Mentan Lepas Ekspor Beras Perdana dari Merauke ke PNG

Selasa, 14 Februari 2017 – 10:50 WIB
Mentan melepas ekspor beras perdana dari Merauke, Papua ke Papua New Guinea. Foto: kementan

jpnn.com - jpnn.com -Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman bersama Gubernur Papua, Lukas Enembe, dan Bupati Merauke, Frederikus Gebze melepas ekspor perdana beras ke Papua New Guinea (PNG), sekaligus panen dan tanam padi varietas Inpari 33 di Distrik Tanah Miring, Merauke, Senin (13/2).

Produktivitas padi varietas Inpari 33 ini mencapai 8,5 ton/ha. Untuk beras yang diekspor merupakan beras kualitas premium sebanyak 1 truk dan ditargetkan 10.000 ton hasil panen di musim rendeng 2017.

BACA JUGA: TTI Tambah Toko di Jakarta Nih

Hadir pada pelepasan ekspor ini Asisten Teritorial KASAD, Mayjen TNI. Komarudin Simanjuntak, Konsulat Jenderal PNG, Geoffrey Wiri, Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaiman Hamzah, dan Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir.

Amran mengatakan, saat ini pertanian Papua sudah mengalami kemajuan yakni telah mengeskpor beras varietas Inpari 33 yang dikembangkan Badan Litbang Kementerian Pertanian. Sehingga, pertanian di Papua khususnya di Merauke telah menggunakan teknologi pertanian mulai dari penggunaan alat mesin pertanian hingga penggunaan bibit unggul.

BACA JUGA: DPD Apresiasi Mentan dan TNI Wujudkan Swasembada Pangan

"Hasilnya, dulu biaya pengolahan lahan mencapai Rp 3 juta/ha, tetapi dengan adanya mekanisasi pertanian sekarang hanya Rp 1,1 juta/ha. Artinya biaya pengolahan lahan turun 60% karena penggunaan teknologi," ujar Amran dalam sambutannya pada acara pelepasan perdana ekspor beras sekaligus panen dan tanam padi Inpari 33 dengan menggunakan sisten jajar legowo (Jarwo) super.

Terkait ekspor beras, Amran menjelaskan ekspor beras ini merupakan upaya dalam rangka mensejahterakan petani guna merealisasikan nafas Nawacita yakni membangun dari pinggiran.

BACA JUGA: Mentan Minta Sumut Ekspor Bawang

"Dulu beras untuk kebutuhan di Papua diambil dari provinsi lain sehingga biaya beras mahal karena biaya angkutan ditanggung masyarakat. Dampaknya terjadi inflasi dan kemiskinan meningkat. Tapi sekarang mampu produksi sendiri," jelasnya.

Harga beras yang diekspor yakni Rp 10.000/kg. Harga ini separuh harga beras impor dari Filipina, Thailand dan Vietnam.

"Mimpi kita dulu sudah jadi kenyataan yaitu ekspor beras ke negara tetangga, Papua Nugini. Kita sudah pecahkan telor. Kemudian luas lahan sawah kita tambah terus. Yang terpenting kita sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri selebihnya diekspor," tegas Amran.

Gubernur Papua, Lukas Enembe menyampaikan bangga atas adanya pelepasan ekspor beras tersebut. Untuk itu, pemerintah Provinsi Papua akan terus berupaya untuk menjamin jalannya ekspor beras dilakukan setiap tahun.

"Sebab, sudah berpuluhan tahun Papua mimpikan Merauke agar dapat menjadi lumbung langan nasional," ujarnya.

Menurutnya, pencapaian ini atas bantuan dan dukungan penuh dari Kementerian Pertanian selama ini yang telah memberikan bantuan mekanisasi pertanian, teknologi berupa benih dan sistem tanam dan bersama TNI telah membuka lahan sawah baru. Lahan sawah baru yang akan dicetak di tahun 2017 yakni 3.000 ha.

"Kami bangga dapat bantuan mekanisasi dan tekonolohi di Merauke. Beberapa tahun lalu TNI sudah bukan lahan baru, sehingga semakin banyak lahan sawah petani tidak banyak menganggur dan menjadi petani modern. Gairah patani pun meningkat," ungkapnya.

Bupati Merauke, Fredrikus Gebze menambahkan pembangunan pertanian di Merauke saat ini cukup maju. Yakni melalui pertanian di Merauke, Indonesia mampu mengekspor beras ke Papua Nugini.

Selain itu, kemajuan infrastruktur dasar pertanian yakni telah banyak dibangun jalan usaha tani sehingga petani dapat mengangkut hasil panen. Perlu diketahui, selama 30 tahun petani penjemur padi di pinggir jalan tetapi kini sudah memiliki penjemuran dan mesin pengering.

"Hasilnya, petani kami hari ini derajatnya terhormat karena telah menggunakan alat dan teknologi pertanian yang canggih sehingga petani saat ini telah menjadi ahli petani," tutur Frederikus.

Perlu diketahui, luas lahan sawah dan lahan kering di Merauke sebanyak 64 ribu ha. Lahan ini sudah dilakukan penanaman padi. Produksi beras di Merauke 110 ribu ton/tahun sementara kebutuhan hanya 25 ribu ton/ha.

"Artinya produksi beras di Merauke Surplus. Sehingga beras dari Merauke selama ini rutin memasok kebutuhan di beberapa kabupaten wilayah Papua seperti Kabupaten iMapi, Bovebdigul, Mimika, Asmat dan Jaya Pura," ungkap Fredrikus. (adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panen Melimpah, Petani Kok Resah?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan   beras  

Terpopuler