Memberi Tauladan Lebih Bermakna daripada Seribu Kali Berbicara

Kamis, 09 Oktober 2014 – 15:35 WIB

jpnn.com - MEMBANGUN dan memajukan sebuah daerah merupakan tanggung jawab semua pihak, dengan peran pemerintah sebagai leader. Itu juga yang telah dipraktikkan di Kabupaten Kudus. Memasuki periode kedua kepemimpinannya, Bupati Kudus H. Musthofa terus berupaya untuk memajukan Kudus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu kuncinya adalah dengan komunikasi yang efektif, seperti juga tercermin dalam dialog pagi Mikir Kudus Bareng Kang Mus di Radio Suara Kudus, beberapa waktu lalu.

 

BACA JUGA: Pasien BPJS Tebus Obat Ratusan Ribu

Dipandu penyiar Emi Rosida dan ditemani Kabag Humas Putut Winarno, Kang Mus, sapaan akrab Bupati Musthofa ini menyebutkan, membangun sebuah komunikasi yang efektif dengan warga Kudus dilakukannya melalui berbagai cara. Mulai dari kegiatan sambang desa/tilik desa, safari Jumat, open house, dialog interaktif di radio, berbagai bantuan untuk masyarakat, dan kegiatan yang seringkali tidak teragendakan secara kedinasan. Tanpa mengenal waktu siang atau malam hari, dirinya selalu menyempatkan untuk bertemu langsung dengan warganya.

 

BACA JUGA: Kompor Gas Meledak, Tiga Rumah Ludes Terbakar

“Ada pepatah mengatakan, melakukan sesuatu sekali jauh lebih bermakna dari mengatakan seribu kali berbicara dihadapan orang lain. Karena itu mulai sekarang kerja, kerja, kerja. Suri tauladan lebih bermakna dari pada terlalu banyak omong,” kata Kang Mus.

 

BACA JUGA: Seribu Polisi Siap Amankan Penutupan Dua Lokalisasi

Karena itu dalam sambutannya di DPRD Kudus saat pelantikan anggota DPRD Kudus lalu, maupun pengukuhan ketua definitive diakuinya hanya tiga kalimat. Yakni lupakan semua kepentingan karena anggota DPRD dipilih oleh rakyat dan bekerja untuk rakyat. Kemudian jika kinerja DPRD masa lalu baik supaya lanjutkan, dan jika jelek harus tinggalkan.
 

“Tidak ada waktu lagi untuk banyak bicara selain kerja, karena saudara sudah ditunggu rakyat,” tandas Bupati Musthofa.

 

Menurutnya saat ini yang diperlukan bangsa Indonesia adalah orang yang bekerja. Tapi kenyataanya orang Indonesia sekarang banyak renungan, banyak yang berangan-angan daripada melakukan sesuatu.


“Di Indonesia bisa jadi apa saja. Bahkan anda akan terkejut mengetahui seberapa jauh anda dapat melangkah dari titik yang anda sangka sebagai akhir perjalanan. Asalkan mau bekerja keras,” ujar Kang Mus berfilosofi.

 

Namun lanjut Kang Mus, semua itu adalah sebuah proses. Akan tetapi kadang umunya yang di angan-angan hasil akhirnya, tetapi tidak pernah melakukan prosesnya. Yang lebih parah lagi tidak pernah melihat prosesnya, iri setelah melihat hasil akhir. “Kamu kok bisa seperti itu sih ? Itu yang paling parah. Itu yang sebagian besar masih dimiliki sahabat-sahabat kita,” tambahnya.

 

Orang nomor satu di Kota Kretek itu menuturkan, mencapai sesuatu akhir dari perjalan itu, adalah  sebuah proses panjang. Bekerja dengan tulus dan keikhlasan. “Namun ketika mendapat hasil akhir yang baik itu sesuatu yang wajar. Mari kita mulai berproses berfikirnya harus kita tata. Minimal kita ajarkan keluarga anak kita menghindari iri dan dengki,” tandas Bupati Kudus dua periode itu.

 

Di luar itu, ia meyakini bahwa masyarakat Kudus sudah sejak dini memiliki sifat yang mau bekerja. Hal itu terlihat dari geliat seluruh jajaran di Pemkab Kudus yang sudah baik. “Ini menjadi virus yang baik,” ujarnya optimis. (jac/*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Muntah Darah saat Ujian, Pelamar CPNS Ini Akhirnya Meninggal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler