jpnn.com - PENAMBANGAN pasir di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang menyita perhatian publik beberapa hari belakangan. Seorang tokoh yang menyuarakan penolakan penambangan pasir Salim Kancil tewas dibunuh warga yang mendukung penambangan. Kini puluhan orang yang diduga membunuh itu sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Lumajang.
Jawa Pos (Induk JPNN) berkesempatan mengunjungi daerah penambangan. Lokas itu memang mengalami kerusakan cukup parah.
BACA JUGA: Sempat Mundur, Pilkada di Tiga Daerah Ini Berpeluang Digelar di 2015
Penambangan pasir ilegal besar-besaran telah membuat dinding pantai rusak. Dari kejauhan, ombak pantai selatan bisa terlihat karena gundukan pasir yang dulu berwujud bukit sudah terkikis. Air laut bahkan masuk ke petak-petak sawah garapan warga.
BACA JUGA: Menag Harus Tegas Larang PPIH Ikut Ibadah Haji
Di luar itu, pengamanan di Selok Awar-Awar juga ditingkatkan. Personel gabungan disiagakan di sekitar lokasi kejadian.
BACA JUGA: Asyiikk.. Masyarakat Indonesia Bisa Naik Kapal Pesiar dari Dalam Negeri
Beberapa personel kepolisian dan satpol PP terlihat berjaga di rumah korban Salim, Tosan, dan balai desa. Kegiatan warga juga terlihat berjalan normal. Meski begitu, beberapa warga tetap enggan dimintai keterangan terkait kejadian memilukan tersebut.
Tokoh masyarakat Selok Awar-Awar Abdul Hamid mengatakan, situasi memang berangsur kondusif. Tapi, warga tetap takut bicara, apalagi bersaksi, terkait kejadian Sabtu pagi itu.
"Sudah saya imbau tidak usah takut. Karena ini momentum untuk menyampaikan yang sebenarnya terjadi di sini," tuturnya. (gun/did/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR Sebut Biadab kepada Pembunuh Salim Kancil
Redaktur : Tim Redaksi