Mahasiswa Jangan Ragu Bermimpi Setinggi Langit, Tirulah Bung Karno, Hatta, hingga Agus Salim

Senin, 06 Maret 2023 – 18:14 WIB
Dosen Ilmu Pertahanan Unhan Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas academica secara hybrid di Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, MAKASSAR - Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI Hasto Kristiyanto mengharapkan mahasiswa tak ragu untuk bermimpi setinggi mungkin dan berimajinasi. Namun mimpi itu harus dilakukan setelah mengasah kepemimpinan intelektual dengan banyak membaca buku serta menggali ilmu, dan berdiskusi.

Langkah seperti itu adalah juga langkah yang pernah ditapaki oleh para Pendiri Bangsa seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan Ali Sastroamidjojo.

BACA JUGA: ASN Dinas Pendidikan di Kupang Masuk Kantor Pukul 05.30 WITA Mulai Hari Ini

Hal itu disampaikan Hasto dalam kuliah umum yang diikuti ratusan mahasiswa dan civitas academica secara hybrid di Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3).

Rektor Universitas Negeri Makassar Prof Husain Syam, Rektor Universitas Hasanuddin Prof Jamaluddin Jompa, dan Rektor UIN Sultan Alauddin Prof Hamdan Juhannis juga hadir dalam acara itu.

BACA JUGA: Gus Falah Apresiasi Perhatian Puan Maharani bagi Pendidikan Islam

Hasto memaparkan tradisi intelektual Bung Karno sebagai bagian dari kuliah umumnya yang bertema “Reaktualisasi Pemikiran Bung Karno saat ini menyongsong Indonesia Emas 2044”.

Hasto memotivasi para mahasiswa dan anak muda Indonesia untuk membangun tradisi intelektual dengan banyak membaca buku serta berdiskusi. Karena itu adalah bagian dari dialektika pertama dan kedua di tradisi intelektual Soekarno. Hasil dari dialektika tersebut adalah kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi akan sebuah perbaikan ke arah lebih baik.

BACA JUGA: Literasi Digital Sektor Pendidikan Dimulai, Kampus dan Sekolah jadi Target 

“Jadi, jangan pernah ragu bermimpi. Dari situ muncul imajinasi dan geest atau semangat juang. Kalau tidak melakukan dialektika pertama dan kedua, tidak akan berimajinasi. Mahasiswa saatnya berpikir apa problem rakyat kita,” kata Hasto.

Dalam melihat kondisi masyarakat dan dunia, lanjut Hasto, harus memiliki tiga perspektif, yakni society view, national view, dan worldwide view.

“Dari imajinasi dan geest muncul kepentingan nasional dan tindakan strategis. M Hatta dan KH Agus Salim juga sama merumuskannya. Tetapi cara merespons yang berbeda dengan Bung Karno, namun saling melengkapi,” urai Hasto.

Hasto kembali menekankan dari para pendiri bangsa, bisa dipelajari bahwa segala sesuatunya dimulai dari tradisi intelektual.

“Maka rajinlah membaca dan diskusi. Karena tanpa olah pikir dan olah rasa, takkan bisa kemudian membangun semangat juang, tidak akan ada imajinasi masa depan,” ujarnya.

Hasto banyak berdiskusi dan mendapat pertanyaan dari para mahasiswa, soal bagaimana mengaktualisasikan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan aktual anak muda saat ini.

Salah satu, lanjut Hasto, ialah bagaimana Indonesia memiliki sumber daya alam luar biasa, tetapi sangat sedikit riset yang dilakukan mahasiswa dan perguruan tinggi. Contoh, Megawati Soekarnoputri mengkritik bagaimana di tengah ancaman stunting, tak terdengar riset perguruan tinggi soal makanan bergizi di sekitar masyarakat.

“Tidak ada negara sekaya kita dalam wisata kuliner. Sampai ada Buku Mustika Rasa. Australia dan Singapura iri kalau datang ke tempat kita. Tetapi kenapa tidak pernah riset akan hal ini? Ibu Mega pernah memberikan kritik pada perguruan tinggi. Kita memiliki makanan yang bergizi kenapa kita menghadapi stunting. Ini ancaman 30-40 tahun bagi kita. Pentingnya kaum perempuan dan kampus melakukan riset yang membumi,” beber Hasto.

Dia menilai aktualisasi pemikiran Bung Karno ialah membaktikan pada negara ini melalui riset dan inovasi sehingga Indonesia menjadi bangsa berdaulat, berdikari, dan bangga akan kebudayaan.

Hasto juga banyak menceritakan kisah pengalaman dirinya sendiri, sejak bersekolah, mahasiswa, bekerja sebagai pegawai, hingga terjun ke dunia politik. Hasto menceritakan juga di hadapan peserta, bagaimana pengalaman dirinya dalam mengambil keputusan atas karirnya di politik.

“Pengalaman saya dulu di kampus pernah jadi ketua senat, pada usia 38 tahun saya jadi anggota DPR RI. Saya terinspirasi buku karya Jim Collins. Dari buku tersebut, sama dengan Bung Karno, kita diajarkan kita harus punya imajinasi,” pungkasnya.

Rektor UNM Husain Syam menyatakan ajaran-ajaran Bung Karno masih sangat relevan dan bahkan fundamental bagi Indonesia. Wujudnya seperti dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila, hingga Bhinneka Tunggal Ika, konsep luar biasa di tengah keragaman bangsa Indonesia.

Di hadapan para mahasiswa  yang hadir, Husain bernostalgia tentang sejumlah tulisan ditempel di dinding kelas saat masih bersekolah dasar.

Misalnya, tulisan berisi pernyataan Bung Karno, “kutitipkan bangsa dan negara ini kepadamu”.

“Apa maknanya, beliau telah berjuang habis-habisan membawa Indonesia merdeka, dan saatnya tugas kita agar isilah kemerdekaan dengan penuh perjuangan dan sumber daya manusia berkualitas sehingga negara ini menjadi maju. Ada amanat kita harus mengambil tanggung jawab di sana,” urainya.

Tulisan lainnya adalah ucapan Bung Karno, “berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia”.

Menurutnya, kata-kata ini berusaha menginspirasi kaum muda bahwa pemuda adalah kata kunci dalam seluruh sejarah pergerakan republik ini.

“Mulai 1909, 1928, 1945, 1966, 1998. Semua dilakukan anak muda seperti anda semua mahasiswa. Belum pernah ormas agama, apakah NU atau Muhammaidyah mensponsori lahirnya perubahan yang ada. Tak pernah mampu kalau hanya ormas, yang bisa lakukan itu hanya kaum muda intelektual,” urainya.

Ada satu lagi ucapan Bung Karno yang digantung di dinding kelasnya saat SD, yakni agar menggantungkan cita-cita setinggi langit, karena jikalau pun engkau jatuh, akan jatuh di antara bintang-bintang.

“Artinya bercita-citalah setinggi langit, kalaupun tidak tercapai, minimal kita jatuh akan di tengah. Masih lebih baik dari yang tak pernah bercita-cita karena masih akan tetap ada di dasar,” katanya. (Tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Dekan FISIP Kampus Ternama dan 1 Stafsus Wapres jadi Penguji di UKK Bacaleg PKB


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler