Segelintir orang yang terlibat dalam program buku cerita bahasa Aborijin di tahun 1970an seharusnya bisa menyadari betapa berharganya buku-buku itu beberapa dekade kemudian.
Selama ini, program pendidikan dua bahasa dijalankan di sekolah-sekolah terpencil di Wilayah Utara Australia (NT), membuat anak-anak sekolah membaca dan menulis dalam bahasa ibu mereka sebelum beralih membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.
BACA JUGA: Tamim Khaja Mengaku Bersalah Rencanakan Serangan Teror di Sydney
Ribuan buku anak-anak pemula yang unik, yang sering didasarkan pada cerita lokal dan diilustrasikan oleh seniman lokal, dibuat dalam sejumlah bahasa asli Aborijin.
"Ada yang sangat sederhana dan polos -hanya sebaris gambar dengan beberapa kata," kata ahli bahasa Cathy Bow.
BACA JUGA: Pentingnya Rekonstruksi Payudara Bagi Perempuan Dengan Masektomi Ganda
"Ada yang cukup bersemangat, diilustrasikan dengan lukisan dan segala macam ilustrasi menarik."
Menurut Cathy Bow, buku berwarna-warni yang sekarang tersebar di NT ini masih sangat penting.
BACA JUGA: Timbulkan Kerugian Rp 2 Triliun, Aktivitas Gunung Agung Kini Menurun
Dan sebagai manajer proyek âLiving Archive of Aboriginal Languagesâ (Arsip Aktual Bahasa Aborijin), ia telah membantu membuat 3.380 dari buku-buku itu tersedia untuk umum di arsip daring yang mudah digunakan. Organisasi âLiving Archive of Aboriginal Languagesâ (arsip aktual bahasa Aborijin) telah mengoleksi booklet ini sejak tahun 1970-an.
Supplied: Charles Darwin University Harta karun di tempat mustahil
Cathy Bow dan timnya pergi ke sekolah-sekolah di lokasi yang jauh seperti Galiwin'ku, Barunga dan Papunya untuk mencari bahan-bahan buku tersebut.
Sebuah laporan yang mengarah pada pembentukan program itu merekomendasikan untuk "membanjiri tempat tersebut dengan literatur" -namun materi-materi yang ditemukan tim Cathy mungkin lebih tepat digambarkan sebagai âgenangan airâ.
Jika mereka tak hilang, rusak atau hancur, booklet-nya seringkali penuh debu di dalam lemari sekolah yang sudah lama terlupakan.
"Ada sebuah komunitas di mana program dua bahasa telah ditutup," kenang Cathy.
"Dan ada buku-buku di sana yang menggunung. Kepala Sekolahnya berikir, 'Kita tak menggunakan buku-buku itu lagi, mari kita buang mereka'."
Seorang misionaris setempat kebetulan lewat saat berkotak-kotak buku dibuang keluar.
Menyadari apa yang ada di dalam kotak, ia meminta agar buku-buku itu dikirim ke rumahnya, bukannya meminta tip.
Ia menyimpannya di sana selama bertahun-tahun sebelum buku-buku itu masuk ke arsip.
"Kini, itu mungkin satu-satunya salinan dari buku-buku itu. Yang lainnya hilang," kata Cathy. Buku anak-anak dari komunitas pulau Milingimbi adalah satu dari ribuan buku yang telah di-digitalisasi oleh Cathy Bow.
ABC Radio Darwin: Jesse Thompson Sulitnya temukan penulis
Beberapa buku mungkin memiliki halaman yang hilang, tipografi yang tak bisa dikenali pemindai, atau hanya tertuang dalam coretan.
Hal ini membuat proses digitalisasi menjadi sulit.
Tantangan lain telah dinegosiasikan adalah isu hak cipta, yang dalam banyak kasus dipegang oleh Pemerintah NT.
Zona abu-abu antara undang-undang hak cipta Australia dengan pemahaman masyarakat adat tentang kekayaan intelektual, bagaimanapun, jauh lebih sulit dinavigasi.
Konsep kepemilikan pengetahuan dari masyarakat adat bisa sangat bervariasi.
"Orang yang bisa berbicara untuk sebuah cerita mungkin bukan orang yang disebut dalam buku ini sebagai penulisnya. Itu sangat menantang," ujar Cathy.
Ia dan timnya telah berusaha keras untuk mengidentifikasi, mencari dan berkonsultasi dengan penulis buku.
"Membawa mereka keluar dari konteks mereka dan menempatkan mereka secara daring benar-benar transformasi," katanya.
"Kami tak ingin terus maju dan melakukan itu dan menganggap semua orang akan senang dengan hasilnya."
Ini juga berarti arsip tersebut memiliki simpanan sekitar 1.000 teks yang tak akan tersedia untuk umum hingga izin publikasinya keluar. Booklet, yang ditulis dalam Bahasa Yolngu Gupapuyngu, ini adalah produk dari program Pendidikan dua Bahasa yang dimulai di Milingimbi pada tahun 1974.
ABC Radio Darwin: Jesse Thompson Bagian yang hilang di peta bahasa
Banyak bahasa Aborijin masih hidup dan digunakan di NT, namun lainnya tak lagi digunakan, tertukar dengan bahasa Kriol atau hanya dikenal oleh beberapa orang lanjut usia.
Meski tim Cathy tak lagi memiliki sumber daya untuk melakukan kunjungan jarak jauh, ia berharap bisa terus menggali materi baru dari desktop (komputer) kantornya.
Tim itu juga telah meluncurkan peta yang sesuai dengan arsip tersebut, yang diberi kode warna sesuai dengan materi yang telah ditemukan.
Beberapa bagian NT - terutama di utara dan timur wilayah Tennant Creek â masih berwarna abu-abu, yang berarti belum ada yang muncul.
Cathy mengatakan bahwa ia masih bersemangat tentang prospek untuk mewarnai bagian-bagian kosong tersebut suatu hari nanti.
"Ada beberapa area abu-abu yang tak memiliki bahan. Kapanpun saya bisa mengubah warna abu-abu menjadi warna lain, saya akan sangat bersemangat," tuturnya. Peta dari arsip ini berkode warna, artinya perbedaan tingkat pengetahuan Bahasa mudah ditemukan.
ABC Radio Darwin: Jesse Thompson
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawatan PM Turnbull ke Israel Tertunda 2 Hari