Tidak bisa pulang kampung ke Indonesia, pasangan ini akhirnya menikah di Kota Hamamatsu, JepangKarena keluarga mempelai perempuan tidak mampu berangkat ke Negeri Sakura itu, prosesi ijab kabul pun dilakukan secara online
BACA JUGA: Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap Sesmenpora (2-Habis)
MUKHTAR LUTFI, Magelang
WARUNG internet (warnet) di kawasan Sleko, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, kemarin pagi mendadak ramai
BACA JUGA: Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap Sesmenpora (1)
Yang pria rata-rata berbatik, sedangkan yang perempuan berkebayaBACA JUGA: Rob Rama Rambini, Pria Indonesia Pertama yang Berlayar Seorang Diri dari California ke Bali
Seperti halnya sebuah warnet, di tempat itu juga dipenuhi sejumlah meja dan kursi serta seperangkat komputerAkibatnya, tempat yang tergolong sempit itu menjadi semakin sempit dengan hadirnya puluhan orang tersebut
Di antara mereka, ada yang duduk di kursiBahkan, ada satu kursi diduduki dua orangAda juga yang memilih berdiriBeberapa anak kecil yang ada di antara puluhan orang itu malah asyik mengutak-atik komputer.
Puluhan orang tersebut memang bukan sedang menyewa warnetPagi itu mereka ingin menyaksikan prosesi pernikahanLho, menyaksikan prosesi pernikahan di warnet? Itulah yang terjadi kemarin
Mereka yang hadir di warnet tersebut adalah keluarga Desi Rahmawati, 26, asal Desa Randusari, Kecamatan Kepil, Kabupaten WonosoboHari itu Desi dinikahi Suratno, 29, warga Desa Karangwuni, Kecamatan Bekonang, Kabupaten SukoharjoJika keluarga pengantin perempuan harus puas menyaksikan prosesi tersebut di warnet, itu disebabkan dua mempelai melangsungkan pernikahan di sebuah masjid di Kota Hamamatsu, Jepang.
Di warnet, keluarga Desi harus puas menyaksikan ijab kabul pernikahan tersebut lewat sebuah layar proyektor yang dipasang di tembok sisi kananTampak di layar proyektor itu dua mempelai duduk di antara puluhan orang yang juga duduk
Pengantin pria mengenakan jas putih dipadu celana gelapSedangkan pengantin perempuan memakai kebaya berwarna senada dipadu jilbab dengan variasi manik-manikDi hadapan keduanya, seorang penghulu siap memimpin prosesi suci itu.
Di warnet, di antara puluhan orang keluarga Desi yang hadir, ada ayah dan ibunyaKeduanya duduk di barisan depan, menyaksikan dengan serius pernikahan anak sulungnya tersebut
Keluarga mempelai pria sudah diwakili saudaranya di JepangPemilik warnet menyediakan fasilitas itu karena sang mempelai pria adalah mantan rekan kerjanya saat di Jepang.
Pukul 08.25 WIB atau pukul 10.25 waktu Jepang, prosesi akhirnya dimulaiSetelah upacara pembukaan, dilanjutkan dengan serah terima wali nikah dari keluarga mempelai perempuan kepada perwalian pernikahan yang didatangkan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang bernama Bambang Haryanto.
"Saya melimpahkan perwalian untuk pernikahan anak saya, Desi Rahmawati, kepada Saudara Bambang Haryanto," kata ayah mempelai perempuan, RahmatWajah pria paro baya itu terlihat tegang. Tangan kanannya memegang mikrofon kecil dan mengalungkan sebuah headphone
Hal yang tak diinginkan terjadi beberapa saat kemudianTiba-tiba semua perangkat komputer, termasuk layar proyektor, matiTernyata ada pemadaman listrikRahmat yang sejak awal terlihat tegang tampak semakin tegang dan kali ini panikBeberapa operator warnet yang sejak awal juga mengikuti prosesi tersebut pun ikut-ikutan panik.
Untung, pemadaman listrik tak berlangsung lamaTak sampai satu jam, listrik kembali menyalaTeriakan gembira langsung pecahDengan nada sedikit gemetar, Rahmat mengulangi pernyataannya untuk minta kepada petugas KBRI agar mewakilinya menjadi wali dalam pernikahan putri sulungnya.
Usai menyerahkan hak perwaliannya itu, Rahmat kembali bingungBukan karena listrik padam lagiTapi, sesuai dengan kebiasaan selama ini, usai menyerahkan pewalian kepada orang lain, sering diikuti dengan berjabat tanganRahmat tertegunBagaimana dia harus bersalaman dengan Bambang Haryanto, orang yang telah dia beri mandat untuk menjadi wali bagi Desi?
Ketika Rahmat sedang tertegun, penghulu yang menikahkan kedua mempelai rupanya pahamDia lantas menjulurkan tangannya ke webcam (kamera yang merekam gambar untuk ditampilkan di internet, Red)Rupanya, penghulu tersebut ingin memberi tahu Rahmat bahwa salaman bisa dilakukan dengan cara menjulurkan tangan kanannya ke webcamRahmat pun pahamMaka, dia langsung menjulurkan tangan kanannya sampai menyentuh webcam, seperti orang yang akan bersalamanSaking semangatnya, Rahmat malah menggenggam webcamSontak, keluarga yang menyaksikan adegan itu tertawa.
Prosesi kemudian dilanjutkanPada layar proyektor, terlihat wajah tegang kedua mempelai saat melakoni prosesi ijab kabulSetelah dinyatakan sah oleh para saksi dan orang-orang yang hadir, wajah kedua mempelai yang semula tegang berubah menjadi semringah
Suranto lantas menyerahkan maskawin berupa seperangkat alat salat dan uang senilai 20 ribu yen kepada DesiSesaat kemudian, mempelai perempuan mencium tangan pria yang sudah resmi menjadi suaminya ituSuranto membalas dengan mencium kening Desi
Usai prosesi sakral tersebut, kedua mempelai menyempatkan diri ngobrol dengan keluarganya melalui webcamTidak banyak kalimat yang diucapkanMereka hanya meminta doa dan harapan supaya pernikahan yang mereka lakoni langgeng"Doa restunya saja ya Pak, Bu," kata Desi yang mulai tak kuasa menahan tetesan air matanya.
"Iyo nduk, ati-ati ya neng kono, dongo bapak ibu kanggo kowe wong loroMugo-mugo dadi keluarga sakinah (iya nak, hati-hati di sanaDoa ayah dan ibu selalu untuk kalianSemoga menjadi keluarga yang sakinah)," tutur RahmatKedua matanya tampak berkaca-kaca"Wes mengko sambung maneh lewat telepon (Sudah ya, nanti disambung lagi lewat telepon)," ujarnyaProyektor dan perangkat komputer kemudian dimatikan.
Usai acara, Rahmat menjelaskan, prosesi pernikahan putrinya harus dilakukan secara online karena anaknya yang menjadi bidan di Jepang masih terikat dalam masa kontrak kerja sehingga sulit mengurus pernikahan di IndonesiaDesi sudah dua tahun di JepangSedangkan suaminya sudah empat tahun dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif"Mereka kenal di sanaMulai pacaran dan meminta restu untuk menikah," terangnya.
Awalnya, dia bingung dan menawarkan untuk menunggu hingga kontrak di Jepang habisSehingga, bisa menyelenggarakan akad nikah di rumah"Namun, pihak KBRI menawarkan cara iniJadi, kami sambut baik," katanya, usai prosesi"Nanti, pestanya mungkin kalau mereka sudah pulang," tambahnya.
Pemilik Warnet, Agus, mengungkapkan dirinya memfasilitasi mempelai laki-laki yang merupakan rekan kerjanya semasa di JepangDia menjelaskan, acara ini digelar melalui fasilitas chatting di Yahoo Messenger"Cara ini mudah dilakukan, tetapi harus di jaringan internet yang memiliki akses cepat," katanya.
Dengan demikian, beberapa perangkat komputer yang biasa dia rentalkan, pagi kemarin terpaksa dia hentikan sementara"Supaya aksesnya kuat," tambahnya(jpnn/c3/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu Sekolah Tak Lulus Unas, SMA Abadi di Jakarta Akhirnya Ditutup
Redaktur : Tim Redaksi