Menciptakan Resonansi CSR yang Menggaung

Rabu, 27 April 2011 – 11:29 WIB

Apa kesan orang terhadap PT Freeport Indonesia? Anak perusahaan Freeport McMoran Copper and Gold itu? Tambang tembaga dan emas terbesar di dunia? Di atas gunung 4.200 meter dari permukaan laut? Bisa menatap kilauan salju abadi di puncak Jayawijaya?

DON KARDONO, Papua

TRUK-truk segede gambreng, pengangkut batu-batuan yang ditambang yang masih tercatat sebagai truk terbesar di duniaYang satu ban-nya saja seharga mobil All New CRV, sekitar USD 40.000

BACA JUGA: Bedanya Ulat Bulu Jawa dan Malaria Papua

Tinggi ban-nya, tiga kali tinggi badan saya
Ada sekitar 200 truk, yang tiap hari mengangkut 750.000 ton

BACA JUGA: Semut di Seberang Lautan Tampak Jelas

Itu hanyalah kesan fisik yang mengendap di benak orang.

Saya sempat bertanya, mengapa mobil-hamobil Ford Everest dan Toyota Land Cruiser yang beroperasi di sana, selalu dilengkapi antene bendera yang panjangnya lebih dari 2 meter menjulang? Di puncaknya diberi lampu flash berkedip-kedip menyilaukan? Fungsinya apa? Saya baru tahu, rupanya itu pertanda ada mobil kecil
Karena lawannya ada truk-truk raksasa yang kalau menggilas dua mobil di atas, serasa sedang menginjak kerupuk saja

BACA JUGA: Palembang Siap Tuan Rumah SEA Games

Padahal, dua jenis mobil itu kalau di Jakarta, sudah tergolong mobil berbadan besar dan tinggiDua jenis mobil itu, juga selalu berwarna putihBiar kelihatan kalau sedang parkir di proyek.

Kesan lain yang acap ditangkap publik adalah mangkuk raksasa (grasberg) dengan jalan melingkar dari atas ke bawahPolitisi Jakarta sering melihat pertambangan yang ditemukan oleh Geologis Belanda, Jean-Jacquez Dozy tahun 1936 itu dengan nada minorDari soal eksploitasi sumber daya mineral, sampai dampak lingkungan akibat eksplorasi ituAda juga yang memandang dampak ekonomisnya buat negeriDibandingkan dengan nilai ekonomis yang lari ke tangan pemilik modalAda pula yang mengkritisi perpanjangan kontrak karyaIsu-isu tentang lingkungan hidup, sistem pembagian hasil eksplorasi, dan hal-hal seperti di atas memang lebih nyaring didengarApalagi mereka yang belum pernah melihat historis perusahaan pertambangan yang timbul tenggelam ituBahkan pernah nyaris ditutup, ketika cadangan mineral baru belum ditemukan dan dieksplorasi.

Tentu, itu hal-hal yang bisa menjadi bahan perdebatan panjangSesekali kita boleh menengok nada-nada mayor, apa saja kontribusi Freeport untuk negeriBaik secara material maupun immaterialPaling tidak, bisa dijadikan balancingSeperti timbangan, ada yang di kiri, ada juga yang di kananDalam sebuah perbincangan santai dengan Nurhadi Sabirin, Vice President bidang Surface Maintenance dan Wahyu Sunyoto, Vice Presiden bidang Geotech Service, ada begitu banyak corporate social responsibility yang sudah dirasakan publikHanya saja, mungkin, resonansinya tidak sampai ke Jakarta dan kotakota besar di IndonesiaSoal ketenagakerjaan misalnya, Nurhadi menyampaikan, tahun 2010 saja ada 22.318 karyawanDari jumlah itu, 6.478 orang asli Papua, dan 22.381 orang Indonesia non Papua”Tenaga kerja asing hanya 2,08 persen, atau 475 orangPerusahaan pertambangan ini sudah di-running orang-orang IndonesiaTiap tahun ada 150 sarjana teknik baru yang direkrut dari berbagai universitas,” jelas NurhadiKaryawan perempuan, kata dia, baik dari PTFI maupun kontraktor yang bekerja di sana terus meningkat, dari sisi kualitas dan kuantitasJika 2003 hanya 12 persen, maka 2010 menjadi 14,77 persen”Menurut kajian LPEM-Universitas Indonesia, multiplier effect dari operasi Freeport juga cukup signifikanYakni menyumbang 1,59 persen PDB Indonesia, 60 persen PDRB Provinsi Papua, dan 96 persen untuk Kab Mimika,” jelasnya.

”Perusahaan ini juga memberikan lebih dari Rp 89 triliun pada PDB nasional 2009, membayar pajak sebesar 1,42 persen dari anggaran nasional,” tambahnyaTotal pembayaran yang telah dilakukan Freeport selama 2010 sampai Desember telah mencapai USD 1.922 juta atau sekitar Rp 17,4 triliun dengan kurs saat iniItu terdiri atas Pajak Penghasilan Badan sebesar 1USD .261 juta, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar USD 308 juta, royalti USD 185 juta, dan deviden bagian pemerintah USD 169 jutaJuru bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait menambahkan, perusahaan juga memberikan kontribusi tidak langsungSeperti investasi infrastruktur di Papua berupa kota, instalasi pembangkit listrik, bandar udara dan pelabuhan, jalan, jembatan, sarana pembuangan limbah, dan sistem komunikasi modernInfrastruktur sosial yang disediakan oleh perusahaan termasuk sekolah, asrama, rumah sakit dan klinik, tempat ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil dan menengah.

’’Jika dihitung, PTFI telah melakukan investasi senilai kurang lebihUSD 6,6 miliar pada berbagai proyek,” kata RamdaniGuna mendapatkan stok tenaga terampil asal Papua, tahun 2003 PTFI mendirikan Balai Latihan Kerja dengan nama Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) di Kuala Kencana, TimikaHingga kini sudah meluluskan lebih dari 1.500 siswa magang untuk bekerja di PTFI dan perusahaan kontraktorStandar kelulusan di IPN cukup ketat, karena ada teori, praktik di peralatan simulator, dan praktik memegang alat langsungTruk-truk monster, yang bannya sebesar kingkong itu bisa diperagakan di ruang simulatorMirip sekolah pilot, sebelum memegang kendali pesawat, harus lulus di depan layar yang skala dan posisi duduknya persis seperti di atas trukBagaimana cara maju, mundur, belok kiri, belok kanan, sampai hal-hal yang amat presisi, semua diajarkan secara virtualSelain itu, lanjut Ramdani, PT Freeport Indonesia juga membuat komitmen selama lima 2010-2015 dengan nilai USD 1 juta untuk penyediaan beasiswa kepada mahasiswa Papua untuk meraih diploma di ASYakni program master dan community college program, serta program pengajaran bahasa Inggris untuk di sekolah- sekolah di Papua.

Komitmen itu dibuat melalui perjanjian kemitraan dengan American-Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), yang merupakan cabang Bi-National Fullbright Commission di IndonesiaPresiden Direktur & CEO PT Freeport Indonesia Armando Mahler menyebut, ’’Hasil kemitraan Freeport Indonesia dan AMINEF dengan memberi kesempatan belajar mahasiswa Papua itu luar biasaKami bangga, program ini dapat meningkatkan potensi dan kapasitas SDM di sana.’’ Selama 1998 - 2009, AMINEF dan PTFI telah memberi dukungan kepada 22 mahasiswa Papua menjadi penerima beasiswa program masterMasih ada banyak hal yang amat kental dan terasa, jika kita berada di Timika, dan TembagapuraSoal kesehatan, soal pemberdayaan ekonomi lokal, soal budidaya kopi, program kesehatan dan rumah sakit, dllMasyarakat lokal bisa merasakan ituTetapi, lagi-lagi, belum ada ”ampliflier” yang menggaung secara nasional akan sederet tanggung jawab sosial perusahaan itu(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendengar Solusi-Solusi Kreatif Birokrasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler