Mendidik Lidah untuk Berujar

Senin, 29 Juni 2015 – 16:46 WIB

jpnn.com - LIDAH salah satu panca indra manusia yang memiliki peran penting dalam kehidupan ini. Dengannya kita selamat, dan dengannya pula kita bisa tergelincir ke dalam kehinaan. Baik di hadapan sesama, terlebih lagi di hadapan Allah SWT. 

Berapa banyak diantara kita yang memiliki musuh baru hanya karena kita tidak bisa menjaga lidah. Sebaliknya, tak sedikit pula diantara kita yang mendapat kerabat baru karena kemampuannya memilah dan memilih kalimat yang pantas diungkapkan pada orang lain. 

BACA JUGA: Membangun Keteladan Lewat Bulan Suci

Oleh karenanya, Islam sangat hati-hati dalam menyikapi soal lidah ini, dan memberikan tuntunan yang lengkap agar llidah kita tidak menjadi sumber masalah. Tapi menjadi alat untuk kita semakin dekat dengan Allah SWT dan berbuat baik denga sesama manusia. 

Dan, bulan ramadan adalah waktu yang tepat untuk mendidik lidah agar membawa kita menuju jalan kebaikan yang diridhoi Allah SWT.

BACA JUGA: Waktunya Lebih Dekat dengan Alquran

Dalam riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, "Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?" Jawab para sahabat, "Iya, wahai Rasulullah. 

Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini". Sahabat bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?" 

BACA JUGA: Manfaatkan Kekuatan Doa di Bulan Pengampunan

Maka beliau bersabda, "Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" 

Hadis ini menjadi bukti bahwa Rasulllah SAW sangat memperhatikan persoalan lidah ini. Jika tidak kita puasakan untuk berbicara hal-hal buruk, maka secara otomatis akan mendatangkan masalah. 

Tidak hanya untuk orang lain tapi juga untuk diri kita sendiri. Bahkan, untuk zaman sekarang ini, kita kerap melihat perselisihan di lingkungan hanya bermula dari ketidak mampuan menjaga panca indar bernama lidah itu. 

Bahkan, secara tegas Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya," Hadis Riwayat Imam Tirmidzi.

Ramadan memiliki semua syarat untuk bisa menjadikan lidah kita sebagai sumber pahala. Bukan ladang dosa seperti sebelum-sebelumnya. 

Apalagi, jika kita mengetahui bahwa salah satu makna puasa sendiri adalah menahan. Tentu tidak hanya menahan dari aktifitas makan, minum, dan hawa nasfu. Tapi juga menahan diri agar tidak mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan persoalan. 

Tidak afdhol rasanya jika kita bisa menahan haus dan lapar di siang hari, tapi tidak bisa mengontrol dan menahan lidah kita dari ucapan-ucapan yang buruk. Makanya Allah SWT mengharuskan kita untuk lebih dekat dengan ibadah saat berada di bulan ramadan ini. 

Selain sholat lima waktu, ibadah-ibadah lain pun, seperti membaca Alquran dan membaca buku-buku yang bermanfaat. Tujuannya agar lidah kita terbiasa dengan hal-hal positif, terbiasa dengan kebenaran, dan lentur karena zikir dan tasbih di bawah kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Ada resep yang Rasulullah SAW bagi kepada kita dalam upaya mendidik dan mentarbiyah lidah ini. "Berkatalah yang baik, jika tidak bisa maka lebih baik diam." Jika konsep ini kita jalankan, maka sudah dipastikan lidah kita akan menjadi aset diri untuk meraih surga. 

Apalagi, seperti yang pernah kita bahas di tausiyah sebelumnya, bulan ramadan adalah bulan pendidikan. Salah satunya media untuk mendidik lidah kita menjadi panca indra yang membawa nilai dan manfaat. 

Dengan agenda ramadan yang sudah tertata rapi, maka sudah dipastikan lidah tidak punya ruang dan kesempatan untuk mengeluarkan kalimat-kalimat kotor. Yang ada hanya kalimat zikir dan kebaikan yang mendatangkan pahala. Itu terus berlanjut selama 30 hari dalam melaksanakan ibadah ramadan. 

Sehingga pada saat keluar dari bulan ramadan lidah kita benar-benar tertata dan yang keluar darinya adalah perkataan yang mengandung hikmah dan baik untuk orang lain.

Salah satu yang membuat Rasul dan Nabi mulia karena kemampuan mereka menjaga lidahnya. Lidah mereka hanya berisi seruan pada kebaikan, ajakan kepada ajaran Tuhan, dan doa untuk kemaslahatan ummat dan kaumnya. 

Tidak kenal dengan hal-hal yang mendatangkan masalah. Mereka selalu berupaya untuk terus menahan (berpuasa) untuk berkata yang tidak baik, walau lingkungannya menggoda untuk berbuat tidak baik. 

Oleh karena itu, jika kita ingin meniru kemuliaan yang dimiliki manusia-manusia terbaik itu, maka seharusnya kita awali dari lidah kita. 

Dan tidak ada waktu yang tepat untuk mengawali upaya itu selain di bulan ramadan ini. Jika selama di dalam ramadan ini kita tidak bisa mendidik lidah dengan baik, maka di ramadan kapan lagi kita melakukannya? (adv/*)

 

Oleh:

Adhyaksa Dault

Ketua Kwartir Nasional Pramuka

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan Menuntut Kita untuk Peka Terhadap Lingkungan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler