Misteri yang menyelimuti piramida, salah satu keajaiban dunia, tetap menjadi daya tarik utama para pelancong yang berkunjung ke Giza, Kairo.
KARDONO SETYORAKHMADI, Kairo
HINGGA saat ini, sudah lebih dari 100 piramida kuno ditemukan di seantero MesirNamun, tak perlu mengunjungi satu per satu
BACA JUGA: Mengunjungi Mesir, Negeri dengan Banyak Situs Spektakuler (2)
Bagi pelancong yang tak punya banyak waktu, cukup kunjungi yang terbesar saja.Beruntungnya, tiga piramida terbesar di Mesir, piramida Cheops, Chevren, dan Menkaura (namanya diambil dari raja yang membuatnya), berada dalam satu kompleks di Giza, Kairo.
Cheops adalah ayah Chevren, sedangkan Chevren adalah ayah Menkaura
BACA JUGA: Mengunjungi Mesir, Negeri dengan Banyak Situs Spektakuler (1)
Dari tengah Kota Kairo, siluet ketiga piramida itu sudah terlihat, sehingga ada semacam aura magis tersendiri yang mendorong saya ingin melihat salah satu keajaiban dunia tersebut.Mungkin terbawa oleh sejumlah literatur yang pernah saya baca, saat mobil yang saya naiki mendekati bangunan berusia ribuan tahun itu, perasaan saya berdesir
BACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (2-Habis)
Di antara tiga piramida itu, yang tertua adalah CheopsPiramida tersebut didirikan oleh Cheops, raja dari dinasti IV (Mesir Kuno Pertengahan) pada 2690 Sebelum Masehi (SM).Didirikan di atas lahan seluas 13 hektare, tinggi piramida itu sebenarnya 146 meterNamun, karena erosi pada puncaknya, tingginya tinggal 136 meterYang membuat takjub adalah cara pembuatannyaTotal batu yang digunakan 2,5 juta balok batuMasing-masing batu berukuran satu meter kubikDibuat selama 20 tahun serta mengerahkan 13.500 orang yang diganti dengan sistem sif per minggu.
Dalam konteks zaman itu (nyaris 3.000 tahun Sebelum Masehi), membangun bangunan sebesar itu tentu saja mencengangkanSebab, saat itu teknologi belum ada, demikian pula bahan semenSusah diterima jika maksud pembuatan piramida -yang mampu bertahan 5.000 tahun kemudian- ''sekadar'' sebagai tempat pemakaman raja dan tempat penyimpanan harta benda.
Penggantinya, Chevren, sebenarnya lebih ambisius daripada bapaknyaDia hendak membangun piramida yang lebih tinggiNamun, para penasihatnya memperingatkan bahwa hal tersebut tidak baikKemudian, disiasati dengan cara membangun di atas kontur tanah yang lebih tinggi.
Jadi, meski ''hanya'' setinggi 136 meter, tetap saja piramida Chevren terlihat paling tinggiDulu, piramida Chevren itu semua disepuh dengan marmerNamun, kini yang tersisa tinggal bagian ujungnya saja.
Sebagian berpendapat marmer itu jatuh karena tuntutan alam, sebagian lainnya bilang itu diambil oleh Raja Mohammad Ali untuk menyepuh masjid yang didirikannya di Benteng SalahudinMana yang benar, masih menjadi rahasia sejarahYang jelas, Chevren ini membutuhkan 2,2 juta balok batuSeperti Cheops, piramida tersebut dibangun dalam waktu 20 tahun dan mengerahkan 13.500 pekerja.
Piramida ketiga, Menkaura, dibangun Raja Menkaura pada 2600 SMDengan tinggi hanya 62 meter, piramida itu dibuat selama 10 tahun dan ''hanya'' membutuhkan 700 ribu balok batuMenariknya, puncak piramida itu dibuat mendatar, seperti tumpeng yang ujungnya dipotong.
Menurut Nasheem, salah seorang kepala seksi di Wazara Tsaqafas (Departemen Kebudayaan) Mesir, dulu orang boleh berdiri di puncak itu''Namun, pada 1970-an dilarangSebab, banyak (orang) yang terjatuh dan mati,'' ungkapnya.
Saya tiba di tempat tersebut sekitar pukul 12.00Itu merupakan waktu yang tepatSebab, setelah naik unta mendekat dan berfoto di depan ketiga piramida, saya bisa masuk ke dalam perut piramidaPintu masuk piramida memang baru dibuka pukul 13.00.
Sama seperti di Benteng Salahudin, setiap turis asing dikenai tarif 60 pound (sekitar Rp 150 ribu) dan orang lokal Mesir hanya 2 pound (sekitar Rp 5 ribu).
Ada sekitar 10 ribu wisatawan yang datang setiap hariMereka bisa memilih berbagai pose yang unik untuk berfotoSalah satu yang populer adalah melebarkan kedua tangan di atas dan di bawahDengan komposisi yang pas, yang berpose seolah-olah menjepit piramida tersebut dengan tangannya.
Tepat pukul 13.00, ditemani Syamsul Alam, staf lokal KBRI yang merangkap penerjemah dan pemandu, saya masuk ke dalam piramidaPintu itu hanya selebar 1,5 meter dan setinggi 1,7 meterSempit memang, namun melebar di bagian dalam.
Begitu masuk ke dalam perut piramida, suasana pengap langsung menyergapSeperti di sauna sajaHawa dingin di luar -saat musim dingin, suhu di Mesir mencapai 7 derajat celsius- langsung berganti sangat pengapJalannya kemudian menurun, sebelum 20 meter kemudian mendatar.
Kami berjalan sejauh 50 meter, kemudian jalan menanjak lagi sepanjang 30 meterLalu, sampailah kami pada ruang utama -yakni ruang tempat jenazah (mumi) raja dikuburkan beserta keluarganya.
Namun, ruang itu telah kosong''Semua mumi sudah kami pindahkan ke Museum KairoKami khawatir ada penjarahan,'' jelas Nasheem.
Suasananya persis seperti dalam film-film tentang mumiLorongnya gelap karena hanya diterangi lampu 10 watt yang dipasang agak berjauhanSebenarnya, di lorong yang kami lalui ada sejumlah percabanganNamun, terhenti karena ada semacam dinding batu.
''Katanya bisa dibuka, tapi tak ada yang berani membukaMaklum, takut ada semacam senjata rahasia yang langsung terlontar bila dibuka begitu saja,'' tutur Syamsul.
Semua piramida, kabarnya, memang dilengkapi oleh pembuatnya dengan pertahanan antimalingSebab, di dalam ada makam raja berikut harta bendanya yang sangat bernilaiNamun, kenyataannya, banyak piramida yang sudah dijarah manusia.
Piramida ke-118 yang ditemukan di bawah gurun pasir sekitar 19 kilometer selatan Kairo pada September 2008, misalnya, ternyata lebih dulu ''digangsir'' oleh malingSebab, saat piramida berusia 4.300 tahun yang jadi tempat pemakaman Ratu Sesheshet (ibunda pendiri dinasti ke-6 Kerajaan Mesir Kuno) itu digali para arkeolog, sudah ada lubang masuk ke ruang makamSi pencuri sudah menghabisi harta sang ratu.
Setelah puas menjelajahi piramida, kami menuju Sphinx atau patung singa berkepala manusiaMenurut kepercayaan, Sphinx itu merupakan penjaga makam raja berikut hartanyaSayang, bentuk Sphinx sudah tak utuhHidungnya sudah patahTak jelas siapa yang mematahkan hidungnya.
Kabarnya, Napoleon Bonaparte yang melakukannyaYakni, saat Prancis menaklukkan MesirTapi, ada juga anggapan seorang kafilah muslim yang melakukannya karena itu dianggap berhala''Tidak ada yang bisa memastikan,'' kata Nasheem.
Meski peradaban Mesir Kuno memesona dunia dan misterinya seperti tetap tak terpecahkan, bagi sebagian warga Mesir, piramida dan segala hal berbau Firaun itu tak terlalu dipujaMisalnya, banyak toko cenderamata yang menjual berbagai corak piramida dan Firaun.
Namun, saat saya mencari baju gamis bermotif Firaun, sulit ditemui''HaramGambar Firaun tak boleh buat salat,'' tegas Mahmood, seorang pedagang baju gamis di kawasan Khan Khalili, Kairo(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (1)
Redaktur : Tim Redaksi