Membaca Prabowo, Membaca Peluang

Jumat, 06 Maret 2009 – 14:36 WIB

SURPRISE juga sang serdadu ini muncul ke panggung politik nasionalGerindra yang berdiri setahun lalu itu sudah didukung 11 juta anggota

BACA JUGA: Jawa-Non Jawa, Jalan Panjang

“Semuanya memakai kartu tanda anggota,” kata Amran Nasution, mantan wartawan TEMPO yang duduk dalam think-tank Gerindra
“Semuanya diasuransikan jika meninggal dunia dalam kecelakaan lalulintas,” kata Amran kepada saya sewaktu pulang ke Medan, sebulan silam.

Gerindra berbasis massa petani, 13 ribu pedagang pasar, dan, wah, kini meraih amunisi baru berupa  3,5 juta petani kelapa sawit di Tanah Air.  Tak heran jika Prabowo tak mengerti mengapa sejumlah lembaga survei menempatkan Gerindra di ranking bawah sebagai partai baru.

Jika merunut komentar pakar komunikasi, Efendi Ghazali dalam sebuah talk show di Medan belum lama ini, iklan Gerindra di layar kaca cukup wow juga

BACA JUGA: Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?

Ada petani bersahaja dan anak-anak sekolah yang ceria
Lalu, burung Garuda terbang di angkasa

BACA JUGA: Propinsi Tapanuli: Gugat Mindset Kolonial

“Terdengarlah narasi “Gerindra” yang ekspresif di gendang telinga,” kata EfendiKemudian, bayang-bayang Garuda bergerak di bumi.

Prabowo Subianto, mantan Pangkostrad itu pun sudah bicara, dan siap menjadi Capres partai Gerindra“Saya tak ingin bangsa ini menjadi bangsa kacung," ujarnya di depan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) di Jakarta, Rabu (5/4).


                                        *

Anggapan “kemendadakan” tampilnya Prabowo di gelanggang politik rada masuk akalMenjelang runtuhnya rezim Orde Baru, ia memang seorang jenderal yang kemilau, justru di usia 47 tahun dan menjadi Panglima Kostrad, sehingga beberapa langkah lagi menjadi Panglima ABRI, atau bisa saja menjadi presiden karena ia adalah menantu SoehartoTetapi zaman berkata lain.

Soeharto lengser, dan kasus penculikan aktivis yang terjadi pada era ia menjabat Danjen Kopassus pun diungkap, sehingga karirnya di militer berakhir.

Terbetik kabar, ia lebih banyak berdiam di Yordania dan terjun ke dunia bisnis, seperti pertambangan dan perkebunanEeh, namanya mencuat pada konvensi Capres Partai Golkar yang digagas oleh Akbar Tandjung pada 2004Ia ikut meski akhirnya Wiranto unggul dan menjadi Capres Golkar pada 2004 lalu.

Serdadu ini tak kapokIa mulai mengukir sejarah baru dengan menjadi ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menggantikan Siswono Yudohusodo pada 2004Juga menjadi ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) pada 2008Tak lama kemudian, lahirlah Gerindra.

Biasalah, seorang pebinis selalu mengalami “jatuh bangun.” Sebagai pemilik (baru) perusahaan pulp and paper Kiani Kertas, sempat terbebani kewajiban pembayaran utang senilai US$37 juta ke Bank MandiriTapi kemudian, Bank Mandiri pada 21 Januari 2007 lalu mengumumkan status utang Kiani tidak lagi merahBahkan, Kiani Kertas sudah dikategorikan ke dalam performing loan.

Ada bisik-bisik bahwa utang itu justru berasal dari Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo, pengusaha pemilik Grup TirtamasEntah benar entah tidak, tapi dalam keluarga wajar saja jika uang bisa mengalir dari kantong kiri ke kantong kanan.

Lepas dari kisah itu, Amran bercerita sudah bertahun-tahun Prabowo menerbitkan media untuk petani yang terbit sekali sebulan dan beredar di seluruh Indonesia“Oplahnya, 300 ribu saban terbit dan dikirimkan kepada petani secara gratis,” kata Amran.

Inilah media dialog Prabowo dengan petani“Para petani juga suka berkirim surat bertanya tentang pupuk, benih dan cara membuat kolam ikan deras,” kata Sjahril Chili, Redaktur Pelaksana majalah itu kepada saya.

Kita pun jadi mengerti mengapa Prabowo membeli 30 ton tandan buah segar sawit saban bulannya dari asosiasi petani kelapa sawit Indonesia (Apkasindo).  Uniknya, walau harga BS hanya sekitar Rp 600 sekilo, tetapi Prabowo mau membelinya Rp 6.500 sekilo.

Jika dikalkulasi ia mengeluarkan uang pembeli TBS sebesar Rp 200 miliar sebulanJangan kaget, jika menurut Ketua Umum Apkasindo Sumail, Apkasindo, Prabowo bukan figur baru di kalangan petani sawit, karena sebelumnya melalui keluarganya sudah menjadi salah satu pelaku di bisnis ini.

Mestinya, tindakan itu dilakukan pemerintah untuk menolong petani sawitLagi pula, jika dihitung-hitung sudah berapa pajak ekspor CPO yang dikutip pemeritah sejak puluhan tahun terakhir ketika harga sawit sedang tinggi-tingginyaApalagi produk CPO Indonesia hanya 30% yang digunakan untuk industri minyak goreng domestik, dan selebihnya diekspor ke luar negeri.

