jpnn.com, SEMARANG - Suasana duka masih menyelimuti kediaman Meta Novita Handayani, 38, warga Perumahan Permata Puri, Kelurahan Beringin, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Jateng, yang menjadi korban pembunuhan.
Meta Novita Handayani merupakan istri R Agus Prabowo, 40, salah satu kepala cabang Bank BRI di wilayah Jakarta.
BACA JUGA: Motor Pembunuh Istri Kepala Cabang BRI Ditemukan
Saat Jawa Pos Radar Semarang berkunjung, Jumat (2/3), penghuni rumah sedang membereskan sampah pelayat yang baru saja meninggalkan kediaman berwarna hijau dan berpagar coklat.
Tak lama kemudian, Kustantoniyah, 67, ibu korban dengan langkah tertatih lantaran sakit stroke keluar dari dalam rumah.
BACA JUGA: Istri Kepala Cabang BRI Dibunuh, Sempat Berteriak
Menurut Endang Yuliarti, tante korban, seharian Kustantoniyah menerima tamu yang terus berdatangan ke rumah tersebut.
Jawa Pos Radar Semarang pun mendengarkan cerita Kus, sapaannya, tentang anaknya yang menjadi korban pembunuhan.
BACA JUGA: Ternyata jadi Mayat Bukan Karena Kena Setrum
Termasuk soal Lina, mantan PRT korban yang diduga turut terlibat dalam peristiwa tersebut. Kus mengaku mengenal baik Lina saat bekerja di rumah Meta.
“Ya dia itu kan masih kecil, usianya 17 tahun kalau tidak salah. Dia itu di sini (rumah Meta) kerjanya yang pertama kali. Bahkan sempat bilang kok wanimen nggaji aku Rp 1,2 juta (kok berani sekali mengaji saya Rp 1,2 juta, red),” tuturnya.
Kus mengatakan bahwa selama 3 bulan menjadi PRT, baru satu bulan terakhir Lina ikut menginap di rumah korban.
Selama itu, Kus menceritakan bahwa Lina memang bekerja kurang baik dan tidak tanggap. Dalam artian, Lina tidak akan bekerja sebelum disuruh.
Selain itu, Lina seringkali berpenampilan seksi mengenakan celana yang sangat pendek dan baju tanpa lengan.
Tak hanya itu, Lina gemar berdandan dan seringkali menerima tamu laki-laki yang diketahui sebagai kekasihnya. Kus mengaku tidak tahu nama kekasih Lina.
“Dia (Lina) pernah cerita kalau mau dinikahi, tetapi Lina menolak karena dia (kekasihnya) itu senang mabuk-mabukan dan keplek. Ya, saya sarankan saja, kalau seperti itu tidak usah saja” terang pensiunan dosen PGSD UNNES ini.
Jawa Pos Radar Semarang sempat menunjukkan salah satu akun Facebook yang berisikan foto perempuan dan laki-laki yang diduga adalah Lina dan sang kekasih kepada Kus.
Rupanya, Kus membenarkan perempuan dalam foto tersebut adalah Lina dan kekasihnya. “Ya, itu pacarnya, dia yang sekarang, yang tatoan. Dia sering ke sini, sejak Lina tidur di sini. Gandeng sering pacaran, Meta jadi tidak enak dengan tetangga. Tapi mecatnya itu setahu saya juga halus,” kata dia.
Kus menuturkan, Meta bilang pada Lina bahwa dirinya hendak pergi ke Jakarta menyusul suaminya selama dua sampai tiga minggu.
Nantinya jika Meta membutuhkan jasa, maka Meta akan menghubungi Lina lagi. Setelah satu bulan berlalu, kakak Lina yang juga bekerja sebagai PRT datang menanyakan kenapa Lina tak kunjung dipanggil bekerja.
“Meta itu bilang, lha dia itu pacaran. Jadi ya sudah aja (tidak dipanggil bekerja lagi),” imbuhnya.
Sementara itu, Runako, 4, putra bungsu korban yang ada di lokasi kejadian saat terjadi pembunuhan, dikatakan oleh Kus, kondisinya telah membaik. Namun, di wajahnya masih terlihat lebam kebiru-biruan.
Sore hari setelah menerima perawatan di RS Permata Medika Ngaliyan, Nako menceritakan apa yang dialaminya kepada sang nenek.
“Dia bilang dijotos-jotosi di pipi kanan kiri, mau teriak saat ibunya ditekak itu, dia dibekap. Nako juga bilang kalau sempat dibenturkan ke tembok,” jelasnya.
Kustantoniyah mengaku telah menyerahkan pengejaran pelaku kepada pihak kepolisian. Ia berharap agar pelaku segera bisa ditangkap dan diganjar hukuman seadil-adilnya. Putrinya itu meninggalkan tiga anak, Thirza (SMP), Athallah (SD), dan Runako. (tsa/aro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Divonis Mati, Andi Matalata si Pembunuh 5 Orang Itu Menangis
Redaktur & Reporter : Soetomo