JANGAN salah sangka dengan Dubai! Satu dari tujuh negeri Uni Emirat Arab (UEA) ini paling agresif, paling kreatif, paling modern, paling terbuka, dan paling kaya inspirasiDi sinilah connecting antara timur-barat dan utara-selatan
BACA JUGA: Bedanya Ulat Bulu Jawa dan Malaria Papua
Di sini pula oase modernitas, kiblat gaya hidup dan pusat peradaban baru di tengah padang pasirSaya termasuk orang yang salah duga, under estimate terhadap Dubai
BACA JUGA: Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan
Kota dengan dekorasi gedung-gedung menjulang berarsitektural futurisBACA JUGA: Belajarlah Walau Harus ke Negeri India
Terlalu kaku dan kasar, makna kata ’’pencakar’’ ituLebih tepat dilihat sebagai ’’seni melukis langit’’ dengan gedung-gedung modern, liar, dan spektakuler.Jangan dibayangkan seperti Makkah, Madinah, Jeddah, Riyadh atau kota lain di negeri Arab Saudi yang kaya minyak ituTidak ada onta-onta dan kandang kambing di DubaiTidak banyak orang-orang Arab berjubah putih panjang sampai kaki, memakai siwak (batang-akar pembersih gigi, red) ke manamanaPerempuannya jauh lebih modis, bergaya dengan sentuhan fashion, baju-baju yang mengekspose lekuk tubuh dan mempertontonkan sensasi khas Eropa-Islam.Perempuan juga bebas berjalan ke mana saja tanpa pendamping pria (muhrim, red) dan tetap aman Mal-mal buka sampai pukul 23.00, dan mereka berani naik Metro-RTA (Roads and Transport Authority) semacam kereta bawah-atas tanah sendirian, lagi-lagi tanpa pendamping.
Cuek saja, seperti suasana MRT di SingapuraPerempuan yang tanpa jilbab, dan disemir rambutnya juga banyakDubai dipenuhi orang Arab modern, dan kiblat modernitas mereka adalah InggrisPerut Dubai tidak minyak, jadi bukan kaya dari sedot minyakAbu Dhabi, ibu kota UEA justru lebih banyak menambang minyakTetapi, Dubai lebih pintar mengemas kota dengan segala fasilitasnya menjadi kawasan paling seksi di Jazirah ArabDubai hebat memoles dirinya dengan promosi yang baik Dengan cara apa? Jawabannya, dengan kreativitas tinggi! UAE Vice President, Prime Minister and Ruler of Dubai, H.HSheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum memang hobi mengoleksi rekor- rekor dan catatan paling hebat di dunia.
Dia tidak mau dan tidak pernah tanggung-tanggung dalam menciptakan sejarahDalam 10 tahun terakhir, dia menyulap Dubai menjadi kota bisnis, kota perdagangan, kota pariwisata, kota transit dunia yang punya segalanyaAda mal terbesar, terluas, termegah di dunia, Dubai Mal Kalau berjalan kaki menyusuri setiap sudutnya, perkiraan saya tiga hari saja tidak cukupBetis terasa sama pegalnya dengan bermain golf 36 holesAtau 4 kali Grand Indonesia, mal terbesar di Asia Pasifik.
Di dalam mal itu ada akuarium terbesar di dunia, kandang ikan dengan kaca-kaca tanpa sambungan terpanjang di duniaSemacam Sea World dengan aneka macam ikan dan terumbu karang yang diboyong ke malCukup sediakan 100 Dirham (Rp 240 ribu, red) anda bisa masuk akuarium raksasa itu, termasuk melihat koleksi reptilnya di level 2Di sisi lain ada air mancur menari diiringi musik di out door, seperti di The Strip Las Vegas, di antara Dubai Mal dan Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia, 800 meter lebihMal, gedung paling jangkung, dan air mancur itu berada dalam satu kompleks(Ikuti catatan edisi besok, memanjat tower di lantai 124, red)Apa saja icon ter-ter dunia, ada di sanaBelum lagi di Palm Island, Atlantis Hotel yang mereklamasi laut seperti pohon palm Selebriti-selebriti dunia punya rumah di sana, termasuk David Beckham, mantan kapten tim nasional sepak bola Inggris.
Infrastruktur? Waw, jangan diragukanAirport Cargo terbesar di dunia juga ada di sini, di Jabal AliLandasan pacunya 6 biji, jadi bisa 6 pesawat landing atau take off bersamaanItu belum Dubai International Airport yang sekarangTerminal 1 untuk pesawat non Emirates, termasuk Garuda, SQ, KLM, dan semua penerbangan komersial lainTerminal 2 untuk negara-negara dengan risiko tinggi, seperti Iran, Irak, dllTerminal 3 khusus untuk Emirates, dan Terminal 4 khusus untuk pesawat jumbo, Airbus 380, dengan fasilitas garbarata dua lantai sekaligusTidak salah jika Ditjen Pemasaran Kemenbudpar RI menambang potensi pariwisata kelas kakap dari Timur Tengah melalui Dubai.
Termasuk, melempar jaring-jaring promosi lebih lebar di sanaTidak salah pula, 32 pelaku bisnis perhotelan dan travel nasional merespons positif, dengan bergabung di Arabian Travel Market (ATM), 2-5 Mei 2011 di Dubai International Convention and Exhibition Centre.Mengapa? ’’Orang Arab Dubai sendiri hanya sekitar 800 ribu orang, dari total 8,5 juta pendudukTetapi mereka berani membelanjakan uang dalam jumlah besar, bisa 2.000 US per wisata per kepalaMereka tukang belanja,’’ kata Sapta Nirwandar, Dirjen Pemasaran Kemenbudpar kepada INDOPOS, di DubaiBulan Juni-Juli-Agustus, kebiasaan orang UEA berlibur, ke luar negeri, karena suhu lokal bisa menembus 45-51 derajat CelciusMereka biasa cuti berlibur selama satu bulan penuhSelama ini mereka memilih ke Malaysia, Thailand, dan negara-negara Eropa.
’’Mereka pergi sekeluarga, belanja, kulineri, dan nongkrong sampai larut malamMereka senang melihat pemandangan hijau, pohon-pohon, gemericikan air, karena setiap hari yang mereka saksikan hanya padang pasir dan bebatuan,’’ jelas pria berkacamata yang hobi tenis iniSapta yang didampingi Direktur Promosi dan Pemasaran Luar Negeri, Noviendi Makalam, itu melirik ’’tetangga sebelah’’ yang mempromosikan ’’Malaysia Truly Asia’’ dan ’’Amazing Thailand’’” Dua negara itu bersaing ketat dalam hal menjual objek-objek pariwisata di negerinya.
’’Anda amati saja, betapa gencar dan seriusnya mereka mempromosikan pariwisataKarena ada banyak devisa di sini, dan mereka sudah merasakan potensi Arab dalam wisata,’’ ungkapnyaUntuk urusan pemasaran pariwisata, Sapta dan seluruh timnya memang tidak pernah berhenti membuat gerakan efektif menembus pasar internasionalPertama, aktif mengikuti pameran travel mart dengan mengajak pelaku bisnisKedua, melakukan sales mission, yang mempertemukan pembeli dan penjualKetiga, melakukan special events, seperti yang sudah dilakukan di Abu Dhabi, memperkenalkan Indonesia di mal, dan bentuk even promotif lainKeempat, mempopulerkan titik-titik destinasi spesial di majalah-majalah khusus yang bersentuhan langsung dengan dunia pariwisata.Mereka membutuhkan informasi, tapi tidak banyak info yang bisa diakses mudah.
Kelima, co marketing, bekerjasama dengan pihak lain untuk mengangkat Indonesia, seperti yang dilakukan Kemenbudpar dengan Unique Choice Sebuah majalah khusus 30.000 eksemplar bulanan, yang disebar luaskan ke 3.000 perusahaan travel di Timur TengahKeenam, kerjasama dengan industri pariwisata yang ada, untuk membangun kesamaan visi dan misi, dan sama-sama menguntungkanKetujuh, memaksimalkan seluruh Konsulat Jenderal dan Kedutaan Besar RI di kota-kota penting, untuk promosi pariwisataMereka bisa menjadi pusat-pusat informasi yang optimal.
’’Ya, itulah tujuh (sapta) jalur pemasaran pariwisata yang tengah kami kembangkan,’’ katanyaYa, jalursapta yang sedang digagas Sapta NirwandarDubes RI untuk UEA, M Wahid Supriyadi membenarkan point ke tujuh ituDalam dua tahun ini mantan Konjen RI di Melbourne ini juga melakukan banyak halSeperti Charity Bazar, sebuah ekspo makanan, pentas kesenian dan amal di KBRI Abu Dhabi’’Bahkan, sempat terkumpul Rp 100 juta, yang akhirnya kami sumbangkan untuk korban letusan gunung Merapi di Jogja sana,’’ kata Wahid yang ditemui INDOPOS.
Selain itu, Wahid yang didampingi Konjen RI di Dubai, Mansyur Pangeran, juga menyebut pernah digelar Indonesia Cultural Night 2008Kala itu menghadirkan musik etnis bernuansa Arab, Kiai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Najib Jogjakarta’’Sambutannya luar biasa! Publik di sini senang, terhibur, dan apresiatif.Termasuk, acara rutin yang sudah digelar dua kali di KBRI pula, namanya Asia Food FairPameran makanan ini malah sudah diikuti 18 negara dan mereka terus mendesar agar digelar di tempat kami,’’ kata Wahid yang kelahiran Gombong, Jawa Tengah ituWahid senang, ATM ini dilangsungkan di DubaiSebuah kota yang amat inspiratif bagi dunia perdagangan dan pariwisata.
’’Anda lihat sendiri, Dubai ini nggak punya kekayaan alam apa-apa! Minyak nggak banyakAlam tandus, padang pasirTetapi punya visi dan berani! Kita punya segalanya, tapi sayang pincang dalam menerapkan dua hal itu,’’ aku WahidBetul, dengan era otonomisasi sekarang, banyak pemimpin daerah yang punya visi tapi tak punya keberanianAtau punya keberanian tapi tak punya misiItupun sudah dianggap lebih beruntung, daripada sudah tidak punya visi, nggak berani pula! (bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Membuka Cadar-Cadar Penutup Daerah Sensitif
Redaktur : Tim Redaksi