"Seharusnya, kondisi riil yang tidak sehat bagi bangsa dan negara ini, hendaknya mendapat perhatian khusus dari MPR," kata Try, dalam acara silaturrahmi sejumlah mantan jenderal TNI/Polri dengan Ketua dan Pimpinan MPR, di gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Rabu (25/8).
Akibat tidak adanya arah, lanjut Try, ekonomi bangsa ini akhirnya terjebak dengan pasar bebas dan meninggalkan ekonomi kerakyatan sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD RI 1945
BACA JUGA: KPK Tunggu Kewenangan Tangani Pidana Pencucian Uang
Majelis (MPR) sebagai lembaga tertinggi negara, mestinya memberikan pedoman dan kebijakan bernegara kepada Presiden RIDalam pertemuan yang sama, salah seorang anggota forum, Kiki Syahnarki, mengingatkan besarnya potensi kegagalan bangsa ini ke depan karena terus bertumpu kepada restorasi ekonomi bebas dan meninggalkan ekonomi kerakyatan
BACA JUGA: Gugatan Tiga Pasangan Cagub Sulut Lemah
"Konsekuensi ekonomi bebas, ekonomi Indonesia dikuasai asing dan mendorong bangsa ini menjadi individualistik, komsumtif, anarkisme, serakah, menjalankan budaya hukum rimba, eksploitasi sumber daya alam untuk asing dan bukan untuk kesejahteraan rakyat," kata Kiki.Sementara, mantan Mendagri era Presiden Abdurrahman Wahid, Suryadi Sudirja, menggugat 12 tahun reformasi yang dikerjakan oleh elit negara ini
BACA JUGA: Soal Grasi Syaukani, Patrialis Siap Digebuki
Padahal kondisi buruk ini terjadi akibat dari keserakahan kekuasaan yang luar biasaMereka itu mau melestarikan kekuasaannya sendiriIni cara-cara feodalistik,” tegasnya.Di pihak lain, Wakil Ketua MPR Farhan Hamid menjelaskan bahwa hasil dari sebuah reformasi baru akan bisa dirasakan atau diukur pada 20 tahun mendatangDalam pertemuan itu sendiri, ikut hadir antara lain Kiki Syahnarki, Suryadi Sudirja, Soebroto (Barnas), Arie Sudewo, Soekarno, Wahyono, Soelastomo (Jalan Lurus), Soetarto Sigit, Soebijakto Tjakrawardaya, Mustahid Astari, serta Monang Siburun(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menlu: Tiga Pelanggaran Dilakukan Malaysia
Redaktur : Tim Redaksi