TAK terkendalinya pembangunan pusat perbelanjaan (mal) di Jakarta menjadi salah satu penyebab kemacetanHal ini disebabkan, pusat perbelanjan itu kebanyakan berdiri di di kawasan yang padat dan macet.
Pengamat perkotaan Yayat Supriatna yang berpendapat, seharusnya sebelum merencanakan pembangunan pusat perbelajaan, harusnya dilakukan kajian mengenai analisa dampak lingkungan (amdal) yang akan terjadi jika mall itu dibangun.
“Saat ini lebih dari 170 mall ada di DKI Jakarta
BACA JUGA: Penyelundup BB Divonis 22 Bulan, JPU Kasasi
Dari jumlah itu, menjadikan Jakarta kota dengan mall terbanyak di duniaDi samping jadi biang kemacetan, keberadaan mall juga terkesan sering tidak memperhatikan kondisi lingkungan
BACA JUGA: 20 Pasangan Lansia Ikut Nikah Masal
Misalnya mengurangi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan penyedotan air tanah yang berlebihan.“Karena itu saya mengharapkan Pemprov mengurai kemacetan di Jakarta benar-benar terwujud
BACA JUGA: Tanah Tinggi Nyaris Tawuran Lagi
Tapi kalau diizinkan, lanjutnya, kemacetan semakin bertambah,” kata dosen Jurusan Planologi Universitas Trisakti ini.Sebagai tawaran solusi, dia mengusulkan, ada baiknya keberadaan mall dipindahkan ke pinggiran atau ke luar JakartaAlasannya, kontribusi yang diberikan mall terhadap Jakarta sejauh ini memang terhitung kurang.
Ditanya soal pendapat yang mendesak segera dibangunnya jembatan penyeberangan orang (JPO) maupun terowongan bawah tanah di sejumlah wilayah, khususnya pusat perbelanjaan, Yayat pesimis langkah itu akan dilakukan oleh pihak mall“Mana mau mereka membuat seperti ituPengusaha nggak mau mengeluarkan modal hanya untuk pembuatan jalan,” kata Yayat.
Selain itu, kata Yayat, pembangunan ruang bawah tanah saat ini masih belum memungkinkanKarena peraturan mengenai tata ruang bawah tanah pun belum jelas keberadaanyaHal ini baru bisa dilakukan jika peraturan tersebut sudah dibentuk“Peraturan daerah tentang Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) saat ini saja masih kacauBagaimana mau membuat tata ruang bawah tanah,” katanya.
Senada dengan Yayat, pengamat transportasi Darmaningtyas sepakat, pembangunan mall harus dihentikanNamun karena ratarata mall yang ada saat ini relatif sudah dibangun pada masa lalu, menurutnya yang memungkinkan adalah penyikapan terhadap pembangunan mall yang saat ini sedang dalam proses dan berpotensi memacetkan lalu lintasItulah yang harus segera dihentikan.
Apalagi, lanjutnya, keberadaan mall memberikan peluang bagi pedagang kaki lima untuk membuka lapaknya di trotoar di depan mallDia mencontohkan seperti yang terjadi di depan Mall Semanggi, Jakarta Pusat“Ironisnya, tidak ada penindakan baik dari pihak mall maupun pemerintah daerah,” sesal Darmaningtyas.
Sedangkan mengenai usulan penyediaan fasilitas penyeberagan jalan khusus untuk pengunjung, menurutnya, yang paling urgent dilakukan pihak mall adalah membenahi jalur pintu masuk atau keluar kendaraanJuga soal pengelolaan parkir dan sistem penyeberangan yang tidak mengganggu arus lalu lintas di tempat tersebut.
Diakui Darmaningtyas, kemacetan di sekitar mall ini masih diperparah dengan angkutan umum yang menjadikan lokasi tersebut sebagai halte dadakan, dan angkutan umum yang menunggu ataupun menurunkan penumpang seenaknya.
Terhadap fenomena ini, dia menyayangkan karena pihak mall juga terkesan tidak ada tindakan mengatur lalu lintas si sekitar mall tersebutTerlebih pada saat jam-jam sibuk seperti di pagi dan sore hari atau saat makan siang.
Anggota Komisi A, DPRD DKI, William Yani mendesak pemprov DKI untuk menegakkan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) tentang lalulintas bagi pembangunan mal yang tengah berlangsungSebab, hampir semua mal yang ada saat ini selalu jadi biang macet karena lokasinya berdekatan dengan jalan raya.
"Terlebih lagi kalau terletak di persimpangan jalan, kemacetan menjadi lebih parah lagiItu karena tidak ditegakkannya analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) tentang lalulintas saat pembangunan mal," tandas William(wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foke Larang Sahur On The Road
Redaktur : Tim Redaksi