Merapi Mengganas, 1 Balita Tewas

Sabtu, 30 Oktober 2010 – 05:39 WIB
Anak-anak di pengungsian desa Kepuh Hardjo. Mereka diberikan aneka permainan dari relawan yang datang dari lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga swasta. Foto:Boy Slamet/Jawa Pos

SOLO - Prediksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, jika akan ada letusan susulan Gunung Merapi (Radar Solo edisi : 18 Oktober 2010) bukan isapan jempol belakaTerbukti, aktivitas Merapi kemarin (29/10) makin mengganas

BACA JUGA: Koordinasi Tangani Mentawai Berantakan

Tercatat tujuh kali Merapi meluncurkan awas panas yang dikenal dengan wedus gembel tersebut
Intensitas ini jauh lebih dahsyat dibanding saat letusan pertama Selasa lalu

BACA JUGA: Belum Restui Ponimin Gantikan Mbah Marijan



Tak hanya itu, letusan kemarin merenggut nyawa satu orang balita
Seorang balita bernama Paimin, 4,5, warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, tewas di RSU Muntilan, Magelang kemarin (29/10)

BACA JUGA: Letusan Tengah Malam Lebih Mencekam

Bocah tersebut tewas diduga terkena abu vulkanik dampak dari awan panas yang terus keluar dari perut Merapi.

Dugaan ini terlihat dari hasil pemeriksaan dokter yang menanganiPaimin sebelum tewas mengalami gangguan pernapasan di pengungsianSemula, Paimin bersama anak-anak dan lansia mengungsi di tempat pengungsian sementara (TPS) Dusun Sidomulyo, Desa Tlogolele"Sebelumnya sudah kritisTapi keluarga tidak mau dirujuk ke rumah sakitSetelah dirujuk ternyata meninggal," kata Sinam Sutarso, salah satu anggota Tim Relawan Merapi ketika dihubungi Radar Solo (grup JPNN) kemarin.

Dia bersama tim relawan lain sengaja mengabdi di pengungsian perbatasan antara Boyolali-MagelangSebab, daerah tersebut merupakan wilayah yang paling terdampak bahaya MerapiDia pun melihat seorang balita yang kondisinya sudah kritis.

Bersama tim relawan lain mengevakuasi balita itu ke RSU Muntilan Magelang guna mendapatkan pertolongan cepatBalita itu sempat mendapatkan perawatan beberapa jamNamun, kondisi terus memburuk"Hasil pemeriksaan dokter, balita tersebut mengalami gangguan pernapasan yang diduga menghirup abu vulkanik," jelasnya.

Kemungkinan ini bisa terjadi lantaran sejak dua hari terakhir terjadi hujan abu di wilayah TlogoleleHujan abu ini pun tidak hanya berdampak pada manusia secara langsung namun juga merasuk ke sayuranDebu vulkanik ini sangat berbahaya lantaran mengandung silikon.

Menurut Sinam, Paimin tewas sekitar pukul 14.00 di RSU MuntilanKejadian ini bermula, saat Paimin dilarikan orang tuanya, Sapari, 40, mengungsi dari letusan Gunung Merapi, Jumat pagiSaat itu, sekitar pukul 05.30 terjadi erupsi yang cukup hebat dan mengagetkan warga Dusun Stabelan yang jaraknya hanya sekitar 3,4 kilometer dari puncak Merapi.

Wilayah Stabelan sendiri masuk ke dalam kawasan rawan bencana (KRB) IIISapari bersama ratusan warga lain melarikan diri ke TPS yang ada di Dusun Tlogomulyo, TlogoleleSaat itu anaknya, Paimin, sudah menunjukkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk.  Tim PMI saat itu sudah membujuk ibu korban untuk segera membawanya ke Puskesmas SeloNamun sang ibu tidak mauSekitar pukul 09.00, Paimin menunjukkan gejala yang semakin kritisLantas dilarikan ke RSU Muntilan mengingat kondisinya yang makin memburuk.

Komandan Koramil (Danramil) Selo Kapten (Inf) Kasmadi mengatakan, diduga balita ini menderita sesak napas karena debu vulkanik yang terisap saat Merapi meletusMenurutnya, sore itu juga Paimin dibawa pulang dari rumah sakit"Rencananya akan langsung dimakamkan hari ini juga (kemarin, Red)," terangnya(un/oh/nan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendagri Tunggu Laporan Gubernur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler