jpnn.com - LAGU-LAGU Ismail Marzuki menceritakan keadaan yang sesungguhnya terjadi di zaman perang kemerdekaan Indonesia. "Ismail berhasil menangkap kesaksian pandangannya," kata Roestam Moenaf, kepada anaknya; Fariz RM.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Senarai Hikayat Para Raja Bali
Roestam Moenaf dan Fariz RM duduk di depan televisi. Mereka tinggal di Jalan Irian, Menteng, Jakarta Pusat.
Hari itu, "saya berdua dengan beliau nonton televisi yang sedang menayangkan kilas balik peristiwa epik kepahlawanan pemuda Indonesia dalam potongan film dokumenter dalam rangka Hari Pahlawan," kenang Fariz.
BACA JUGA: Apa dan Siapa di Koin Rp1000?
Roestam Moenaf pak bos perusahaan Indomarine. Semasa riuh rendah revolusi kemerdekaan Indonesia, ia menjabat staf ahli TB Simatupang, petinggi militer pada awal Indonesia merdeka.
Sebagai pelaku dan saksi sejarah, tentulah ia menaruh minat pada film dokumenter tentang epik kepahlawanan pemuda tersebut.
BACA JUGA: Tintin, Hadiah Tahun Baru!
Sejurus kemudian, mengalun lagu Gugur Bunga karya Ismail Marzuki. Soundtrack film itu.
"Tiba-tiba," kenang Fariz, "ayah saya berucap: Ismail berhasil menangkap kesaksian pandangannya. Memang, perjuangan anak-anak muda yang luar biasa nekad dan berani saat peristiwa agresi Belanda sungguh mengenaskan hati."
Seiring itu, mereka pun memperbincangkan Ismail Marzuki. Bahwa Ismail Marzuki lah yang pertama kali membentuk "combo band pop" di belantika musik nasional dengan De Lieve Java Band.
Sang ayah memang punya selera musik cukup baik. Dia menikah dengan Anna Rijnenberg (ibu Fariz), seorang pianis klasik.
Adegan bersama ayahnya pada Hari Pahlawan 10 November tersebut ditulis Fariz RM dalam buku Rekayasa Fiksi--yang menurut dia--disunting pada musim hujan Februari 2009.
Membaca ulasannya, ternyata Fariz RM bukan hanya lihai menggubah tangga-tangga nada. Dia penulis handal.
Dengan baik sekali, pengarang lagu Barcelona tersebut mengulas lagu-lagu Ismail Marzuki.
Seperti apa ulasannya? Sebelum membaca sari-cupliknya, kami sarankan agar saudara terlebih dahulu memutar lagu Ismail Marzuki yang berjudul Sepasang Mata Bola.
hampir malam di Jogja/ketika keretaku tiba/remang-remang cuaca/terkejut aku tiba-tiba...
Nah…"suasana mencekam pada bait utama lagu Sepasang Mata Bola," tulis Fariz, "lahir karena memang keadaan yang diceritakan sungguh-sungguh seperti aslinya."
Menurut dia, akordasi minor yang dipilih Ismail Marzuki terasa sukses mendukung nuansa mencekam yang ingin ia ketengahkan.
Dan begitu masuk ke reff: sepasang mata bola/dari balik jendela…
"Ismail mengubah suasana melalui tatanan akord total mayor. Seperti ingin menjelaskan bahwa keprihatinan yang meresahkan pasti akan berganti masa depan yang positif," paparnya.
Semacam, "sebentuk harapan yang lumrah tumbuh di hati manusia Indonesia yang saat itu hidup dalam ayunan ketidakpastian," sambung Fariz.
Lagu Sepasang Mata Bola digubah pada 1946. Sedangkan lagu Gugur Bunga dikarang Ismail Marzuki pada 1945. Kedua lagu itu dibuat saat rakyat Indonesia berjibaku mempertahankan kemerdekaannya.
"Seperti juga Mozart, Ismail tanpa sadar dan dengan segala keterbatasan keadaaan, justru mampu melahirkan karya yang kaya warna, gaya dan irama," demikian Fariz.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Julius Caesar, Reformasi Kalender & Sejarah Tahun Baru
Redaktur & Reporter : Wenri