*

Prabowo memang penuh kontroversiPencopotannya sebagai Panglima Kostrad pada 22 Mei 1998  seperti ditulis oleh mantan Presiden BJ Habibie dalam buku "Detik-Detik Yang Menentukan" masih penuh misteriJika pencopotan itu atas permintaan Soeharto, masih diragukan karena belum ada konfirmasi dari Soeharto.

Kala itu, bangsa ini sedang dililit krisis moneterJoseph Stiglitz membuat kajian bahwa resesi di negeri dengan etnik majemuk dapat mencetuskan gejolak sosial politikItu disampaikan Stiglitz dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral se Asia di Kuala Lumpur pada akhir 1997.

Bahwa program kontraksi moneter dan fiskal yang berlebihan, seperti resep IMF kepada Indonesia, dapat menimbulkan huru-hara politik di Indonesia.

Terbukti meletuslah Tragedi Mei 1998Mulai dari tewasnya empat mahasiswa Trisakti, huru-hara masif di kota-kota Indonesia, penjarahan toko-toko dan plasa, korban jiwa dan berakhir dengan lengsernya Soeharto.

Sebelumnya, Soeharto atas anjuran penasihat ekonominya meminta IMF sebagai dewa penolongKetika nota kesepakatan (Letter of Intent, LoI) pertama diteken pada 31 Oktober 1997, Indonesia pun terjebak dalam peniadaan subsidi, pengetatan anggaran, liberalisasi perdagangan dan privatisasi BUMN.

Eh, masih saja disusul LoI kedua, 15 Januari 1998Masih ada LoI ketiga, dan kenaikan harga BBM yang dipaksakan oleh IMF telah menimbulkan krisis mutlidimensional

Blunder terjadi ketika dana BUMN dialihkan ke SBI yang melonjak 30 persen untuk satu bulan pada 1997Akibatnya pasar rush menyerbu dolarRupiah terjun bebas Rp 17.000 perdolar pada 22 Januari 1998.

Utang luar negeri melambung dengan cadangan devisa yang tipisInflasi 11,1 persen pada akhir 1997 dan 77,6 persen pertahun pada 1998Pasar modal dan uang serta dunia usaha rontokBanyak bank kolaps, disusul PHK, kerusuhan merebak, pengangguran dan kemiskinan berkecambah.

Tak dipungkiri lagi, bahwa jatuhnya Soeharto telah direkayasa IMFKetika Prabowo selaku Danjen Kopassus diundang oleh pihak intel Jepang pada Januari 1998, ada simulasi yang melukiskan akan terjadi huru-hara di Indonesia.

Simulasi itu diperoleh intel Jepang dari CIA sebagai sekutu AS di IMFBahkan, November 1997, ada bocoran dari Departemen Luar Negeri AS tentang kemungkinan terjadinya huru-hara Jakarta.
*

TETAPI, mengapa Indonesia dengan pertumbuhan rata-rata 7% pada 1990-an, harus dijatuhkan?

Kisah ini bermula ketika isu ABRI Hijau versus ABRI Merah Putih bergulir dalam bisik-bisik politikAntara lain terdiri dari perwira muda seperti Prabowo dan Kivlan yang masih berpangkat Mayor, dan dekat dengan kalangan IslamRezim yang Islam phobia mulai berbulan madu dengan Islam, sampai ada istilah "kabinet ijo-royo-royo."

Habibie bahkan ditugasi Soeharto menjadi ketua ICMISebelumnya, ABRI Merah Putih berencana mendukung Jenderal Benny menjadi Wakil Presiden pada sidang umum MPR 1988 (Konflik dan Integrasi TNI AD oleh Kivlan Zen, Institute for Policy Studies, IPS 2004).

Tak pelak, Soeharto mengangkat Try Sutrisno menjadi Panglima ABRI menggantikan Benny pada 24 Februari 1988Akibatnya, Benny gagal menjadi Wapres, dan naiklah SudharmonoNamun saat SU MPR 1993, Fraksi ABRI MPR dipimpin Harsudiono Hartas sukses mendukung Try Sutrisno sebagai Wapres.

Soeharto mengangkat Feisal Tanjung menjadi Panglima ABRI pada 21 Mei 1993 sehingga memuluskan Habibie terpilih sebagai Wapres pada SU MPR 1998Konflik elit TNI AD makin menarik ketika kemudian Wiranto menggantikan Feisal sebagai Panglima ABRI, dan Prabowo diangkat sebagai Panglima Kostrad.

Tarung internal ini semakin terbuka pada saat Tragedi Mei 1998Ada dua buku, "Dari Catatan Wiranto: Bersaksi di Tengah Badai" (Aidul Fitri) diterbitkan oleh Institute for Democracy of Indonesia pada April 2003, dan buku Fadli Zon seorang alumnus London School of Economics (LSE) Inggris berjudul "Politik Huru-Hara Mei 1998" pada 23 April 2004 yang secara gamblang mengungkap konflik internal elit TNI AD tersebut.

Suatu kali Prabowo bertemu Habibie di Hamburg Jerman pada 2004 laluTerungkaplah bahwa pencopotan Prabowo (si ABRI Hijau) adalah karena tekanan negara super power

Terlepas dari sejarah yang masih debatable itu, modal politik dan psikologis Prabowo sudah berlapis-lapis juga sebelum terjun ke arena Pilpres 2009Tak tiba-tiba saja, ia menjadi politikus***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler