jpnn.com, JAKARTA - Keinginan Setya Novanto untuk bisa mendapat status sebagai justice collaborator (JC) dalam perkara korupsi e-KTP, hingga kini belum mendapat putusan dari KPK.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengakui, Setnov masih setengah hati dalam mengajukan JC. Buktinya, sampai sekarang mantan ketua umum Partai Golkar itu belum mau mengakui perbuatannya seperti dalam dakwaan jaksa KPK.
BACA JUGA: Setya Novanto, dari Sakit Perut Hingga Berharap jadi JC
Yakni, menerima uang USD 7,3 juta dan jam tangan mewah merek Richard Mille seharga USD 135 ribu dari Andi Narogong dan Johannes Marliem.
Di persidangan, Setnov terus membantah keterlibatannya dalam korupsi berjamaah e-KTP. Meski secara terang mengakui sejumlah pertemuan dengan sejumlah rekanan e-KTP, Setnov tetap saja memiliki alibi bahwa pertemuan itu tidak terkait dengan bagi-bagi fee e-KTP sebesar USD 7,3 juta.
BACA JUGA: Demokrat Anggap Pernyataan Masinton Lelucon Tidak Lucu
Dia mengaku hanya menjadi penengah para rekanan ketika uang DP proyek e-KTP tidak dicairkan Kemendagri.
”Jadi kami harus mempelajari terlebih dahulu (pengajuan JC Setnov),” kata Febri. Selain mempelajari sikap Setya Novanto yang belum mengakui perbuatannya, KPK juga mempelajari semua keterangan yang muncul di persidangan.
BACA JUGA: PDIP Desak KPK Garap 2 Eks Menteri Berinisial GF dan SS
”Kalau kita simak, yang disampaikan terdakwa itu mendengar dari orang lain, terutama tentang pemberian yang kepada sejumlah pihak anggota DPR, tentu kami harus memastikan apakah ada bukti lain yang mendukung fakta tersebut.” (tyo/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Rasuah DPR Tak Kenal Oposisi atau Propemerintah
Redaktur & Reporter : Soetomo