Merajut Persaudaraan

Kamis, 02 Juli 2015 – 04:52 WIB
DR Adhyaksa Dault

jpnn.com - KETIKA Rasulullah SAW hijrah (pindah) dari Makkah ke Madinah, yang kali pertama beliau lakukan adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor.

Dua kaum di tanah Arab yang memang dikenal memiliki perselisihan. Dengan kecerdasan dan kelembutan metode dakwah yang Rasulullah SAW terapkan, akhirnya dua ego besar itu berhasil dilebur menjadi satu ikatan persaudaraan yang kokoh.

BACA JUGA: Mengingat Mati Cara Raih Pengampunan

Kekuatan ukhuwah yang melebihi ikatan darah dan nasab. Mereka menjadi senasib dan sepenanggungan.

Saat satu menderita, maka yang lain ikut merasakan dan berupaya mencari solusinya.
Persis seperti yang digambarkan Rasulullah SAW, bahwa persaudaraan dalam Islam itu ibarat satu tubuh, jika bagian yang satu menderita sakit maka bagian yang lain pun akan ikut merasakannya.

BACA JUGA: Meraih Pengampunan

Inilah salah satu potret utuh tentang ikhtiar Rasulullah SAW dalam membangun suatu tatanan masyarakat.

Ya, harus dimulai dengan membangun persaudaraan di tengah masyarakat. Persaudaaraan dan persatuan adalah pondasi yang akan menentukan kokoh dan tidaknya sebuah peradaban suatu bangsa.

BACA JUGA: Mendidik Lidah untuk Berujar

Dengan demikian, masyarakat tersebut tidak mudah goyah dan takluk terhadap ancaman dan intervensi pihak lain.

Allah SWT mendeskripsikan persaudaraan umat muslim itu lewat firman-Nya dalam surat As-Saff ayat 4:

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."

Kata berperang dalam ayat tersebut tidak harus dimaknai dengan mengangkat senjata, seperti halnya di zaman Rasululullah SAW maupun para pahlawan pendiri bangsa ini.

Tapi kata peperangan harus diselaraskan dengan konteks sosial politik saat ini.

Perang tidak hanya lewat fisik, tapi perang yang lebih berpengaruh adalah perang pemikiran atau yang lebih dikenal dengan sebutan gazhul fikri.

Jika persaudaraan kita abaikan, maka kekuatan kita tidak akan serapi seperti yang Allah SWT maksudkan itu.

Persaudaraan dan ibadah puasa Ramadaan memiliki hubungan yang erat. Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 10:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."

Ayat itu menjelaskan bahwa persaudaraan yang hakiki adalah persaudaraan yang dibangun di atas dasar taqwa.

Dengan taqwa kita akan mudah membangun nilai-nilai persaudaraan seperti yang Allah SWT inginkan.

Dalam ayat lain Allah SWT telah mengabarkan kepada kita bahwa salah satu cara agar taqwa itu lahir dalam diri kita yaitu dengan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Hal itu ditegaskan Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Karena itu, ibadah puasa Ramadaan sangat berperan dalam membentuk kita menjadi sekelompok orang yang bersaudara.

Biasanya sesuatu yang berpotensi menjadi jarak antara kita dengan sesama adalah ego dan nafsu. Dan Ramadaan salah satu tujuannya adalah meredam ego dan nafsu tersebut.

Ada banyak hikmah dalam ibadah Ramadaan ini yang seharusnya kita maksimalkan sebagai bagian dari unsur penting membangun persaudaraan.

Misalnya, anjuran Rasulullah SAW agar kita memberikan takjil untuk orang lain berbuka puasa. Pahala orang yang memberikan makanan berbuka puasa sama nilainya dengan pahala orang yang berpuasa tersebut.

Seruan Rasulullah SAW tersebut mengandung nilai-nilai persaudaraan yang sangat luar biasa, yang jika refleksikan dalam kehidupan sosial akan memberi manfaat besar bagi tatanan masyarakat kita.

Selanjutnya, perintah agar kita memperbanyak ibadah secara berjamaah di bulan Ramadan, agar silaturrahmi tetap terbangun dan tidak luntur.

Kita berharap Ramadaan tahun ini berhasil menjadikan kita sebagai manusia yang tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain dan lingkungan yang ada di sekitar kita. (*)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Membangun Keteladan Lewat Bulan Suci


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler