JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadhina, Bima Ariya Sugiharto mengatakan pasangan Megawati Soekarnoputri-Sri Sultan Hamangku Buwono X hanya pemimpin simbolikJika terpilih jadi presiden dan wapres, keduanya tidak punya kemampuan memecahkan permasalahan bangsa ini.
“Baik Megawati maupun Sultan adalah pemimpin simbolik
BACA JUGA: Boni: SBY Ibarat Supir Bajaj
Megawati menyimbolkan dirinya sebagai putri Soekarno, sementara Sultan adalah symbol dari kerajaan Jawa,” ujar Bima ketika dihubungi wartawan, Kamis (29/1).Keduanya lanjut Bima tidak memiliki jejak rekam yang bisa dibanggakan dan tidak pula punya kapasitas menyelesaikan permasalahan sesuai kewenangannya jika memimpin
BACA JUGA: Tidak Kooperatif, Billy Dituntut Empat Tahun
Sultan pun demikian, menjadi raja dan gubernur saja tidak bisa mengangkat taraf kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Yogyakarta,” tegas Bima.Oleh karena itu, lanjut Bima, jika pasangan itu terpilih maka bangsa Indonesia sulit untuk berubah
BACA JUGA: Banjir Rugikan Negara Rp10 T Per Tahun
Sultan pun demikian,”tegasnya.Menyikapi prilaku Sultan yang terkesan plin-plan, ingin jadi presiden tapi tidak menolak pada posisi wakil presiden, Bima dapat memahami ituSultan berada pada situasi yang dilematis saat ini, karena dirinya menyadari kondisi yang nampaknya tidak memungkinkannya menjadi presiden karena belum ada partai besar yang mau mengusungnya.
“Sebenarnya, dalam rencana A Sultan ingin jadi presidenSecara bersamaan, dirinya pun sadar bahwa hal itu nampaknya sulit diraihAkhirnya harus mengambil plan B dimana dirinya harus mau mempertimbangkan pinangan PDIP sebagai cawapres Megawati,” ujar Bima.
Selain belum tegasnya Sultan secara pribadi menerima pinangan Megawati, dalam dirinya sekaligus juga kental akan mentalitas raja yang harus dipegangnya“Dia harus memegang teguh mentalitas raja yang harus berjuang habis-habisanJika dirinya saat ini langsung mau menerima pinangan Megawati maka itu menunjukkan Sultan tidak memiliki mentalitas rajaSultan akan dicap sebagai raja yang kalah sebelum berperangRaja tidak boleh kalah sebelum berperang,” imbuhnya.
Sebelumnya Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens ketika ditanyakan wartawan mengapa Megawati memilih Sultan padahal Sultan tidak memiliki track record yang bisa dibanggakan sebagai pemimpin daerah yang berhasil menjawab bahwa nampaknya Megawati memili Sultan memang karena alasan bahwa Sultan dapat dengan mudah meraih simpati masyarakat Yogyakarta.
“Megawati mengharapkan pasangan wakil presiden Sultan itu karena kharismanya dan memang bukan karena track rekordnyaDiharapkan jika Sultan mendampinginya maka dengan kharismanya masyarakat dapat dipimpin dengan baik,” tegas Boni(Fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubu Mega Tuding SBY Pegang Rekor Langka
Redaktur : Tim Redaksi