Manfaatkan Ospek untuk Kenalkan Revolusi Industri 4.0 kepada Mahasiswa Baru

Senin, 02 September 2019 – 05:05 WIB
CEO Diginusantara Nurfajri Budi Nugroho saat menyampaikan paparan tentang Revolusi Industri 4.0 di hadapan mahasiswa baru Universitas MH Thamrin Jakarta. Foto: UMHT

jpnn.com, JAKARTA - Revolusi Industri 4.0 telah menjangkau berbagai bidang. Kemajuan teknologi informasi (TI) sebagai bagian penting Revolusi Industri 4.0 pun membawa tantangan sekaligus peluang.

Guna merespons Revolusi Industri 4.0 yang begitu cepat, Universitas MH Thamrin (UMHT) Jakarta merasa perlu mempersiapkan para mahasiswanya agar pintar membaca peluang di masa mendatang. UMHT pun menggembleng para mahasiswanya yang baru masuk agar paham betul tentang Revolusi Industri 4.0.

BACA JUGA: Syahrul Yasin Limpo Tekankan Tiga Hal Penting untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Untuk itu pula kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus atau ospek di UMHT diisi dengan paparan tentang Revolusi Industri 4.0. Ketua Panitia Pengenalan Program Studi Mahasiswa (PPSM) UMHT Dedi Setiadi ST menyatakan, sudah bukan masanya lagi ospek diisi dengan hal-hal yang menjurus kekerasan fisik.

Menurutnya, kini saatnya mempersiapkan mahasiswa agar menjadi entrepeneur. “Justru yang lebih penting adalah memberikan bekal kepada mahasiswa agar memahami tantangan yang ada di masa depan,” ujarnya saat berbicara di hadapan 600 mahasiswa baru peserta PPMS UMHT, Sabtu (31/8).

BACA JUGA: Gita Gutawa Ajak Masyarakat Tingkatkan Skill Hadapi Revolusi Industri 4.0

Untuk kegiatan itu, UMHT menghadirkan praktisi TI Nurfajri Budi Nugroho. CEO Diginusantara itu mengatakan, hal penting dalam menghadapi Revolusi 4.0 adalah tekad dan semangat pantang menyerah.

"Tidak ada yang tidak mungkin selama kalian punya tekad dan tujuan. Saya juga mengalami apa yang Anda rasakan, berangkat dari keterbatasan, terus berusaha, sampai akhirnya segala sesuatunya kelihatan hasilnya," kata  Fajri.

BACA JUGA: Jabar Provinsi Pertama yang Menerapkan Teknologi di Bidang Perikanan

Anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu menjelaskan, jiwa entrepeneur harus ditanamkan sejak dini. Fajri menegaskan, mengikuti pendidikan secara formal dengan kuliah bukan berarti tidak bisa menjadi entrepeneur.

“Semangat wirausaha bukan tentang jualan semata, melainkan menumbuhkah kultur berfikir inovatif dan terus mencari peluang baru,” tuturnya.

Mantan wartawan itu menjelaskan, kultur wirausaha merupakan kunci untuk memenangi persaingan di era Revolusi Industri 4.0. Terlebih, katanya, dunia dan cara kerja manusia sudah berubah sangat cepat.

Fajri memaparkan, teknologi informasi membuat banyak jenis pekerjaan yang akan hilang dan digantikan oleh aplikasi ataupun robotik. Mengutip sebuah penelitian, Fajri mengungkapkan bahwa pada 2030 terdapat sekitar 20 juta pekerjaan yang akan digantikan robot.

Sebagai contohnya adalah transaksi di pintu tol yang kini sudah nontunai. Profesi kasir bank pun diprediksi akan hilang.

Di sisi lain, penggunaan aplikasi makin meluas. Warga bisa menjangkau layanan kesehatan ataupun mengakses dokter dan perawat secara mudah melalui aplikasi.

“Semua berubah. Hanya profesi yang menguasai teknologilah yang akan bertahan dan menang,” pungkasnya.(indopos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Generasi Muda Harus Berkolaborasi untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler