Setiap orang punya sisi buruk dan sisi baikKita percaya itu
BACA JUGA: George Toisutta, Tragedi Baju Hijau di Lapangan Hijau
Para pendukung Susilo Bambang Yudhoyono juga (diam-diam) meyakini akan hal iniPara pendukung SBY, khususnya yang berada di Partai Demokrat, tampaknya semakin bingung ketika para pemuka agama yang sudah sepuh dan sabar dan sudah tidak memiliki syahwat politik, seperti Buya Syafi’i Ma’arif (Muhammadiyah) dan KH Solahudin Wahid (Nahdlatul Ulama), juga mengatakan hal yang sama.
Dalam sebuah forum yang amat bergengsi di kantor pusat PP Muhammadiyah, di Jakarta, dilengkapi oleh para pemuka umat beragama lainnya (Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha), para beliau ini mengungkapkan temuan adanya belasan kebohongan rezim SBY (Senin, 10/1).
Apakah ini fair? Apakah mereka (media massa) dan juga tokoh-tokoh keagamaan itu, tidak mau melihat sisi baik Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat itu yang layak diberitakan, atau tidak melihat sama sekali?
Mosok sih?
Kita memang harus berimbang, fairness
BACA JUGA: Cerita dari Jakarta, Skenario dari Kairo
Media massa, yang bisa membentuk opini publik, lebih-lebih lagi, harus cover both sides, mengangkat berita dari kedua sisi, berimbangBACA JUGA: Antara Cikeusik dan Cikeas
Tapi ini memang teroriPada kenyataannya, sangat sulit dipraktekanApalagi dalam hal menjaga keseimbangan berita mengenai SBY dan pemerintahannya.Wartawan rata-rata mengeluh kesulitan mencari sumber berita yang bisa menyatakan hal positif dari SBY dan pemerintahannya, kecuali dari para anggota kabinet dan Partai DemokratAtau dari orang yang terindikasi korupsi tapi tak kunjung disentuh KPK, apalagi lembaga hukum lain.
Itulah sebabnya berita di media massa kita isinya tampak seolah mengritisi pemerintah belakaAkibatnya, kita yang rakyat biasa jadi tidak punya referensi tentang sisi baik presiden kita yang pandai bikin lagu itu.
Para pengguna teknologi informasi (komputer) yang berjaringan (internet) dan pro-SBY, semula meyakini, di dunia maya, yang tidak terkontaminasi kepentingan pilitik, pasti lebih mudah mencari “kebaikan SBY” untuk disosialisasikan ke masyarakatSaya juga meyakini akan kejujuran dan ketidak-berpihakan para pengelola jaringan semacam Google yang integritasnya sudah teruji.
Akan tetapi harapan itu ternyata kandasSebab, sebagaimana ratusan pendukung SBY, ribuan mahasiswa dan aktivis pergerakan, serta jutaan rakyat Indonesia yang ingin mencari “sisi baik SBY” lewat mesin pencari otomotas yang disediakan jaringan Google dari Amerika Serikat, hasilnya ternyata sungguh mengejutkan.
Ketika mengetik kata kunci “kebaikan SBY”, mesin pencari Google seperti tidak yakin akan pikiran kita yang jernih, yang sungguh-sungguh ingin melihat “kebaikan SBY” untuk kita sebarkan kepada saudara-saudara kita yang hanya tahu “sisi buruk SBY” semata.
Sebab mesin pintar Google, yang bekerja secara otomatis sesuai program itu, ternyata bisa membantah keinginan kita dengan mengatakan, Mungkin maksud Anda adalah: keburukan sby.
Jadi memang susah mencari referensi kebaikan presiden kita yang satu ini.
Kalau sudah begini, siapa yang salah? Kata orang Demokrat, itu bagian dari rekayasa untuk menjelek-jelekan SBYBusyet!
Sekretaris Kabinet SBY yang bernama Dipo Alam mungkin juga pening seperti kita dalam mencari sisi baik bosnya itu di media massa dan internetMakanya, gagasan yang muncul kemudian “boikot media massa” yang mengejutkan, bukan hanya kita, tapi mengejutkan dia sendiri.
Beruntung pihak Google memberi dispensasi kepada SBY dengan mengubah metode pencarian, sehingga “pembetulan” tentang “Mungkin maksud Anda adalah: keburukan sby” sirna dari dunia maya.
Tapi persoalan belum selesaiSebab belum ada jawaban yang pasti buat kita semua: kemana lagi kita mencari informasi “kebaikan SBY”? [**]
BACA ARTIKEL LAINNYA... Musim Gugur Rezim Kebohongan
Redaktur : Tim Redaksi