Merapi Bergolak Lagi, Selo Kembali Disterilkan

Senin, 15 November 2010 – 06:00 WIB

BOYOLALI - Penurunan zona bahaya ternyata tak membuat pengungsi bisa dengan mudah kembali ke kampung halamannyaTerbukti, Kecamatan Selo, Boyolali, kembali disterilkan dari segala macam aktivitas kemarin (14/11)

BACA JUGA: Lima Desa Terancam Lahar Merapi

Hal ini seiring aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan sejak Minggu dini hari
Warga yang sudah pulang, diminta kembali ke tempat pengungsian demi menjaga keselamatan.
      
Agar Kecamatan Selo tetap steril, polisi dan TNI memasang barikade di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, tepatnya di jalur menuju Selo

BACA JUGA: WNA Pemicu Kerusuhan Drydocks Kabur

Barekade itu dipasang di tengah jalan penuh
Sehingga, tidak ada celah bagi warga yang melintas sesukanya tanpa sepengetahuan TNI dan Polri.

Kapolres Boyolali AKBP Romin Thaib mengatakan, penutupan jalan ini dilakukan mengingat kawasan rawan bencana untuk Boyolali radius 10 kilometer

BACA JUGA: Telur Bertuliskan Allah Muncul di Medan

Kecamatan Cepogo dengan puncak Merapi jaraknya hanya sekitar 11 kilometer"Maka perlu ditutup jalannya agar warga lereng Merapi tetap di pengungsian," katanya.
      
Keputusan ini sesuai dengan hasil rapat yang dia ikuti di Kabupaten Magelang kemarinHasil rapat itu terdapat revisi radius bahaya MerapiKhusus Boyolali dan Klaten, jaraknya 10 kilometer dari puncakSedangkan, Magelang dan Sleman, masih tetap 20 kilometer.

Dia mengajak warga Kecamatan Selo supaya tetap bertahan di pengungsianBagi warga yang sudah kembali ke rumah, pihaknya menyiapkan truk Dalmas untuk mengangkut warga kembali ke pengungsian?Kami sifatnya mengajakKalau tidak mau >ya< risikonya tanggung sendiri,? terang dia.

Bila mendesak, pihaknya bersama TNI mendirikan posko di Kecamatan CepogoYang penting, menurutnya, masih di luar radius 10 kilometer dari puncak MerapiMenurut catatanya, Polsek Cepogo dengan puncak Merapi jaraknya sekitar 11 kilometer"Ada kemungkinan mendirikan posko di luar radius 10 kilometer," katanya.
      
Bagi relawan yang hendak mengirim bantuan ke Kecamatan Selo, dilarang masukJika ingin memberikan bantuan logistik, relawan bisa mengirimkan di posko pengungsian di Kota Boyolali"Memang untuk relawan distopIni untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan," tandas Romin.
      
Lantaran dilarang, ratusan relawan yang menggunakan truk, mobil, dan sepeda motor, membawa logistik tertahan di Kecamatan CepogoMereka tidak bisa menembus barikade di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo lantaran dihadang aparat kepolisian dan TNI.

Namun, sebagian relawan tetap nekat menuju Kecamatan SeloMereka melalui jalur perkampungan dengan jarak tempuh lebih lama sekitar 15 menit bila dibanding jalur umum Selo-Magelang"Saya pingin mengirim langsung ke SeloJadi harus lewat perkampungan," kata Tri Sony, 30, salah satu relawan.
      
Untuk menyiasati agar bantuan bisa sampai di Selo, Tim SAR terpaksa menjemput ke CepogoBantuan logistik dilangsir dari mobil relawan ke mobil Tim SARHal ini dilakukan lantaran warga Selo masih banyak yang bertahan meski di bawah ancaman erupsi Merapi.

Lantaran tidak boleh masuk wilayah Selo, ada juga relawan yang balik kananMereka membawa bantuan itu ke posko induk Pemkab BoyolaliSebagian dari relawan ini tampak kecewa karena tidak bisa bertemu langsung warga di Selo

Sementara itu, pengurangan zona bahaya langsung disambut eksodus pengungsi Merapi di KlatenGelombang pengungsi yang pulang ke kampung masing-masing terus bertambahHingga siang kemarin jumlah pengungsi yang masih bertahan di pos pengungsian hanya 91.254 jiwaIni turun jauh dibanding sebelumnya yang mencapai 100 ribu pengungsi lebih

Jumlah terus dipastikan akan terus berkurang, karena hingga sore masih terlihat warga yang kembali naikMereka ada yang mengendarai motor, namun kebanyakan diangkut menggunakan truk yang mereka bawa saat mengungsi pada Jumat (12/11) lalu
"Kondisi inilah yang membuat banyak pengungsi meninggalkan pos pengungsianSebagian ada yang minta difasilitasi satkorlak PBNamun  banyak yang pulang ke rumah masing-masing dengan cara swadaya," ujar Sekretaris Satkorlak Penanggulangan Bencana (PB) Klaten  Sri Winoto.

Dia menambahkan, untuk yang meminta bantuan Satkorlak PB jika tujuan untuk pulang berada di zona bahaya tetap akan ditolakNamun jika mereka yang meminta berada di luar radius bahaya akan diusahakanNamun warga diminta tetap waspada, karena status masih awas.

"Meski zona bahaya sudah dipersempit namun status merapi masih awasIni yang harus diwaspadai warga yang sudah telanjur kembali ke rumahSaya berharap semuanya  untuk  selalu menaati imbauan  yang disampaikan satkorlak PBKarena keselamatan warga menjadi prioritas dalam penanganan bencana," tambahnya.
      
Sri Winoto juga tidak bisa melarang pengungsi yang nekat kembali ke rumahKarena biasanya mereka tidak melalui izin satkorlak PBKontrol terhadap pengungsi yang pulang memang belum dapat dilakukan maksimalHal ini disebabkan titik pos pengungsian jumlahnya mencapai 200 lokasi.

"Kami mengakui kesulitan untuk memantau pergerakan merekaKondisi di lapangan seperti inilah yang membuat satkorlak belum memiliki data yang valid tentang jumlah pengungsiNamun setiap hari data yang ada di sekretariat akan selalu diperbaruiTentunya berdasar laporan dari camat sebagai penanggung jawab wilayah," ungkapnya.
      
Koordinasi dengan camat akan terus dilakukan sebagai bagian dari evaluasiSehingga pergerakan pengungsi yang pulang atau pindah pos pengungsian dapat dipantauSatkorlak masih tetap meminta kepada warga yang berada di radius bahaya yaitu 10 kilometer untuk tetap berada di pos pengungsian

"Karena Merapi masih terus  beraktivitasMemang untuk suara gemuruh dan dentuman sudah tidak terdengarTapi untuk awan panas masih sering keluar dari puncak.ini yang harus diwaspadai warga yang nekat pulang ke rumah masing-masing," tegas Sri Winoto.(un/oh/nan)
      
      
      

BACA ARTIKEL LAINNYA... Butuh 600 Dokter, Baru Ada 59


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler