Menghadapi Musuh Besar No 4 dan No 5

Direksi Harus Kalahkan Musuh Dalam Selimut

Sabtu, 02 Juli 2011 – 00:32 WIB

SAYA melakukan live chatting lagi 27 Juni laluKali ini khusus dengan seluruh manajer cabang PLN se-Indonesia Barat

BACA JUGA: Harapan Baru pada Listrik Sehen

Hari masih sangat pagi, apalagi untuk daerah seperti Aceh dan Medan: pukul 07.30
Topik utama chatting hari itu adalah mengenai musuh terbaru PLN, yakni "Musuh Besar No 4".

Saya mengawali chatting dengan satu pertanyaan yang jawabnya dilombakan

BACA JUGA: Bupati Baru di Kolam Keruh

Sepuluh penjawab benar yang paling cepat akan mendapat sertifikat
Dalam waktu sekejap banyak manajer cabang yang sudah meng-up-load jawaban

BACA JUGA: Lahirnya Bayi-Bayi Baru dan Mulainya SPPD Berkuota

Pertanyaannya memang sederhana: apakah musuh baru PLN yang kita sebut sebagai musuh besar nomor 4 itu?

Alhamdulillah, sebagian besar manajer cabang sudah tahu jawabnya: musuh besar No 4 PLN adalah gangguan penyulangHanya tiga manajer cabang yang salahLomba ini sebenarnya kurang fairManajer cabang yang akses internetnya lebih baik cenderung bisa lebih cepat meng-up-load jawabanSedangkan cabang yang internetnya payah akan tertinggal.

Pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana cara mengalahkan musuh besar No 4 tersebut?

Para manajer cabang kembali berebut masuk ke arena chattingJawaban mereka juga bagus-bagusBerarti teman-teman di lapangan benar-benar sudah tahu bagaimana mengatasi banyaknya gangguan penyulangDi antara yang bagus itu ada yang terbagusYakni, dari Manajer Cabang Rengat, Riau, AgustianJawaban Agustian ini lebih terasa sebagai jawaban seorang manajerBukan seperti jawaban seorang siswa yang lagi ujianBukan pula seperti jawaban seorang birokrat yang lagi menyusun programPun tidak seperti jawaban seorang yang hobinya berceramah atau memberi nasihat.

Jawaban seorang manajer tidak boleh normatif atau abstrakJenis jawaban itulah yang akan membedakan mana seorang manajer dan mana seorang birokrat atau juru ceramahSeorang penceramah tidak pernah dituntut mempertanggungjawabkan hasil dari ucapannya

Sedangkan seorang manajer, bukan saja dituntut hasilnya, tapi juga harus bisa mengemukakan "bagaimana cara mewujudkannya" dan "kapan mewujudkannya"Karena itu, seorang yang berjiwa manajer tidak akan pernah mengucapkan kata "segera", "sebentar lagi", "dalam waktu cepat", "dengan cara sebaik-baiknya", "dengan hasil yang maksimal" atau kata-kata abstrak lain.

Lihatlah jawaban Rengat mengenai "bagaimana cara mengatasi banyaknya gangguan penyulang":

1Menyusun ren-ja per kelompok JTM, gardu, JTR, SR, APP.
2Menetapkan target gangguan nihil untuk per unit 1 penyulang.
3Menetapkan program har&ops dist sebagai kontrak kerja masing-masing SDMAtau dimasukkan dalam MUK dengan pekerjaan, antara lain, inspeksi JTM, pengukuran beban trafo, pemeriksaan SR dan APP.
4Menetapkan Jumat peduli yang melibatkan seluruh staf dan mitra.
5Gangguan turun Jan 2, Feb 0, Maret 0, April 1, Mei 1, Juni 0.

Angka-angka tersebut tentu menggembirakan karena di masa lalu satu penyulang bisa mengalami gangguan sampai 50 kali!

Semangat untuk menekan gangguan terasa begitu besar di seluruh IndonesiaBahkan, Manajer Cabang Bogor Adi Priyanto, misalnya, sampai menangis gara-gara satu dari ratusan trafonya terganggu pada April laluPadahal, sudah tiga bulan berturut-turut dia berhasil membuat tanpa gangguan trafo sama sekaliYang membuat dia menangis adalah "trafo itu terkena petir hanya seminggu sebelum rencana memasang antipetir di gardu tersebut".

Dari live chatting yang diikuti 43 manajer cabang seperti itu saya yakin teman-teman di lapangan akan mampu memenangi peperangan ini dalam waktu tiga bulan; Juli-Agustus-September 2011Tiga bulan ke depan seluruh kekuatan, energi, dan persenjataan kita kerahkan untuk menundukkan musuh besar kita No 4 itu.

Keyakinan untuk memenangi pertempuran itu lebih tinggi lagi mengingat 1,5 tahun terakhir teman-teman PLN se-Indonesia sudah berhasil mengalahkan musuh-musuh besar No 1, No 2, dan No 3Kalau tiga musuh besar itu saja sudah berhasil dilumpuhkan, adakah alasan untuk tidak bisa mengalahkan musuh nomor 4 ini?

Di antara tiga musuh besar yang sudah dimenangi itu, yang terbesar sudah tentu musuh No 1, yakni krisis listrikPLN berhasil mengatasi krisis listrik hanya dalam waktu enam bulan (Januari-Juni 2010)Dalam waktu sesingkat itu kekurangan listrik di seluruh Indonesia tercukupiPadahal, krisis listrik itu begitu gawat sehingga pemadaman bergilir yang parah terjadi di seluruh IndonesiaMulai Sabang sampai Merauke.

Memang kalau ada mati lampu seperti yang terjadi sekarang ini, sebagian orang masih mengira bahwa listrik belum cukupSetiap mati lampu dikira karena terjadi pemadaman bergilirKesan ini begitu kuat di masyarakat mengingat di masa lalu memang latar belakangnya seperti ituPadahal, penyebab mati lampu sekarang ini sudah sangat berbedaKarena itulah, target berikutnya adalah mengatasi penyebab mati lampu seperti itu.

Musuh besar No 2 yang juga sudah dapat diatasi adalah panjangnya daftar tunggu: 2,5 juta orangAntrean untuk mendapatkan listrik begitu besar dan masa tunggu itu begitu lamaAda yang antre listrik sejak lima atau tujuh tahun laluDaftar tunggu itu bisa diselesaikan melalui dua kali gerakanYakni, gerakan sehari sejuta sambungan (Grass) tahun lalu dan Grass ke-2 pada 17 Juni lalu.

Memang, masih ada beberapa daftar tunggu yang tercecerTapi, itu tidak sampai menyebabkan gagalnya program iniSalah satu contoh terjadi di BelitungSeseorang yang sudah antre listrik tidak mendapat sambungan di saat Grass keduaDia mengirim SMS dan menanyakan mengapa tidak mendapat sambungan

Ternyata terjadi salah pengertianSewaktu petugas PLN melakukan survei ke rumah tersebut, rumah dalam keadaan terkunciTidak ada penghuninyaPetugas PLN yang mencoba mengintip dalamnya rumah itu melihat sudah ada bola lampu yang menyalaPetugas PLN pun mengira rumah tersebut sudah berlistrik.

Ketika pengalaman petugas itu diceritakan kepada pemilik rumah, barulah jelas persoalannya: lampu yang menyala tersebut bukan langsung dari PLN.

Saya yakin kejadian serupa masih ada di beberapa daerahTapi, kejadian seperti itu tidak menyebabkan batalnya pernyataan kemenangan atas musuh besar No 2.
Musuh besar No 3, yakni banyaknya gangguan trafo, juga sudah dikalahkan

Gangguan trafo yang tahun lalu di setiap cabang bisa mencapai 50 kali sebulan (berarti di cabang tersebut mati lampu 50 kali sebulan) sudah tinggal satu digitBanyak juga cabang yang sudah bisa mencapai gangguan nol! Yang lebih membanggakan, para manajer cabang ini terlihat lebih akrab bergaul dengan trafo

Setiap ke daerah saya selalu menanyakan di cabang tersebut memiliki berapa ratus trafo, berapa gangguan, dan apakah sudah punya trafo cadanganSaya bangga bahwa manajer cabang umumnya hafal berapa trafo yang harus dia kontrol dan berapa tingkat gangguannyaPernah saya marah kepada seorang kepala cabang yang tidak hafal berapa ratus trafo yang harus dia gauliAkhirnya saya minta maaf karena ternyata dia baru sebulan di situ.

Saya memang gelisah dengan banyaknya gangguan trafo iniBegitu banyaknya mati lampu akibat trafo rusak iniSampai-sampai saya kemudian menetapkan ganguan trafo adalah musuh besar kita nomor 3Ketika akhirnya para manajer cabang bisa mengalahkan musuh No 3 itu, rasanya seperti tidak masuk akalBanyak pertanyaan kepada diri mereka sendiri: kok bisa ya? Tak terbayangkan gangguan trafo yang begitu besar bisa diatasi.

Kini musuh kita di lapangan tinggal satu: musuh besar No 4, gangguan penyulangMasih begitu banyak mati lampu akibat gangguan penyulangPenyebabnya begitu beragamTapi, tidak ada kata menyerahGangguan penyulang tidak bisa dibiarkanMasih ada penyulang yang gangguannya mencapai 15 kali sebulan

Ini berarti setiap dua hari sekali terjadi mati lampu akibat gangguan penyulangSaya yakin dalam tiga bulan ke depan teman-teman manajer cabang juga bisa mengalahkan gangguan penyulang ini.

Kita memang masih memiliki beberapa musuh besar lainKhusus musuh "yang sangat khusus" ini menjadi tugas para direksi untuk mengalahkannyaIni bukan musuhnya para prajurit yang gagah berani di lapanganIni musuhnya para jenderal di pusat kekuasaan PLNMusuh yang ini harus dikalahkan dengan cara yang sangat khusus pula.

Musuh jenis apakah gerangan itu? Musuh dalam selimutkah? Silumankah? Harimau yang ganaskah? Belut yang licinkah? Saya tegaskan di sini, musuh itu bernama BBMBahan bakar minyak!

BBM-lah yang menyebabkan PLN borosnya luar biasaBBM-lah yang kalau bisa diberantas membuat PLN menghemat 15 triliun rupiah setiap tahun.

Kalau tiga jenis musuh yang pertama itu kita kalahkan dan musuh No 4 pasti akan dikalahkan oleh teman-teman di lapangan, musuh dalam selimut itu pun pasti dikalahkan oleh jajaran direksi!

Dengan sudah selesainya krisis listrik, dengan tuntasnya daftar tunggu, dengan sudah minimnya gangguan trafo, dua musuh berikutnya ini kita bagi dua: teman-teman di lapangan mengalahkan musuh No 4 dan teman-teman direksi mengalahkan musuh besar No 5!

Kita berlomba mana yang menang lebih dulu!

Dahlan Iskan
   CEO PLN

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perlu Revolusi Mental Tahap Kedua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler