Masuk Penjara, Politikus Itu Terpaksa Tidur di Atas Lemari

Rabu, 17 Januari 2018 – 21:19 WIB
Ilustrasi penjara. Foto: Pixabay

jpnn.com, BANYUWANGI - Hampir semua penjara di Indonesia mengalami overkapasitas, tak terkecuali di Banyuwangi, Jawa Timur.

Lembaga pemasyarakatan (lapas) yang beralamat di Jalan Istiqlah 59 itu kini dihuni 871 orang. Padahal, kapasitas normalnya hanya 260 orang.

BACA JUGA: Mana Sanggup 48 Sipir Jaga 2.611 Tahanan

DEDY ZUMHARDIYANTO , Banyuwangi

Overkapasitas itu berlangsung bertahun-tahun. Sayang, hingga sekarang, belum ada solusi konkret untuk mengatasi membeludaknya jumlah penghuni lapas kelas II-B tersebut.

BACA JUGA: 80 Narapidana Diangkut dengan Kereta Api, Mau Ke Mana?

Pihak lapas sendiri hanya bisa pasrah dengan fenomena overkapasitas tersebut.

Yang mengerikan, di antara 871 penghuni lapas, 364 orang adalah warga binaan dengan perkara penyalahgunaan narkoti­ka dan obat-obatan terlarang (narkoba).

BACA JUGA: Lapas Overkapasitas di Jambi, Yasonna Bilang Begini

Dampak overkapasitas tersebut dirasakan tahanan dan narapidana. Karena padatnya ruang hunian, para penghuni lapas harus saling berjejal.

Salah seorang narapidana, Surya Dalianta Brahmana menyatakan, ruang hunian di dalam lapas jauh dari kata ideal.

Betapa tidak, untuk tidur saja, para penghuni lapas harus mengatur agar tidak saling berjejal.

Ruangan berukuran 8 x 4 meter diisi 25 orang. Praktis, saat istirahat atau tidur malam, para penghuni harus mengatur dengan posisi adu kaki atau posisi ujung kaki bertemu ujung kaki.

"Kalau tidak diatur, posisi kaki bisa di atas kepala saat tidur," ujar napi kasus narkoba tersebut.

Bahkan, untuk menghindari kepadatan ruang hunian, sebagian penghuni rela tidur di atas lemari.

Dengan maksud, kondisi ruangan di lantai bisa lebih longgar digunakan untuk tidur.

"Kalau di kamar, lemari saya himpitkan dan saya tidur di atasnya. Saya lebih baik mengalah agar teman-teman yang lain bisa lebih longgar," ujar mantan anggota DPRD yang juga ketua tim kreatif tersebut.

Kondisi serupa dirasakan Arifin, 33, salah seorang napi asal Purwoharjo.

Menurut dia, kondisi di dalam lapas sangat pengap. Hal itu diduga karena kondisi ruang sudah penuh sesak. Saking pengapnya, kadang mereka tak bisa tidur nyenyak dan nyaman.

"Harapan kami, bangunan ruang hunian bisa diperlebar. Sehingga untuk tidur bisa lebih longgar dan tidak pengap," harap napi kasus narkoba yang dihukum enam tahun itu.

Sempitnya lahan lapas juga berdampak pada kegiatan warga binaan yang terbatas. Untung, kondisi di dalam lapas masih ada "kuwung jeruji kreatif".

Yakni, tim kreatif yang mengasah kemandirian dan kegiatan keagamaan.

Setiap hari selalu ada kesibukan yang dilakukan. Kegiatan tersebut bisa mengurangi kejenuhan dan rasa bosan selama di dalam lapas. (ddy/aif/c21/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Total LP dan Rutan di Sumbar yang Over Kapasitas


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler