"Penyelidikan hal ini masih terus kita lakukan, dengan cara menganalisa dari data-data video, data-data lapangan, maupun hasil interview dari beberapa orang saksi dan diskusi dengan para pakar terkaitPotensi kegagalan saat ini difokuskan pada kinerja fin, sistem separasi dan sistem sustainer," ungkap Menristek saat menjawab pertanyaan dari Komisi VII DPR, dalam rapat kerja, Senin (8/2).
Tim investigasi yang akan melakukan penyelidikan kejadian ini, sebut Suharna pula, terdiri dari komponen pakar perguruan tinggi dan LPNK yang independen
BACA JUGA: Kejaksaan Didesak Usut Korupsi Century
"Waktu yang diberikan kepada tim ini hanya 10 hari kerja, yang dimulai pada 2 Februari 2010Dijelaskan Suharna, sejak tahun 2006, Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) telah membentuk konsorsium riset yang terdiri dari BPPT, LAPAN, ITB, PT DI, PT Pindad dan PT LE, untuk menguasai teknologi roket
BACA JUGA: MPR Gandeng Nasdem
Roket yang dikembangkan adalah roket Dirgantara 230 (D230), yakni roket kaliber 122 dengan target jarak jangkauan 20-30 km."Prototipe D230 ini telah beberapa kali diujiterbangkan, baik di Pamengpeuk, Jawa Barat, maupun di Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur
Lantas, pada akhir Januari, tepatnya 27 Januari 2010 lalu, untuk kedua kalinya di Pandanwangi, telah diterbangkan sebanyak 10 roket D230
BACA JUGA: Menhut Janji Tertibkan Villa Pejabat
Awalnya, menurut Suharna, delapan buah roket RX 1210 dan satu buah roket RX 1213/1210 telah berhasil diterbangkan dengan hasil yang sangat memuaskan."(Namun) ketika uji terbang roket yang ke-10, yaitu roket RKN 200 yang merupakan tipe roket kendali, roket tersebut terbang tidak sesuai seperti yang diharapkan, serta mengenai bangunan rumah singgah petani yang berada dalam kawasan lapangan tembak milik TNI-AUTernyata di dalam rumah tersebut masih ada dua orang petani(Padahal) sebelumnya kita telah melakukan sosialisasi dan penjagaan yang ketat, sesuai SOP yang ada," paparnya pula(yud/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Minta Polri Usut Pengemplang Pajak
Redaktur : Tim Redaksi