Makassar Menuju Kota Layak Anak

Selasa, 23 September 2014 – 05:47 WIB

jpnn.com - MAKASSAR - Pencanangan Makassar sebagai kota layak anak direspons positif Ketua Jurusan Ilmu Sosiologi Unhas, HM Darwis. Menurutnya langkah yang ditempuh Pemkot Makassar perlu diapresiasi, namun jangan berhenti di situ saja.

Saat ditemui di ruang kerjanya kemarin, ia menuturkan bahwa, Makassar belum bisa menjadi kota layak anak.

BACA JUGA: Jelang Nikah, Dewi Kehilangan Rumah, Ibu dan Adik

"Kita lihat saja, di mana-mana banyak anak yang minta-minta di jalan. Hal ini membuat mereka terancam dalam hal psikologis dan fisik. Belum lagi, tempat bemain mereka yang sangat minim, hingga ada anak yang belum bersekolah," ujar HM Darwis, seperti dilansir FAJAR (JPNN Grup), Selasa (22/9).

Hal ini diakui Wali Kota Makassar, Danny Pomanto saat launching pencanangan Makassar menjadi Kota Layak Anak di Lapangan Karebosi kemarin. Dalam sambutannya ia mengatakan Pemkot Makassar telah banyak melakukan usaha. Namun situasi dan kondisi saat ini masih jauh dari harapan.

BACA JUGA: Markup Alat, Staf Ahli Wali Kota Ditahan

"Ini dikarenakan belum terlaksana perkembangan anak secara holistik, yang ada sekarang kan hanya pendekatan secara parsial dan sektoral. Sehingga masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan hak-haknya," akunya.

Terlepas dari itu, lanjut dia, pencanangan ini menjadi sebuah langkah awal bagi Pemkot Makassar untuk berusaha memenuhi lima hal pokok bagi masyarakat, khususnya anak-anak. Yakni, hak sipil atau kebebaaan, lingkungan keluarga dan alternatif, persiapan hak dasar dan kesejahteraan, pendidikan, serta perlindungan khusus.

BACA JUGA: Siswi Mesum di Mimika Terancam Dikeluarkan

"Saya berjanji dalam waktu dekat ini akan membangun taman di 14 kecamatan di Kota Makassar, yang nantinya menjadi area bermain bagi anak-anak," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, HM Darwis kurang sependapat. Menurutnya, langkah utama yang harus dilakukan Pemkot yakni merevitalisasi kota yang padat dan kumuh.

"Coba lihat di Lembo, Lette, dan Tallo. Di sana tempat hidup miskin dan kumuh. Banyak anak yang tidak bersekolah di sana, mereka banyak yang mengemis di jalan yang punya risiko besar dalam hal keselamatan," jelasnya.

Terkhusus di ranah pendidikan, kata dia, anak-anak di sana tidak butuh sekolah yang formal. "Mereka ingin senang dengan pendidikan luar sekolah, hal inilah yang tidak dipahami oleh pemerintah. Semoga Pemkot bisa mewujudkan pencangan ini, walau itu tidak mudah," tandasnya. (dly/ysd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karyawan PLN Meninggal Tersengat Listrik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler