Makar! Makar!

Kamis, 08 Desember 2016 – 18:23 WIB
Monumen Makar Pieter Eberfeld di Kampung Pecah Kulit. Monumen bersejarah yang kini menghuni Museum Prasasti Jakarta. Foto: Badan Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta.

jpnn.com - BUKAN di musim yang ini saja, “makar” pernah menjadi topik hangat di Batavia—Jakarta tempo doeloe. 

Menjelang Tahun Baru 1722, Pieter Erberfeld yang acap mengkritisi penguasa beserta sejumlah pengikutnya ditangkap aparat pemerintah Hindia Belanda. Tuduhannya; makar. 

BACA JUGA: Dari Pinisiq hingga Phinisi

“Dalam berita acara pengadilan disebutkan mereka akan melakukan makar pada malam 1 Januari 1722 saat pesta menyambut tahun baru,” tulis Alwi Shahab dalam Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe.

Collage van Heemradeen Schepenen atau Dewan Pejabat Tinggi Negara mengganjar Pieter cs  hukuman mati. 

BACA JUGA: Bukan Sulawesi, Pinisi Berasal dari Daerah ini?

Untuk menakut-nakuti rakyat, sekaligus menimbulkan efek jera, eksekusi dilakukan dengan cara yang tidak biasa di tanah lapang sebelah Selatan Balaikota Batavia.

Mereka disalib. Kedua tangan dipotong. Lalu jantungnya dicongkel, dilemparkan ke wajah masing-masing. 

BACA JUGA: Pinisi "Kapal Baru Kemarin" (1)

Versi lain menyebut, tubuh orang-orang yang dituduh makar itu diikatkan pada empat kuda. Masing-masing kuda berdiri menghadap empat penjuru mata angin. 

Dengan satu aba-aba, kuda-kuda itu berlari kencang ke arah berlawanan. Pecahlah tubuh si tertuduh. Lokasi itu kini disebut Kampung Pecah Kulit, sekitar kawasan Jalan Pangeran Jayakarta.

Rekayasa Penguasa

Beberapa tahun setelah eksekusi itu, sebagaimana dikisahkan Alwi Shahab, peristiwa sebenarnya dari kasus ini terbongkar. 

Erberfeld beserta para pengikutnya yang dituduh makar; berencana membuat kekacauan dan membunuh semua orang Belanda yang ada di Batavia, ternyata korban, "rekayasa Gubernur Jenderal Zwaardecroon.” 

Menurut Abah Alwi—demikian sejarawan Jakarta itu karib disapa, kasus sebenarnya hanyalah soal sengketa tanah. Gubernur Jenderal selaku orang nomor satu di Hindia Belanda ingin membeli tanah Pieter, di daerah Jacatraweg dengan harga murah.

Tanah itu daerah elit tempo doeloe. Kini berada di sebelah Timur stasiun Jakarta Kota--sekarang Jalan Pangeran Jayakarta.

Monumen Makar

Namun apa lacur, semua telah berlalu. Erberfeld orang kaya belasteran Jerman-Jawa beserta para pengikutnya telah dieksekusi. 

Bahkan, pemerintah Hindia Belanda membangun monumen untuk mengenang peristiwa itu; sebuah tugu setinggi dua meter. Di puncaknya tertancap sebuah tengkorak pada sebatang tombak. 

Di tugu termaktub tulisan yang bila diterjemahkan lebih kurang artinya begini: 

Sebagai kenang-kenangan yang menjijikkan atas dihukumnya sang pengkhianat Pieter Erberfeld. Karena itu dipermaklumkan kepada siapa pun, mulai sekarang tidak diperkenankan untuk membangun dengan kayu, meletakkan batu bata dan menanam apa pun di tempat ini dan sekitarnya. Batavia, 14 April 1722. 

Pada 1977, monumen itu dipindahkan dari kawasan Jalan Pengeran Jayakarta ke Museum Prasasti, Jakarta. Hingga kini, Monumen Makar itu masih ada. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... RIP Fidel Castro, Hasta Siempre Comandante...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler