Menyatunya Dua Matahari di Pangandaran

Minggu, 24 April 2011 – 06:06 WIB

TEMPAT ini ternyata jauh lebih baik dari yang saya bayangkanSemula saya pikir Pantai Pangandaran di Jawa Barat selatan itu hanyalah seperti pantai-pantai di Jawa lainnya: ditangani dengan selera lokal yang sangat berbau "pemda" dan pantainya begitu-begitu saja

BACA JUGA: Rosihan Anwar



Ternyata perkiraan saya itu hanya benar setengahnya
Penanganannya memang masih "selera pemda", namun jangan tanya keindahannya

BACA JUGA: Geotermal; Gara-gara Nila Setitik Jangan Rusak Susu Se-Malinda

Saya bisa memastikan inilah pantai terindah di Jawa
Bahkan, seandainya penanganannya, kelak, sudah tidak selera pemda lagi, saya bayangkan Pantai Pangandaran bisa dimasukkan ke kelas dunia.

Hanya inilah pantai di Indonesia yang punya dua lengkung utama

BACA JUGA: Balas Dendam untuk Kalselteng

Ini mengingatkan saya akan pantai terindah di dunia: Copacabana dan IpanemaDua pantai yang sama-sama indah yang letaknya hanya dipisahkan oleh semenanjung kecil yang menjorok ke lautSeperti itu juga Pangandaran.

Dua kali saya ke Copacabana di Rio de Janeiro, Brazil, ituPertama, saat menghadiri kongres surat kabar sedunia di dekat-dekat situ dan yang kedua ketika ikut dalam rombongan Presiden SBY ke KTT G-20 Washington DC yang diteruskan ke Meksiko, Peru, dan Brazil.

Lengkung Pantai Pangandaran mirip sekali dengan lengkung CopacabanaBedanya, pasir di Copacabana putih, sedangkan di Pangandaran hitamBedanya lagi, lengkung-lengkung berikutnya di selatannya sudah mulai dikembangkan (rasanya terdapat lima lengkung pantai setelah Copacabana), sedangkan lengkung-lengkung pantai ketiga dan keempat di Pangandaran belum tersentuh manusia.

Tapi, soal tanjung yang menjorok ke laut yang memisahkan dua pantai itu sama-sama punya kelebihanYang di Copacabana berupa gunung, dan untuk menyatukannya dengan Ipanema dibuatlah terowonganSemua kendaraan yang menuju Pantai Ipanema harus melewati terowongan ini

Di Pangandaran, tanjung yang memisahkan dua pantai itu juga berupa bukit, namun tidak tinggiKelebihan tanjung di Pangandaran adalah wujudnya yang masih hutan alami, yang bisa memberikan pengalaman wisata tersendiriHutan ini sudah diamankan menjadi hutan lindung yang terjaga dengan baik

Selasa lalu, seluruh direksi PLN mengadakan rapat di Pangandaran untuk membicarakan persiapan terakhir gerakan sehari satu juta sambungan dan menghabiskan seluruh daftar tunggu listrik di seluruh Indonesia yang sudah harus terjadi akhir Juni tahun ini juga

Setelah subuh saya menyempatkan diri memasuki hutan lindung ituYakni, pada pukul 05.30, ketika bersama teman-teman PLN Pangandaran melakukan gerak jalan pagi, yang kali ini mirip dengan outbondMelewati hutan lindung di tanjung Pangandaran ini cukup mengesankanDi sana-sini terlihat monyet, burung, dan biawak.

Hutan di tanjung Pangandaran inilah yang memisahkan lengkung Pantai Pangandaran barat dan lengkung Pantai Pangandaran timurKalau di Rio de Janeiro, masing-masing lengkung ada namanya (Copacabana dan Ipanema), di Pangandaran belum bernamaBaru disebut pantai barat dan pantai timur.

Mungkin memang tidak perlu diberi namaDengan sebutan "barat" dan "timur" justru bisa menunjukkan kekuatan Pantai Pangandaran itu sendiriYakni, inilah sepasang pantai yang masing-masing punya keunggulan untuk dinikmati dalam waktu yang berbedaInilah sepasang pantai yang sekaligus mempertontonkan dua pemandangan menakjubkan: sun set dan sun rise

Di waktu sore orang bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam di pantai baratDi pagi hari orang bisa menyaksikan matahari terbit di pantai timurSuatu kenikmatan yang tidak bisa didapat di Rio de Janeiro karena Pantai Copacabana dan Ipanema letaknya hanya berjajar, sama-sama menghadap ke timur.

Maka, saya membayangkan sesuatu yang memang masih akan lama terwujud: kalau saja Pengandaran bisa dikembangkan seperti Rio, pesonanya akan luar biasaApalagi, sebagaimana juga di Rio de Janeiro, tidak jauh dari pantai ini sudah berupa pegununganPantai dan gunung seperti menyatu dalam jarak yang ideal.

Memang di atas gunung sana, di Copacabana, sudah ada objek turis yang menarikYakni, patung Yesus yang memberkati yang terkenal ituTapi, itu sebenarnya hanya buatan manusia yang bisa dilakukan siapa sajaHanya soal waktu dan uangTapi, tidak jauh dari Pangandaran ada objek yang juga tidak ada duanya di Indonesia: sungai yang dalamnya lebih 20 meter yang kanan-kirinya berupa tebing berhutan alami yang indahObjek ini dinamakan Green Canyon, untuk tidak menjiplak begitu saja Grand Canyon di Amerika.

Memang, kalau orang berperahu menyusuri sungai ini sebenarnya tidak akan ingat Grand Canyon, melainkan lebih mengasosiasikannya dengan objek wisata Guilin di Tiongkok yang terkenal itu.

Dua objek utama Pangandaran itu (pantai ganda dan Green Canyon) benar-benar sudah cukup menarik untuk membuat orang bisa tinggal tiga hari sampai seminggu di PangandaranApalagi, kelak, kalau lengkung pantai-pantai karang di sebelah barat Pangandaran yang masih asli itu juga dikembangkanApalagi, kalau di kawasan ini sekaligus dikembangkan pusat kebudayaan Sunda sebagai daya tarik malam harinya.

Lima tahun lagi, pendapatan per kapita rakyat Indonesia pasti mencapai USD 6.000Sekarang saja sudah USD 3.200Ketika itu terjadi, bisa dibayangkan berapa pendapatan per kapita orang Jakata dan BandungSaya perkirakan akan ada sekitar 5 juta orang di dua kota itu yang pendapatan per kapitanya sudah di atas USD 15.000Orang dengan pendapatan seperti itu tidak memikirkan lagi rumah, mobil, pakaian dan makanPikirannya hanyalah: kalau libur mau ke mana! Inilah pasar yang harus ditangkap Pangandaran yang begitu dekat dari JakartaHanya 40 menit penerbangan.

Sebaliknya, orang dengan pendapatan seperti itu sudah tidak mau lagi berkunjung ke tempat yang kumuh dan tidak bersihKondisi Pangandaran sekarang belum memenuhi selera mereka.

Memang hambatan untuk menaikkan kelas Pangandaran masih sangat besarApalagi, di era otonomi seperti sekarangTidak akan gampang menemukan bupati yang punya ide besar, pikiran besar, dan ambisi besar untuk membuat sejarah baru PangandaranKalau yang terpilih hanya kelas bupati yang biasa-biasa saja, rasanya masih akan sangat lama mengharapkan Pangandaran menjadi idola nasional.

Bahkan, sangat mungkin, seumur hidupnya kelak Pangandaran tidak akan bisa menjadi primadonaMengapa?

Dengan penanganan ala kadarnya sekarang ini saja daya tarik ekonominya sudah munculAkibatnya, hotel-hotel kecil, warung-warung kecil, dan pedagang musiman berdatangan ke sini, menempati tanah mana pun yang mereka incarDalam waktu lima tahun ke depan perkembangan yang tidak terencana ini akan membuat Pangandaran kian tidak menarik dan untuk membenahinya sudah sangat sulit

Persoalan sosial sudah akan menjadi sangat sensitif dan untuk menanganinya perlu biaya tersendiri yang tidak akan terjangkauKalau ini yang terjadi, jangan lagi mengharapkan Pangandaran bisa menjadi bintang Nusantara, apalagi bintang dunia.

Kalau kesadaran itu sudah muncul sekarang, sebenarnya penanganannya masih manageableMasih bisa ditemukan konsep "membangun tanpa menggusur" yang idealPrinsipnya, tidak boleh ada penduduk setempat yang terpinggirkan dan tidak menikmati kemajuan PangandaranNamun, juga tidak harus prinsip itu membuat Pangandaran tidak bisa dikembangkanPasti akan ditemukan konsep "membangun tanpa menggusur" yang tepat

Masyarakat Sunda sebenarnya punya modal hebat untuk mewujudkan ituSeorang tokoh lokal Sunda pasti bisa mewujudkan konsep ituSaya tidak kenal orangnya, tidak tahu namanya, tapi tahu dan merasakan karya-karya hebatnyaDia adalah pemilik jaringan restoran masakan Sunda, Bumbu Desa, yang kini berkembang pesat ke seluruh Indonesia

Ketika saya ke geotermal Kamojang dan Darajat bulan lalu, saya menginap di resor yang bernama Kampoeng SampireunSaya sangat mengagumi konsep resor Kampoeng Sampireun iniKonsep "membangun tanpa merusak" yang sempurna sekaliSelera arsitek yang merencanakan Kampoeng Sampireun ini sangat tinggi, berbasis lokal, dan bisa memperhatikan need masyarakat internasional.

Saya sangat kagum melihat hasil akhir Kampoeng Sampireun itu: bagaimana kolam alami itu bisa jadi sentrum sebuah resor yang di sekelilingnya cottages independen yang begitu menyatu dengan alamResor-resor supermahal di Ubud, Bali, juga sangat menarik, tapi tidak ada yang memiliki sentrum seperti yang dikonsepkan di Kampoeng Sampireun.

Intinya, penanganan Pangandaran tidak perlu diserahkan ke orang Jakarta atau orang asingOrang Sunda memilikinyaMulai konsep, perencanan sampai pelaksanaanKompletSudah terbukti pulaYang diperlukan adalah sebuah keputusan dari pihak yang punya otoritas membuat keputusan.

Serahkan kepada dia soal bentuk penanganan: apakah dikembangkan dengan konsep modern atau menggunakan konsep tradisional-alamiAtau gabungan dari keduanyaYang jelas, daratan yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat ini tidak terlalu luas dan sudah penuh dengan perumahan pendudukHanya sekitar setengah kilometer

Kalau si perencana memutuskan membuat konsep modern dengan bangunan-bangunan pencakar langit di sini, tetap harus diperhatikan sempitnya lahan itu agar hak-hak publik tidak hilangMisalnya, semua bangunan itu nanti harus merelakan lantai dasarnya untuk plaza terbuka buat lalu lintas publik.

Namun, kalau konsepnya nanti dipilih yang tradisional, nah, saya harus menyerah: arsitek Sunda yang saya sebut tadi jangan diragukan kemampuannya! (*)


    Dahlan Iskan
     CEO PLN

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tekan Pencurian Listrik dengan Sistem Tender


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler