jpnn.com - SURABAYA – Melambatnya pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Timur membuat industri premi asuransi melemah. Karena itu, industri asuransi harus mencari target bisnis baru.
Regional Sales Manager PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia Surabaya A.A. Putu Mawar menyatakan, penerimaan premi dari perpanjangan polis (renewal) masih berjalan lancar. Namun, perolehan premi dari nasabah baru (new business) cenderung melambat.
BACA JUGA: Ekonomi Global Lesu, JK: Tak Masalah Bila Kebutuhan Dasar Masyarakat Stabil
’’Yang agak sulit itu adalah premi dari new business, terutama industri manufaktur, industri baja, pengolahan ikan, dan industri kertas. Kondisinya agak susah,” kata Putu.
Kondisi tersebut terjadi karena industri manufaktur masih terdampak melambatnya perekonomian pada tahun lalu. Meski tahun ini ada perbaikan, hal itu belum berpengaruh signifikan.
BACA JUGA: Belum Ditemukan Uang Hasil Kejahatan Masuk Industri PBK
Banyak perusahaan yang merasa cukup hanya dengan memberikan jaminan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
’’Ya, itu wajar sih. Tapi, tidak semuanya. Itu bergantung kondisi finansial dan skala perusahaan,” lanjut Mawar.
BACA JUGA: Inilah Prediksi soal Dampak Brexit ke Indonesia
Saat ini jumlah nasabah Mandiri Inhealth di Jatim mencapai 105 perusahaan. Anak perusahaan PT Bank Mandiri Tbk tersebut hanya mengincar nasabah korporasi dan tidak mengincar nasabah ritel.
Karena itu, kondisi finansial korporasi sangat memengaruhi kinerja perusahaan. Tahun lalu pendapatan premi Mandiri Inhealth di Jatim mencapai Rp 73 miliar dengan pertumbuhan sepuluh persen secara year on year (yoy). Kontribusi asuransi kesehatan mencapai 68 persen.
Tahun ini perseroan ditargetkan mampu mengumpulkan total premi Rp 221 miliar. Khusus new business premium, Mandiri Inhealth hanya mampu mengumpulkan Rp 7 miliar. (rin/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Pernyataan Dua Wakil Gubernur Soal Menara BTS
Redaktur : Tim Redaksi