SMA Sale College di Gippsland, di pinggiran Kota Melbourne, kini semakin banyak siswanya yang berasal dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan negara lainnya. Sekolah ini menerapkan program Multicultural Youth Life (MY Life) yang memungkinkan siswa berbagi cerita tentang budaya masing-masing.

LSM Centre for Multicultural Youth (CMY) menggelar program MY Life untuk diterapkan di berbagai SMA. Sale College adalah salah satu SMA yang paling awal menerapkan program ini.

BACA JUGA: Harun Causevic Hanya Dapat Peringatan Karena Kasus Kepemilikan Senjata

"Puluhan siswa dikumpulkan bersama setiap Selasa pagi dan saling berdiskusi," jelas Tori Stratford dari CMY.

"Mereka berkumpul selama 4,5 jam perminggu dan mendiskusikan segala hal termasuk kesadaran diri, tujuan hidup, dan peluang yang ada," katanya.

BACA JUGA: Aborigin Wariskan Kisah Orang Makassar Cari Teripang via Budaya Lisan


Mary Chol, siswi Sale College keturunan Sudan.

 

BACA JUGA: Jakarta Tujuan Pertama Lawatan PM Malcolm Turnbull

Mary Chol (18), siswi sekolah itu yang keturunan Sudan, mengaku puas bisa berbagi cerita tentang budaya Sudan kepada teman-temannya.

"Bagaimana orangtua saya memperlakukan kami berbeda dengan orangtua dari negara lain. Saya paling tua dari enam bersaudara dan jika anda paling tua, menurut budaya kami, maka anda yang harus memasak dan membersihkan rumah untuk adik-adik," katanya.

"Saya harus membantu ibu saya. Jika tidak, saya akan dipandang sebagai orang yang tak perduli atau anak yang tidak baik," kata Mary.

Siswa yang ikut program MY Life di sekolah itu tahun ini berasal dari keturunan Korea, Filipina, Pakistan, dan Amerika Serikat.

"Di antara masalah yang mengemuka di antara mereka akan bagaimana mendapatkan pekerjaan nantinya," jelas Stratford.

"Mengenai rasisme dan diskriminasi, kami mendengar bagaimana mereka merasa diterima di Gippsland, meskipun daerah ini sebenarnya tidaklah seberagam daerah lainnya di sekitar Melbourne," katanya.

Joanne Wilson, dari Sale College menjelaskan, tadinya para siswa ini masih saling malu-malu, namun belakangan mulai saling terbuka berbagi cerita.


Bakhtawar Ahmad, siswi Sale College keturunan Pakistan.

 

Bakhtawar Ahmad (19) siswi keturunan Pakistan mulai masuk di SMA tersebut sejak Februari lalu.

"Saya suka di sini karena terbuka kesempatan lebih besar dibandingkan di Pakistan," katanya.

Menurut dia, dengan mendiskusikan budaya masing-masing akan meningkatkan pemahaman di antara para siswa.

Menurut Kepsek SMA Sale College Brendan Staple, sekolahnya memang memegang prinsip rasa memiliki, pencapaian dan respek.

Dijelaskan, SMA ini semakin bercorak multikultur meskipun keberagaman siswanya mewakili kelompok minoritas.

"Masyarakat luas di sekitar sini menerima para siswa minoritas ini," kata Staple.


Justin Smart siswa Sale College keturunan Amerika.

 

Justin Smart (17) yang berasal dari California pindah ke Sale lima tahun lalu.

"Saya merasa Amerika sama dengan Australia, jadi pindah ke sini tidak mudah tapi juga tidaklah sulit," katanya.

Dengan mengikuti program MY Life, Justin banyak belajar mengenai orang lain dan budayanya yang berbeda-beda.

"Penting bagi kita untuk memahami orang lain dan negara asalnya secara lebih baik," katanya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dia Teknologi Tua yang Sangat Populer di Zamannya

Berita Terkait