampingi ranger. 

"Tidak setiap hari ada atraksi ini. Kadang-kadang saja. Biasanya, hanya dalam waktu 10 menit, mereka sudah melahap habis rusa atau kambing," kata Ishak. 

Setelah tak bersisa lagi kambing di gantungan itu, tiga komodo tersebut lalu berjalan santai di sekitar rumah panggung. Kenyang, ceritanya. Pulau Komodo habitat mereka, jadi jangan heran jika saat anda ke toilet atau jalan ke mana pun, terlihat komodo yang sedang tidur atau sekedar bersantai di bawah rumah panggung tempat para ranger. Itulah kenapa anda butuh ranger untuk berkeliling di pulau ini, daripada harus dikejar-kejar komodo. 

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

Berakhir sudah perjalanan kami di Pulau Komodo. Sebelum meninggalkan pulau ini, jangan lupa berfoto ria di pantainya. Hamparan pasir putih dan pemandangan laut jernih sudah menanti anda. Selamat berlibur! (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler