Menyigi Temaram Prostitusi di Kalijodo

Sabtu, 20 Februari 2016 – 13:14 WIB
Temaram lampu kota di Kalijodo. Foto: Dok.JPNN.com.

jpnn.com - "ZAMAN Ali Sadikin, Kalijodo nggak pernah disebut-sebut sebagai tempat prostitusi," kata Hendaru Tri Hanggoro, pemuka Sarekat Sejarawan Partikelir.

Kapan sebenarnya Kalijodo mulai "buka praktek"?

BACA JUGA: Dari Zaman Kolonial Hingga Zaman Revolusi, Kalijodo Tak...

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Dalam novel Ca Bau Kan, Remy Sylado boleh saja mengisahkan bahwa benih-benih pelacuran di Kalijodo mulai bersemi sejak krisis ekonomi dunia 1930-an. 

BACA JUGA: Fientje de Feniks, Nestapa Pelacur Papan Atas di Zaman Kompeni

Meski ditulis berdasarkan riset sejarah, yang namanya novel sarat bumbu-bumbu fiksi, sebagai pelamak cerita.

Setelah membuka lembaran-lembaran arsip dan buku-buku lawas zaman kolonial, tidak (lebih tepat "belum") ditemukan satu pun catatan prostitusi di Kalijodo.

BACA JUGA: Macao Po Nenek Moyang Kalijodo

Bahkan, ketika pemerintah Jakarta Raya mendata wilayah prostitusi dan jumlah pelacur pada 1969, nama Kalijodo juga tak muncul.

Jika Kalijodo sebagai lokasi pesta Peh Cun, ajang muda-mudi mencari pasangan di atas perahu, bagian dari perayaan Imlek, iya! Itu pun musiman. 

Kalijodo?

Secara administrasi, Kalijodo masuk wilayah kelurahan Pejagalan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Merujuk survei pemerintah tahun 1969, di samping Boker (Cijantung), Bongkaran (Tanah Abang), Kramat Raya dan daerah Planet Senen, Jakarta Pusat, jumlah pekerja seks komersial di Jakarta Utara, ada 1668 orang. 

Tanjung Priok boleh dibilang pegang rekor. Prostitusi tersebar di 13 lokasi dari sembilan kelurahan. 

Yakni, Cilincing, Kalibaru, Koja Utara, Pejagalan, Pademangan, Penjaringan, Tugu, Semper, Legoa.

Yang paling populer ada tiga. Kalibaru, Koja dan Pela-Pela di tepi rel Tanjung Priok. 

Nah, menenggang nama Pejagalan dan Penjaringan dalam daftar pemerintah tersebut, bisa jadi Kalijodo ada di dalamnya; sebagai prostitusi kecil-kecilan. Itu pun baru asumsi.

Berpangkal Bangunan Liar

Tjokropranolo, Gubernur Jakarta Raya pengganti Ali Sadikin pernah akan menggusur Kalijodo pada 1979.

"Itu pun isunya hanya karena bangunan liar. Tak disinggung-singgung soal prostitusi," kata Hendaru Tri Hanggoro, sejarawan yang konsen meneliti sejarah Jakarta.

Menurut Daru, tahun itu 300 bangunan liar di Kalijodo akan digusur untuk pembuatan tanggul-tanggul. 

"Entah apa alasan sebenarnya, rencana penggusuran Kalijodo pada 1979 itu tak terjadi."

Daru menduga, pada masa-masa itulah Kalijodo mulai semerbak sebagai arena pelacuran. 

Sebab, seiring itu, Kalijodo menjelma jadi wilayah keras. 

"5 Juni 1982, terjadi perkelahian massal antar dua kelompok massa di Kalijodo," katanya kepada JPNN.com, tempo hari.  

Setelah kerusuhan itu, katanya, banyak terjadi pembunuhan di Kalijodo. 

Korbannya, mulai dari WTS hingga lelaki yang datang berkunjung.

Dan kini, isu penggusuran Kalijodo kembali mencuat. Apa kira-kira yang akan terjadi? Sejarah yang akan membuktikan…(wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelacuran di Zaman Kompeni, Begini Aturan Mainnya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler