Membuka Cadar-Cadar Penutup Daerah Sensitif

Senin, 21 Februari 2011 – 12:50 WIB
Wonderful Indonesia: Dicky Fabrian (kiri) konsulat Indonesia di Mumbai, dan Noviendi Makalam (paling kanan) dalam suasana table talk di JW Marriot Hotel, Mumbai. Foto: Don Kardono

Sekitar 100 pelaku bisnis pariwisata India diam terpaku sekitar 30 menitSaat presentasi tentang bagian-bagian paling sensitif dan lekuk-lekuk yang seksi dari objek wisata Indonesia dalam Table Talk di Hotel JW Marriot Mumbai

BACA JUGA: Dari Bumbu Kari, sampai Lagu Jai Hoo

Ibarat membuka cadar penutup untuk melihat keaslian negeri


Mulutnya seperti huruf ’’O’’

BACA JUGA: Mengetuk Pintu Langit India dari Mumbai

Tak diucap memang kata-kata ’’Ooo…’’ tersebut
Tapi dari raut muka dan ekspresi kepalanya, yang geleng-geleng ke kiri dan ke kanan, menunjukkan kekagetan mereka akan tourism destinations Indonesia yang tidak hanya Bali.

Sekali lagi, tidak hanya Bali

BACA JUGA: Serius Nih Fren!

Ada banyak titik yang amat memikat hati, yang tidak mereka ketahuiDirektur Pemasaran Luar Negeri Ditjen Pemasaran Kemenbudpar, Noviendi Makalam, mengup date kawasan-kawasan baru yang dijamin tidak mengecewakanApa aja ada di IndonesiaLalu menampilkan foto-foto keindahan alam, kebudayaan, events dan segarnya keramahan negeriGambar-gambar itu dipadu dengan datadata yang sangat komprehensif sebagai materi promosi yang punya daya pikatOrang Mumbai pun kaget dengan pertumbuhan jumlah orang India yang terbang ke IndonesiaSejak 2007, jumlah kunjungannya 123.465 orang.

Tahun 2008 mencapai peak-nya, dengan 155.391 orangTahun 2009 sempat turun, hingga 112.267 orang, dan tahun 2010 mulai bangkit dengan 145.179 orang’’Karena itu tahun 2011 kami optimis, bisa mencapai target 160 ribu,’’ ucap pria berambut ikal ini ’’Ada banyak pintu masuk menuju Indonesia, sembari menunggu Garuda Indonesia membuka direct flight dari Mumbai atau New DelhiSingapore Airlines, Malaysia Airlines, Cathay Pacific dan Thai Airways sudah 7 kali per minggu penerbangan ke IndonesiaAir Asia juga sudah 3 kali per mingguArtinya, ada banyak pilihan bagi turis India untuk terbang ke Indonesia,’’ papar diaAirport-nya juga tidak hanya Soekarno- Hatta Jakarta dan Ngurah Rai Denpasar.

Ada Adi Sucipto Jogjakarta, ada Adi Sumarmo Surakarta, ada Hasanuddin Makassar, Polonia Medan, Sam Ratulangi Manado, Juanda Surabaya, Minangkabau Padang dan Husein Sastranegara Bandung’’Bali itu bagian dari IndonesiaDan Indonesia itu jauh lebih luas dan beragamBandung, Jakarta, Jogja, Surabaya, Medan dan kota-kota lain juga punya keunikan yang khas,’’ jelas Jambon –si peranakan Jambi Ambon—yang lagi-lagi salah satu hall di JW Marriot itu senyapNoviendi yang tampil bersama Dicky Fabrian, Konsul Indonesia di Mumbai itu menyebut, persepsi orang India terhadap pariwisata Indonesia masih BaliDi manamana orang bertutur soal Bali’’Saya bisa mengerti, pelaku bisnis pariwisata Bali memang lebih agresif melakukan campaigned dan promo ke India.

:TERKAIT Mereka sudah actions dengan memperkenalkan aneka paketWajar kalau Bali tetap menjadi lokomotif pariwisataSaya mendorong daerah lain untuk memiliki kreasi dengan paket-paket yang menarik,” kata diaDicky menambahkan, dia berharap Garuda Indonesia tidak mundur dalam rencana membuka jalur langsung Mumbai- Bombai ke Indonesia di pertengahan 2011 ini’’Kalau itu dilakukan, aksesnya akan lebih mudah, dan membuka hubungan diplomatik yang lebih kuatApalagi, India adalah salah negara yang bisa visa on arrival,’’ kata Dicky.

Noviendi lagi-lagi menceritakan, contoh paket kreatif membidik diferensiasi Indonesia dalam peta turisme dunia itu bisa dilakukanPasar Malaysia yang merupakan pasar terbesar itu dilempar paket kulineri dengan sasaran ibu-ibu yang hobi memasakProgram itu selain datang ke Jakarta, tinggal di hotel yang nyaman, mereka diberi materi cooking class, memasak kari ala Indonesia, rendang, sop buntut, dllMereka diajak belanja di pasar pagi-pagi, memilih menu, lalu memasak dan dilombakanYang modalnya paling sedikit, dan rasanya paling yahut, mendapat hadiah’’Ide seperti ini menunjukkan bahwa membidik pasar itu tidak harus regulerTidak harus linierTetapi hal-hal unik, detail, kreatif, juga bisa menciptakan segmen tertentuInilah bentuk entrepreneurship dalam industri wisata,’’ kata NoviendiDia membayangkan, seperti sedang membuka cadar orang-orang India, bahwa Indonesia itu begitu luas dan ragam.

Suku, budaya, bahasa, tradisi, agama, semuanya independenSemuanya memiliki kekhasan’’Kami sedang melakukan konsolidasi internal, untuk melakukan mappingNegara mana untuk daerah mana? Agar saat berpromosi itu on target, tidak saltum alias salah kostumMisalnya, pasar India, hasil observasi kami menyebutkan, mereka turis yang ‘malas’ untuk jalan ke objek-objek tertentuMereka lebih suka leyeh-leyeh santai di hotel, belanja, lalu malamnya menikmati hiburan,’’ jelas penggemar batik iniKalau objek bidikannya India, sebenarnya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan juga cocok, selain Bali’’Sampai saat ini, peringkat pertama kedatangan mereka masih ke Bali, baru kedua JakartaYang ke Jakarta pun lebih banyak karena urusan bisnisTetapi, mau bisnis atau wisata, sama saja, mereka sudah datang ke dan membelanjakan uangnya ke IndonesiaSaya jelaskan kepada mereka, semua destinasi Indonesia itu valuableSaya jamin itu,’’ meyakinkanBagi dia, jumlah kunjungan itu penting, karena itulah target yang dicanangkan pemerintahTetapi, lama kunjungan dan angka belanja per wisatawan itu juga lebih penting untuk melengkapi jumlah kunjungan.

’’Selain kuantitas, juga kualitas kunjungan yang kami hitung,’’ jelas NovieSemangat Noviendi memang sedang berapi-apiSelama di Mumbai, dari pagi hingga pagi lagi, aktivitasnya tidak pernah lepas dari ’’menjual’’ potensi wisata tanah airDengan gaya bercakapnya yang friendly, cara berkawan yang soulness, sentuhan pertama dia cukup efektif membuka cadar-cadar pelaku bisnis wisata di IndiaNext steps adalah melanjutkan dengan promosi yang lebih gencar dengan kreativitas paket yang cakepTugas Kemenbudpar sebagai regulator dan ’’pembuka cadar’’ sudah diperankan dengan amat baik mengesankanTinggal menginjak gas lebih dalam untuk membangun networking wisata duniaPersoalan internal jangan sampai menjadi kendala yang terus menerus menggerogoti kepercayaan publikJangan ada kesan, ’’Percuma membuang energi, memasarkan Indonesia ke orang asing, sementara objekobjek wisata di tanah air tidak dipersiapkan optimal.’’ Itu seperti mengundang tamu, tetapi tidak diterima dengan baik.

Bukan repeatation yang didapat, tapi sumpah serapah yang diterimaBisa menjadi bumerang, kita melempar senjata, kita sendiri yang terpaksa mendapatkan serangannyaJangan sampai, promosi Indonesia itu jatuh dalam kesan: ’’Faktanya tak seindah promonya!’’ Itu kata-kata yang amat menyakitkanIbarat lagu India, yang membuat orang bergoyang pinggulJangan hanya kepala, bahu dan tangan yang bergoyang meliuk-liukPinggul pun harus mengikuti irama, sehingga atas bergoyang, bawah pun bergoyangAyo, majukan pariwisata, menuju Wonderful Indonesia! ( don@indopos.co.id)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gua Yakin Lo Bisa!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler