HAI, apa kabar Din? Masih belum mau makan dan minum? Masih trauma dan takut diracun? Atau memang sedang diet sekaligus menjalankan ibadah puasa, sehingga sehari hanya makan dua kali saja, Buka dan Sahur? Sejak beberapa anggota Komisi III dan pengacara OC Kaligis memaksa menemui Nasaruddin ke Mako Brimob Depok lalu, memang sempat menciptakan spekulasi isu
Di satu sisi M Nasir, sepupu Nasaruddin menghembuskan kabar bahwa Mantan Bendahara Partai Demokrat itu sedang sakit
BACA JUGA: Lewati Uji Imunitas, Proses Kategori World Class
Dia betul-betul ketakutan menyantap makanan yang disajikan di ruang tahananBACA JUGA: Delapan Alasan Menerobos Tirai Bambu
Ada satu perubahan sikap dan perilaku yang cukup meresahkan Nasir, atas pribadi si NazaruddinTersangka korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games, di Jakabaring Palembang itu kerap linglung
BACA JUGA: Jangan Kebakaran Kumis Bang!
Tidak nyambung, alias tulalitBawaannya murung, diam, melamun, dan tidak bergairahConfidence-nya seperti berada di titik nolTatapan matanya menerawang, tidak fokus, tidak sedang memikirkan sesuatuMirip sastrawan yang sedang mencari inspirasi dengan mengikuti ke mana arah pikiran dan perasaan bergerakSaat diajak bicara, jawaban Nazar betul-betul tidak connect dan tidak bisa disarikanJangan-jangan sudah dicuci otak? Atau sudah diracun? Itulah kekhawatiran M Nasir, Anggota Komisi III DPR RI yang juga berasal dari partai penguasa berjaket biru itu
Di sisi lain, medical report yang diverifikasi tim dokter KPK dan Polri, menyebut Nazarudin sehat-sehat sajaTidak ada satu indikator pun yang ganjilMereka secara resmi sudah melakukan serangkaian tes kesehatan, untuk memastikan kondisi Nasaruddin sebelum menjalani pemeriksaanHasilnya tidak diragukan, sehat walafiatHanya kecapekanItu mah hal kecil bagi legislator di Gedung RakyatAnggota DPR RI tentu sudah terbiasa bersidang dari pagi sampai pagi lagi, istirahat sebentar sidang lagi
Lalu, mana yang benar? Versi Nasir atau dokter KPK-Polri? Sehat apa sakit? Dicuci otak atau karena depresi mendalam, yang akhirnya membuat mentalnya ikut terguncang? Saya kok tidak terlalu yakin Nazar dicuci otak? Apa bisa mencuci otak hanya dalam 38 jam, di atas ketinggian 10.000 kaki, dari Cartagena-Jakarta?
Tanpa permainan cahaya, sound system, tekanan dan materi yang sistematis? Pakai sabun dan deterjen merek apa? Sedangkan, Hitler dengan Nazi-nya yang tersohor sebagai ahli brainwashing nomor wahid di dunia saja, harus melibatkan ahli psikologi dan butuh waktu 5 tahun? Pakar psikologi, Sigmund Freud dari Austria menyebut idealnya 2-5 tahun
Cuci otak zaman Nazi Jerman dan Uni Soviet di Perang Dunia I dan II, tujuannya untuk membentuk mental prajurit yang tahan banting baik secara fisik maupun mental, dan setia terhadap keyakinan pemimpin atau partai yang mereka anutCuci otak juga mengubah pola pikir dan perilaku seseorang, yang dilakukan secara sistematik dan mendasarMisalnya, tawanan perang AS di Korea Utara saat perang Korea 1950, juga cuci otak tawanan AS di Vietkong, sampai akhirnya tentara AS –yang sudah dicuci otak--- itu memusuhi negerinya sendiri
Metode brainwash sendiri beragamPertama, bisa dengan model persuasi dengan memadukan vokal dan visual, seperti ESQ memasukkan unsur-unsur kebaikan di bawah sadar manusiaKedua, bisa juga dengan obat-obatan atau senyawa kimia lainPoin yang kedua inilah yang mungkin ditakuti oleh NasirYang ketiga, bisa dengan siksaan secara fisik maupun mental seseorang, seperti dalam suasana perangRasanya, tiga hal itu tidak cukup dalam masa terbang 38 jam itu
Saya kok cenderung melihat Nasaruddin itu sedang “jatuh mental” yang betul-betul jatuhDari tempat yang tinggi sekali, langsung jatuh terpelanting ke tanah, tanpa tersangkut ranting dan dahanBukan karena habis dikucek-kucek otaknya
Selama berada di pelarian, Malaysia, Singapura, Dominika, sampai Cartagena, dia adalah sosok yang tegar! Murah senyum, bicaranya lantang dan suaranya utuhSeolah, siapapun mau dia lahap mentah-mentahSaat on line di skype dan memakai topi anyaman khas itu, semakin mempertontonkan keberaniannya, meskipun sudah berstatus buron InterpolDia masih berani menggertak sana sini! Dia pede menggigit nama tokoh-tokoh partai yang turut membesarkan dirinya
Tidak ada yang dia takuti sama sekaliPertama, dia adalah unsur pimpinan dan pengurus inti partai penguasa, yang memiliki akses tak terbatas di birokrasiDia merasa yakin akan wibawa kekuasaannya, termasuk status dia masih di DPR RIPaling tidak, dia masih ditakuti, karena menyimpan banyak file rahasia. Kedua, dia punya duit banyakDengan duitnya itu, dia bisa mengatur apa sajaTermasuk, jika dikalkulasi, dia masih bisa hidup di pelarian sampai 2015, saat Presiden SBY tidak lagi berkuasa
Ketiga, dia yakin tak akan terdeteksi kemana pelariannya, karena sejauh ini puluhan buron kelas kakap yang juga belum tertangkap di luar negeri? Apalagi memiliki paspor yang mirip-mirip dengan dirinya, --Syarifudin--, dan terbukti bisa lolos di imigrasi
Lalu mengapa dia langsung loyo begitu tertangkap? Menatap mata orang lain saja sudah tak sanggup? Jalannya pun tak lagi tegap? Pertama, dia shock, under estimate, salah perhitungan oleh asumsinya sendiriTernyata, aksesibilitas Nazar yang kuat dengan orang-orang penting itu tidak bermakna sama sekali ketika sudah ditangkap polisi Kolombia!
Ternyata, duit segebok bergambar George Washington itu tidak bisa membeli hukum, dan menyogok aparatTernyata, sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya gawal juga! Dia tertangkap polisi?
Dan ketika ditangkap, ternyata, dia juga tetap diborgol, dan diperlakukan layaknya teroris atau pembunuh berdarah dingin? Pikirnya borgol itu segera dilepas, karena dia adalah seorang legislator? Jenis kejahatannya juga bukan kelas yang membuatnya berpotensi lari, sembunyi dan menghilangTernyata, sampai turun di Halim Perdanakusuma pun masih diborgol dan menjadi bahan kejaran reporter media?
Saya kira Nazaruddin lebih kaget lagi, ketika semua media nasional mengekspose peristiwa ini dan gencar memberitakan running kasusnyaIbarat sudah jatuh, tertimpa “media” lagiYa, nasib mu Din! (***)
Penulis adalah Pemred dan Direktur INDOPOS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkaca dari Dubai, Bercermin di Negeri Sendiri
Redaktur : Tim Redaksi