jpnn.com - NOVEL 'Sepatu Dahlan' karya Khrisna Pabichara diangkat ke layar lebar. Jika tak ada aral, film yang mengisahkan masa kecil Dahlan Iskan itu bakal bisa dinikmati di bioskop bulan April mendatang.
Film yang menceritakan kesulitan hidup akibat kemiskinan itu dibesut oleh sutradara Benny Setiawan. Bagi Benny, bukan hal mudah menggarap film itu. Ia harus mendatangi kampung halaman Dahlan Iskan di Magetan, Jawa Timur demi mendapatkan gambaran utuh tentang masa kecil pria yang kini menjadi Menteri BUMN itu.
BACA JUGA: Hadang BKN, Jangan Terbitkan NIP Honorer Siluman
Benny juga harus mendapatkan pemeran ‘Dahlan kecil’ yang bukan hanya mendekati secara fisik, tetapi juga punya dialek ‘Magetan’ saat berbicara. “Kita mencari pemain yang tepat dan sesuai dengan karakter tokoh,” katanya kepada Yessy Artada dari JPNN.
Meski menghabiskan banyak waktu untuk meneliti sosok ‘Dahlan kecil’, tapi Benny justru hanya sebentar bertemu dan berbicara dengan Dahlan Iskan sebelum proses produksi. “Hanya 15 menit,” ucapnya.
BACA JUGA: Banyak Pesawat Hilang tak Ditemukan
Lebih lengkap tentang bagaimana kisah pembuatan film ’Sepatu Dahlan’ itu, berikut petikan wawancaranya:
Apa yang menarik dari kisah 'Sepatu Dahlan' ini?
Yang menarik dari kisah sepatu Dahlan karena menceritakan kemiskinan tanpa harus menjadi kisah yang mengiba atau meratap. Justru kisah di dalamnya penuh dengan motivasi, inspirasi dan spirit.
BACA JUGA: Kita Berusaha Selamatkan Suara
Berapa lama akhirnya memutuskan untuk memfilmkan novel Sepatu Dahlan?
Akhir tahun 2012, saya sudah dikontak untuk menulis dan menyutradari film Sepatu Dahlan. Tapi, karena ada beberapa kendala, akhirnya film ini baru bisa dibuat bulan Desember 2013.
Mensosialisasikan film ini kepada Pak Dahlan seperti apa?
Saya rasa cukup lama dilihat dari pertama kali niat memfilmkan ini di akhir tahun 2012, tapi saya sendiri tidak begitu lama, cukup 15 menit saja bertemu Pak Dahlan.
Berapa lama cari pemeran dalam film ini?
Pencarian pemain sekitar tiga bulan.
Seberapa sulit mencari pemeran dalam film Sepatu Dahlan?
Cukup sulit untuk memilih pemeran film ini. Karena ini bukan cerita fiksi, jadi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya paling tidak mendekati baik secara fisik maupun karakternya.
Yang paling sulit mencari sosok siapa dalam film Sepatu Dahlan?
Yang paling sulit ,mencari tokoh Dahlan kecil dan teman-temannya. Karena di samping secara fisik harus mirip, juga dialek Jawa Magetan yang khas, dan yang paling penting kemampuan aktingnya.
Siapa saja tokoh-tokoh yang tidak perlu ikut tes casting?
Semua pemain ikut audisi, tak terkecuali pemain yang sudah punya nama besar. Bukan karena meragukan kemampuannya, tapi kita mencari pemain yang tepat dan sesuai dengan karakter tokoh.
Sempat datang ke keluarganya Dahlan di Jawa Timur? Bertemu siapa saja?
Saya pergi ke Magetan untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman Pak Dahlan di masa kecil. Saya juga banyak dapat masukan dari adik Pak Dahlan yang ada dalam cerita itu, Pak Zainudin Iskan. Kami juga sempat mendatangi pesantren Takeran (Pesantren Sabilil Muttaqien Magetan, red) di mana Pak Dahlan pernah menjadi santri dan mewawancarai beberapa teman sekolahnya.
Kesan-kesannya saat ketemu keluarga Dahlan di sana?
Kesan yang saya dapat, keluarga yang sangat sederhana, hangat dan sangat menyambut baik.
Apa kata keluarga Dahlan tentang dirinya?
Di mata keluarga, Pak Dahlan adalah seorang yang sangat mandiri, berkemauan keras dan banyak akal.
Apa adegan tersulit dari novel itu?
Adegan hujan di malam hari, saat Dahlan dan adiknya harus berhujan-hujanan menyambut ibunya pulang.
Sempat bertemu dengan istri Dahlan?
Hanya sesaat saja, tapi cukup untuk melihat bahwa beliau (Nafsiah Sabri, red) sosok sederhana yang menjadi kekuatan besar bagi Pak Dahlan.
Kendala-kendala dalam film ini apa saja?
Kendala terbesar adalah hujan yang turun hampir setiap hari, karena kami shooting di bulan Desember.
Target jumlah penonton film ini?
Target penonton tentunya saya berharap yang terbaik dan dapat ditonton oleh anak-anak serta keluarga Indonesia, karena film ini sangat inspiratif, memotivasi dan penuh spirit.
Menilai sosok Dahlan Iskan seperti apa?
Di mata saya, Pak Dahlan sosok yang jujur, bersahaja dan sangat menghargai segala hal, termasuk kreativitas seorang penulis dan sutradara. Ia sama sekali tak intervensi dalam pembuatan film’ Sepatu Dahlan’. Saya hanya bertemu 15 menit dan pesan beliau yang sangat mengagumkan terus saya ingat, “terserah mau dibuat apa film ini, dan saya tidak akan ikut campur, mau baik atau buruk buat saya, saya tidak ambil pusing".
Bagaimana menanggapi adanya anggapan miring yang mengait-kaitkan film ini dengan Pilpres 2014?
Saya buat film bukan untuk propaganda politik, saya hanya mempropagandakan kisah inspiratif, motivasi dan spirit. Yang menanggapi miring, silahkan tonton filmnya, baru kasih komentar. Dan jangan lupa bawa anak-anak dan saya jamin akan banyak manfaat.
Ada rencana mau memfilmkan cerita-cerita yang lain dari kisah Dahlan?
Belum tahu, walau saya berkeinginan untuk membuat kelanjutannya, 'Surat Dahlan'. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antisipasi Kerawanan Kontestasi
Redaktur : Tim Redaksi