Program ABC 7.30 mencoba mengupas kekejaman perdagangan anjing yang marak terjadi di Asia Tenggara. Anjing yang kebanyakan hasil curian ini dikirim ke Vietnam, China, dan Korea Selatan untuk dikonsumsi manusia.
BACA JUGA: Bayi Lahir Selamat Setelah Ibunya Meninggal Akibat Tabrakan di Hobart
Anjing banyak dikonsumsi di negara seperti Vietnam, China, dan Korea Selatan. Tetapi kelompok pejuang hak-hak hewan mengatakan tindakan tersebut sebagai bentuk kekejaman, berbahaya, dan menyebar penyakit.
Kelly O'Meara dari Humane Society International mengatakan setelah ditangkap, anjing tersebut berada dalam kondisi yang "mengerikan".
"Mereka berdesakan dalam kandang kecil dan banyak yang mati dalam perjalanan."
Tetapi anjing yang bertahan hidup menghadapi nasib yang lebih buruk.
"Mereka dipukul pertama, digantung, seringkali dikuliti hidup-hidup, dibakar hidup-hidup dan semua dilakukan di depan anjing yang lain," ujar John Dalley, dari Soi Dog Foundation.
BACA JUGA: Mengenal Parpol Kecil di Australia
Di Korea Selatan ada kepercayaan kesakitan yang diterima oleh anjing akan meningkatkan rasanya.
Sekitar lima juta anjing dikonsumsi di Vietnam setiap tahunnya, sementara di Korea Selatan jumlahnya mencapai 2,5 juta ekor. Data dari aktivitis penyayang binatang juga mengungkapkan 70 persen dari anjing yang dimakan adalah anjing peliharaan yang dicuri.
"Yang semakin marak di Vietnam adalah ajakan kepada wisatawan asing untuk mencoba daging anjing, karena dianggap sebagai budaya," kata Dalley.
BACA JUGA: Penjualan Rumah di Australia Menurun Setahun Terakhir
Hasil sitaan kepolisian Thailand di perbatasan yang berupaya bawakan anjing ke negara lain. Foto: Soi Dog Foundation
"Dan banyak turis yang mencoba itu, tanpa mengetahui apa yang telah dilalui oleh anjing-anjing dan bahaya yang dialaminya."
Kekejaman perdagangan anjing telah mencapai tingkat global, dimana sejumlah selebriti internasional, seperti Ricky Gervais, Dame Judi Dench melancarkan kampanye menentang perdagangan anjing di internet pada tahun 2015 lalu.
Kampanye ini pun dilakukan oleh para selebriti di Vietnam.
Tapi Humane Society mengatakan kekejaman itu bukan satu-satunya alasan perdagangan harus diakhiri.
"Anda tidak dapat mengatasi masalah rabies di Asia sebelum mengatasi perdagangan daging anjing, karena ini sangat berpengaruh pada penyebaran rabies," kata O'Meara.
Menurut Soi Yayasan Dog tidak hanya kebanyakan anjing yang disembelih terdeteksi rabies positif, tetapi juga ada penyakit lainnya.
"Beberapa orang mengatakan makan daging anjing itu budaya, tetapi kenyataannya tidak ada pengawasan higienis seperti pada konsumsi daging lainnya, akibatnya ada wabah kolera di Vietnam dan China," ujar Dalley.
Anjing seringkali mengalami luka dan patah tulang. Foto: Soi Dog Foundation
Di akhir tahun 2014, setelah kampanye panjang yang digelar para pendukung hewan, pembunuhan dan perdagangan anjing untuk dimakan diakui sebagai tindak kejahatan di Thailand.
Selama bertahun-tahun, sejumlah geng kriminal telah mengumpulkan ribuan ekor anjing untuk ditangkap dan dijual dengan murah untuk dijadikan daging makanan.
Sejumlah warga yang marah berhasil memata-matai aktivitas perdagangan anjing di wilayah perbatasan, hingga pengiriman bisa dicegah.
Banyak anjing yang diselamatkan dikirim ke penampungan di kawasan Phuket, untuk kemudian direhabilitasi, dan berharap bisa diadopsi oleh warga Amerika Utara, Inggris, dan Eropa.
Humane Society International berharap dengan semakin banyaknya warga Asia yang muda dan kaya, maka akan lebih memahami soal hak-hak hewan.
"Kebanyakan generasi muda di Asia tidak berpartisipasi dalam konsumsi anjing," kata O'Meara. "Jadi perdagangan ini sedang dalam sekarat hanya di satu generasi, kami sedang berupaya agar praktik keji ini tidak terjadi lagi selamanya."
Tonton video singkatnya melalui saluran YouTube Australia Plus, atau Anda bisa menontonnya lewat program ABC 7.30.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepolisian dan Intelijen Indonesia Mengakui UU Anti Teror Saat Ini Tidak Efektif