Masyarakat Rentan Tertipu Robot Trading, Ternyata Ini Penyebabnya

Senin, 21 Maret 2022 – 19:29 WIB
Tren platform perdagangan dengan sistem robot trading makin marak saat ini, bahkan platform itu sukses mencuri hati masyarakat dengan iming-iming imbal hasil. Ilustrasi: Annizhamul H/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tren platform perdagangan dengan sistem robot trading semakin marak saat ini, bahkan platform itu sukses mencuri hati masyarakat dengan iming-iming imbal hasil besar dan minim risiko.

Namun, sebaliknya malah banyak platform yang hanya berkedok menipu dan menjadi investasi bodong.

BACA JUGA: Kabar Terbaru Kasus Robot Trading Viral Blast, Polri Sita 2 Rumah Mewah di Green Lake Surabaya

Usai Binomo, kini giliran investasi bodong berkedok robot trading bernama Fahrenheit.

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya Kombes Auliansyah Lubis mengatakan terdapat tiga pelaku berinisial D, IL, dan DB yang sudah diamankan.

BACA JUGA: Waduh! Marc Marquez Dibonceng Motor Pajak Mati, Ini Kata DJP

Pasalnya, kasus dugaan penipuan dan pencucian uang dari robot trading itu diperkirakan membuat para korban merugi hingga Rp 5 triliun.

Menurut dia, setidaknya ada 55 laporan yang diterima polisi terkait kasus ini dan diperkirakan ratusan orang menjadi korban.

BACA JUGA: Polda Metro Gulung 3 Pelaku Penipuan Berkedok Robot Trading, Begini Perannya  

Menanggapi hal itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan ada beberapa faktor utama yang menyebabkan masyarakat mudah terjebak investasi ilegal. 

Pertama, Bhima menjelaskan masyarakat tidak melakukan cross cek atau penelusuran terkait legalitas aset dan perusahaan.

Kemudian, masyarakat mudah mempercayai apa yang dilihat di media sosial.

"Faktor selanjutnya, masyarakat mudah tergoda dengan keuntungan tinggi dalam jangka pendek. Ini perlu diperhatikan," ujar Bhima kepada JPNN.com, Senin (21/3).

Selanjutnya, kebanyakan dari masyarakat tidak bisa membedakan mana investasi dengan perjudian.

Selain itu, Bhima mengungkakan peran keluarga sebagai benteng terkecil tidak berjalan optimal untuk melindungi dari godaan investasi ilegal.

Menanggapi hal itu, Bhima mengimbau pemerintah untuk mendorong pendidikan literasi keuangan dari sekolah dasar.

"Selama ini di sekolah hanya diajari cara menabung tetapi tidak diberi edukasi soal jenis-jenis produk investasi yang aman," ungkap Bhima.

Bhima juga menyarankan agar pemerintah menggandeng tokoh masyarakat dan organisasi keagamaan untuk mengedukasi masyarakat di pedesaan soal bahaya investasi ilegal.

"Upaya preventif juga bagus dilakukan, misalnya influencer yang menawarkan investasi ilegal langsung diamankan oleh pihak berwajib, tanpa menunggu adanya laporan korban," tutup Bhima.(mcr28/jppn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Tangkap 3 Pelaku Robot Trading Fahrenheit, Identitas Pemilik Sudah Dikantongi, Siap-Siap Saja


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Wenti Ayu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler